Interaksi
antara pemerintah dan masyarakat, di antara lembaga-lembaga pemerintah, dan di
antara kelompok dan individu dalam masyarakat dalam rangka proses pembuatan,
pelaksanaan, dan penegakan keputusan politik pada dasarnya merupakan perilaku
politik. Perilaku politik adalah proses timbal balik di dalam
suatu negara antara pembuatan keputusan dengan warga negara biasa yang
bertindak sebagai pihak yang hanya dapat mempengaruhi proses pembuatan
keputusan politik tersebut. Perilaku politik juga adalah kegiatan-kegiatan yang
memiliki hubungan dengan politik, atau disebut kegiatan politik. Oleh karena
itu, perilaku politik dibagi dua, yakni perilaku politik lembaga lembaga dan
para pejabat pemerintah, dan perilaku politik warga negara biasa. Kegiatan
politik lembaga-lembaga pemerintah dan lembaga-lembaga politik tersebut adalah
bertanggungjawab atas wewenang proses politik, sedangkan kegiatan politik warga
negara biasa adalah partisipasi politik. Jika dikaitkan dengan Pemilukada,
warga negara biasa memiliki andil dalam proses pembuatan keputusan yang
berpengaruh terhadap masa depan daerahnya.
Deskripsi
Perilaku politik pada umumnya ditentukan oleh faktor internal dari individu
sendiri seperti idealisme, tingkat kecerdasan, kehendak hati dan oleh faktor
eksternal atau kondisi lingkungan seperti kehidupan beragama, sosial, politik,
ekonomi dan sebagainya yang mengelilinginya. Abdul Munir Mulkhan melihat
perilaku politik sebagai fungsi dari kondisi sosial dan ekonomi serta
kepentingan, maka perilaku politik sebagian diantaranya adalah produk dari
perilaku sosial ekonomi dan kepentingan suatu masyarakat atau golongan dalam
masyarakat tersebut.
Sedangkan menurut Jack C. Plano dkk dalam Moh. Ridwan perilaku politik adalah:
“Pikiran dan tindakan manusia yang berkaitan dengan proses pemerintahan.
Teori
perilaku politik adalah sebagai salah-satu aspek dari ilmu politik yang
berusaha untuk mendefinisikan, mengukur dan menjelaskan pengaruh terhadap
pandangan politik seseorang, ideologi dan tingkat partisipasi politik. Secara
teoritis, perilaku politik dapat diurai dalam tiga pendekatan utama yakni
melalui pendekatan sosiologi, psikologi dan domain kognitif. Perilaku
politik juga bisanya di pahami sebagai tanggapan-tanggapan internal (pikiran,
persepsi, sikap dan keyakinan) dan juga tindakan - tindakan yang nampak
(pemungutan suara, gerak protes, lobying, kaukus, kampanye dan demonstrasi)”.
Setiap
manusia pasti memiliki perilaku (tindakan) tersebut, yakni suatu totalitas dari
gerak motorik, persepsi dan juga fungsi kognitif dari manusia. Salah
satu unsur dari perilaku adalah gerak sosial yang terikat oleh empat syarat,
yakni:
1.
diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan
tertentu,
2.
terjadi pada situasi tertentu,
3.
diatur oleh kaidah-kaidah tertentu, dan
4.
terdorong oleh motivasi-motivasi
tertentu.
Tindakan
manusia merupakan sebagai hasil komulatif seluruh proses pemahaman tentang
seluruh mekanisme psikologis dan efek dari faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku manusia, sedangkan perilaku pada dasarnya terarah pada tujuan yang
dilakukan untuk memuaskan kebutuhannya sebagaimana dihayati dalam dunianya,
yaitu dunia menurut penghayatannya. Dengan demikian, pengertian tindakan
berkaitan dengan perilaku, dimana antara keduanya saling terikat dan faktor
yang mempengaruhi perilaku adalah sama dengan faktor-faktor yang mempengaruhi
tindakan. Perilaku politik juga merupakan perilaku yang menyangkut persoalan
politotoritas untuk mengatur kehidupan masyarakat ke arah pencapaian tersebut.
Perilaku
politik merupakan tindakan yang dilakukan oleh suatu subyek yang dapat berupa
pemerintah juga masyarakat.
