Walaupun
Coser kadang-kadang ditempatkan di dalam satu paradigma yang berbeda dari
paradigma Kaum Fungsionalisme struktural lainnya tetapi lewat karyanya terlihat
bahwa dia tetap memiliki komitmen dengan pandangan teoritis yang utama.
Sumbangan Coser pada teori masih bertumpu pada tradisi fungsionalisme walaupun
tidak seketat model Naturalis. Coser lebih menganggap Teori Konflik sebagai
teori parsial dari pada pendekatan yang menjelaskan seluruh sosial. Dia lebih dekat
dengan pandangan Robin william, seorang penganut fungsionalisme yang mengatakan
bahwa masyarakat aktual terjadi bersama karena adanya konsensus oleh saling
ketergantungan, oleh solidaritas, dan oleh paksaan. Pandangan Coser tentang
Teori Sosiologi adalah suatu kesatuan pandangan yang mencakup teori-teori
konflik maupun konsensus yang parsial.
Dalam tradisi Duekheim yang menekankan untuk
menjelaskan fakta sosial, sosiologi harus menggunakan fakta-fakta sosial
lainnya. Coser mengetengahkan kebutuhan teori sosiologis yang menggunakan
indikator obyektif untuk menjelaskan realitas sosial. Dengan demikian model
manusia dari Coser jelas berada di luar biasanya psikologi sosial dan
sebenarnya lebih dekat dengan kubu sosiologi tradisional. Manusia bukan merupakan
sukma bebas yarlg dapat melakukan segala yang dapat diinginkannya, melainkan
dihambat oleh lembaga-lembaga sosial dimana mereka berada.
Bagi
Coser, realitas bukan merupakan realitas subyektif seperti yang dikemukakan
oleh C.H. Cooley atau G.H. Mead tetapi realitas obyektif seperti yang dimaksud
oleh Durkheim dan penganut Kaum Fungsionalisme lainnya. Seperti banyak ka.yu di
dalam teori Sosiologi Coser juga mengandung berbagai kelemahan metodologis.
Secara lahiriah bahwa konsen yang diungkapkan memang cukup memuaskan dan
menyenangkan para pembaca tetapi semua teori yang diungkapkannyatidak mungkin
diungkapkan untuk diuji secara empiris. Dalam Konsep Coser masih terdapat
penalaran yang terbelit.
Kritik terhadap
Teori Ralf Dahrendrof
Walaupun
dalam banyak hal teori Dahrendrof mirip dengan teori Lewis Coser. Dalam
karyanya yang terkenal "Class and Class Conflict in Industrial
Society" (1959) Dahrendrof menyatakan bahwa konflik hanya merupakan teori
Partial. Bagi Coser dan Dahrendrof dalam analisa struktural sosial konflik
merupakan suatu fenomena yang harus diperhatikan. Persamaan diantara kedua ahli
teori itu dan antara Dahrendrof dan kaum fungsional struktural lebih jauh dapat
dilihat dalam anggapan dasar mereka tentang hakekat manusia, masyarakat dan
arti penting Teori Sosiologi.
Dahrendrof
telah menyiapkan suatu pembahasan eksplisif dari modal manusia yang dianggap
sebagai esensi dari analisa sosiologis. Dia menyatakan bahwa semua orang yang
dibahas oleh Ilmu Sosial merupakan makhluk abstrak yang artificial. Model-model
yang demikian bermanfaat bagi suatu perburuan analisa ilmiah.
Dahrendrof
menyatakan bahwa peranan merupakan kunci dalam memahami manusia sosiologis.
Setiap orang menduduki posisi sosial dan setiap posisi tersebut harus
diperankannya. Dahrendrof menyatakan bahwa peranan merupakan kunci dalam
memahami manusia sosiologis. Setiap orang menduduki posisi sosial dan setiap
posisi tersebut harus diperankannya. Dahrendrof menyatakan bahwa setiap peranan
sampai pada tingkat tertentu membiarkan pelakunya tetap bebas.
Masyarakat
menolong membentuk perilaku manusia, akan tetapi manusia itu sampai tingkat
tertentu sebaliknya membentuk masyarakat. Peranan seorang ayah misalnya
mencakup keharusan untuk memperlihatkan dan sebagian harus bertanggung jawab
atas kebutuhan yang dipenuhi. Tetapi bagaimana kebutuhan tersebut dapat
dipenuhi berbeda dari sati keluarga dengan keluarga yang lain tanpa ada
ketentuan atau larangan dari masyarakat. Tetapi kebebasan atau fleksibilitas
dapat diminati dan pelaksanaan semua peran yang kita miliki.
Walaupun
telah berpegang pada model ilmiah tentang manusia dan masyarakat Dahrendrof
menyimpang dari sosiologi yang menekankan kebutuhan akan suatu sosiologi bebas
nilai. Karena manusia sesungguhnya bukan hanya homo sociological, dia juga
sebagai manusia moral dan dengan suatu pandangan bebas nilai atas lapangan
mengkaji himbauannya terhadap sosiologi yang relevan menganggap seperti apa
sebenarnya masyarakat modern yang beradab dan terbuka (suatu tugas yang
dianggap sebagai lapangan teori) dan tumbuhannya bahwa demikian ia dilengkapi dengan
teori-teori adalah menjadi tugas sosiologi untuk mengambil bagian dalam proses
perubahan realitas. Walaupun ketika menulis tentang teori dia berbicara seperti
seorang pendeta tetapi teorinya jelas merupakan sumbangan penting bagi usaha
yang patut dilakukan oleh seorang pendeta dalam menjelaskan struktural sosial.
Terlepas dari hal itu mungkin terdapat jumlah kelompok yang bertentangan yang
tak dihitung dan pertentangan dan antagonisme yang berbeda dengan pertentangan
yang didasarkan atas struktur kekuasaan asosiasi. Dahrendrof mengakui bahwa
penyebaran kelompok yang ekstrim serta pertentangan tersebut jarang sekali
terjadi kenyataan. Biasanya dalam masyarakat historis tertentu pertentangan
yang berbeda saling tumpang tindih jadi dalam kenyataan medan pertentangan itu berada
di beberapa arena yang dominan.
Dahrendrof
mengatakan bahwa kenyataan, status ekonomi dan status sosial walau bukan
merupakan determinan kelas, demikian menurut istilah yang dia gunakan merupakan
determinan kelas, demikian menurut istilah yang dia gunakan benar-benar dapat
mempengaruhi intensitas pertentangan. Ia pengetengahkan proporsi sebagai
berikut; bahwa semakin rendahkorelasi antara kedudukan dana aspek-aspek status
sosial ekonomi lainnya, semakin rendah intensitas pertentangan kelas dan
sebaliknya. Dengan perkataan lain kelompok yang menikmati status ekonomi
relatif tinggi memiliki kemungkinan yang rendah untuk terlibat dalam konflik
yang keras dengan struktur kekuasaan dari para mereka yang terbuang dari status
ekonomi dan kekuasaan. Bagi Dahrendrof sama seperti Coser dalam masyarakat maka
pertentangan itu tidak dapat dihilangkan. Pertentangan tersebut fungsional bagi
perkembangan dan perubahan struktural sosial.
Menurut
Dahrendrof, bahwa analisis masyarakat dengan memakai segi pandangan konflik,
bertitik tolak kenyataan bahwa anggotanya dapat dikelompokkan kedalam dua
kategori yaitu orang yang berkuasa dan mereka yang dikuasai.
0 comments:
Post a Comment