Selain
itu, terdapat kaitan yang erat antara perilaku politik dan budaya politik.
yaitu bahwa perilaku politik tidak hanya ditentukan oleh situasi temporer,
tetapi mempunyai pola yang berorientasi umum yang tampak secara jelas sebagai
pencerminan budaya politik yang bisa disebut peradaban politik. Artinya,
perilaku politik tumbuh atas kesadaran yang mendalam tentang sistem politik
yang berlangsung atau tentang ideologi negara yang sedang dianut di masyarakat tersebut
serta interaksi yang muncul antara masyarakat, individu dan budaya politik
tersebut.
Proses
politik akan melahirkan bentuk-bentuk partisipasi politik yang dilakukan oleh
individu dan kelompok yang kemudian akan disosialisasikan melalui transmisi
kebudayaan, baik melalui pendidikan keluarga, kelompok-kelompok pergaulan, di
lingkungan pekerjaan, interaksi melalui model media komunikasi massa, maupun
interaksi politik secara langsung. Sehingga kemudian dapat memilahkan kategori
budaya politik tersebut atas tiga pemilahan, yaitu budaya politik partisipan,
budaya politik subyek dan budaya politik parokialik.
Tipe
budaya politik dalam tiga bentuk, yaitu :
a. Budaya politik parokial, yaitu terbatas pada wilayah
atau lingkup yang kecil, sempit atau yang bersifat provinsial.
b.
Budaya politik
subyek, yaitu anggota, masyarakat mempunyai minat, perhatian, mungkin pula
kesadaran terhadap sistem sebagai keseluruhan terutama segi outputnya.
c.
Budaya politik
partisipan, yaitu suatu bentuk kultur di mana anggota masyarakat cenderung
diorientasikan secara eksplisit terhadap sisitem sebagai keseluruhan dan
terhadap struktur dan proses politik serta administratif, dengan kata lain
terhadap aspek input dan output dari sistem politik itu.
Perilaku politik
dalam Pemilukada selanjutnya disebut juga sebagai perilaku memilih. Dalam
memahami perilaku pemilih, akan digunakan beberapa pendekatan
yaitu pendekatan sosiologi, pendekatan psikologi dan pendekatan Domain kognitif.
a. Pendekatan Sosiologi
Secara garis besar, pendekatan ini menjelaskan bahwa
karakteristik sosial serta pengelompokan kemasyarakatan mempunyai pengaruh kuat
terhadap perilaku memilih. Pendekatan
sosiologi pertama kali di temukan oleh Universitas Columbia (Columbia’s
University Bureau of Applied Social Sciense) atau lebih dikenal dengan kelompok
columbia. Dengan menerbitkan dua karya yakni The People’s Choice pada tahun
1948 dan Voting pada tahun 1952. Dalam karya tersebut di ungkapkan bahwa
perilaku politik seseorang terhadap partai politik dipengaruhi oleh
faktor-faktor lingkungan seperti sosial ekonomi, afiliasi atau hubungan etnik,
tradisi keluarga, keanggotaan terhadap organisasi, usia, jenis kelamin,
pekerjaan, tempat tinggal dan lain-lain, atau yang di sebut pengelompokan
sosial.
b. Pendekatan
Psikologi
Pendekatan psikologi pertama kali di temukan oleh
Pusat Peneliti dan Survey Universitas Michigan (University of Michigan’s Survey
Research Centre). Hasil dari karya kelompok Michigan yang penting disitu adalah
The Voter’s Decide (1954) dan The Amerika Voter (1960). Pendekatan ini
sekurang-kurangnya menurut Campbell (1954) dimasudkan untuk melengkapi
pendekatan sosiologi yang kadang-kadang dari segi metodologi agak sulit
menentukan kriteria pengelompokan masyarakat. Selain itu ada kecenderungan
bahwa semakin lama dominasi kelas tertentu terhadap partai politik tentu tidak
lagi mungkin mutlak. Inti dari pendekatan psikologi adalah identifikasi
seseorang terhadap partai tertentu yang kemudian akan mempengaruhi sikab orang
tersebut terhadap para calon dan isu-isu politik yang berkembang. Kekuatan dan
arah identifikasi kepartaian adalah kunci dalam menjelaskan sikap dan perilaku
pemilih.
c. Pendekatan Domain Kognitif
Dalam mengembangkan model tersebut mereka menggunakan
sejumlah kepercayaan kognitif yang berasal dari berbagai sumber seperti
pemilih, komunikasi dari mulut ke mulut dan media massa. Model ini dikembangkan
untuk menerangkan dalam memprediksi perilaku pemilih.
0 comments:
Post a Comment