Friday, August 26, 2016

Kritik terhadap Teori Lewis A. Coser


Walaupun Coser kadang-kadang ditempatkan di dalam satu paradigma yang berbeda dari paradigma Kaum Fungsionalisme struktural lainnya tetapi lewat karyanya terlihat bahwa dia tetap memiliki komitmen dengan pandangan teoritis yang utama. Sumbangan Coser pada teori masih bertumpu pada tradisi fungsionalisme walaupun tidak seketat model Naturalis. Coser lebih menganggap Teori Konflik sebagai teori parsial dari pada pendekatan yang menjelaskan seluruh sosial. Dia lebih dekat dengan pandangan Robin william, seorang penganut fungsionalisme yang mengatakan bahwa masyarakat aktual terjadi bersama karena adanya konsensus oleh saling ketergantungan, oleh solidaritas, dan oleh paksaan. Pandangan Coser tentang Teori Sosiologi adalah suatu kesatuan pandangan yang mencakup teori-teori konflik maupun konsensus yang parsial.
 Dalam tradisi Duekheim yang menekankan untuk menjelaskan fakta sosial, sosiologi harus menggunakan fakta-fakta sosial lainnya. Coser mengetengahkan kebutuhan teori sosiologis yang menggunakan indikator obyektif untuk menjelaskan realitas sosial. Dengan demikian model manusia dari Coser jelas berada di luar biasanya psikologi sosial dan sebenarnya lebih dekat dengan kubu sosiologi tradisional. Manusia bukan merupakan sukma bebas yarlg dapat melakukan segala yang dapat diinginkannya, melainkan dihambat oleh lembaga-lembaga sosial dimana mereka berada.
Bagi Coser, realitas bukan merupakan realitas subyektif seperti yang dikemukakan oleh C.H. Cooley atau G.H. Mead tetapi realitas obyektif seperti yang dimaksud oleh Durkheim dan penganut Kaum Fungsionalisme lainnya. Seperti banyak ka.yu di dalam teori Sosiologi Coser juga mengandung berbagai kelemahan metodologis. Secara lahiriah bahwa konsen yang diungkapkan memang cukup memuaskan dan menyenangkan para pembaca tetapi semua teori yang diungkapkannyatidak mungkin diungkapkan untuk diuji secara empiris. Dalam Konsep Coser masih terdapat penalaran yang terbelit.

Kritik terhadap Teori Ralf Dahrendrof
Walaupun dalam banyak hal teori Dahrendrof mirip dengan teori Lewis Coser. Dalam karyanya yang terkenal "Class and Class Conflict in Industrial Society" (1959) Dahrendrof menyatakan bahwa konflik hanya merupakan teori Partial. Bagi Coser dan Dahrendrof dalam analisa struktural sosial konflik merupakan suatu fenomena yang harus diperhatikan. Persamaan diantara kedua ahli teori itu dan antara Dahrendrof dan kaum fungsional struktural lebih jauh dapat dilihat dalam anggapan dasar mereka tentang hakekat manusia, masyarakat dan arti penting Teori Sosiologi.
Dahrendrof telah menyiapkan suatu pembahasan eksplisif dari modal manusia yang dianggap sebagai esensi dari analisa sosiologis. Dia menyatakan bahwa semua orang yang dibahas oleh Ilmu Sosial merupakan makhluk abstrak yang artificial. Model-model yang demikian bermanfaat bagi suatu perburuan analisa ilmiah.
Dahrendrof menyatakan bahwa peranan merupakan kunci dalam memahami manusia sosiologis. Setiap orang menduduki posisi sosial dan setiap posisi tersebut harus diperankannya. Dahrendrof menyatakan bahwa peranan merupakan kunci dalam memahami manusia sosiologis. Setiap orang menduduki posisi sosial dan setiap posisi tersebut harus diperankannya. Dahrendrof menyatakan bahwa setiap peranan sampai pada tingkat tertentu membiarkan pelakunya tetap bebas.
Masyarakat menolong membentuk perilaku manusia, akan tetapi manusia itu sampai tingkat tertentu sebaliknya membentuk masyarakat. Peranan seorang ayah misalnya mencakup keharusan untuk memperlihatkan dan sebagian harus bertanggung jawab atas kebutuhan yang dipenuhi. Tetapi bagaimana kebutuhan tersebut dapat dipenuhi berbeda dari sati keluarga dengan keluarga yang lain tanpa ada ketentuan atau larangan dari masyarakat. Tetapi kebebasan atau fleksibilitas dapat diminati dan pelaksanaan semua peran yang kita miliki.
Walaupun telah berpegang pada model ilmiah tentang manusia dan masyarakat Dahrendrof menyimpang dari sosiologi yang menekankan kebutuhan akan suatu sosiologi bebas nilai. Karena manusia sesungguhnya bukan hanya homo sociological, dia juga sebagai manusia moral dan dengan suatu pandangan bebas nilai atas lapangan mengkaji himbauannya terhadap sosiologi yang relevan menganggap seperti apa sebenarnya masyarakat modern yang beradab dan terbuka (suatu tugas yang dianggap sebagai lapangan teori) dan tumbuhannya bahwa demikian ia dilengkapi dengan teori-teori adalah menjadi tugas sosiologi untuk mengambil bagian dalam proses perubahan realitas. Walaupun ketika menulis tentang teori dia berbicara seperti seorang pendeta tetapi teorinya jelas merupakan sumbangan penting bagi usaha yang patut dilakukan oleh seorang pendeta dalam menjelaskan struktural sosial. Terlepas dari hal itu mungkin terdapat jumlah kelompok yang bertentangan yang tak dihitung dan pertentangan dan antagonisme yang berbeda dengan pertentangan yang didasarkan atas struktur kekuasaan asosiasi. Dahrendrof mengakui bahwa penyebaran kelompok yang ekstrim serta pertentangan tersebut jarang sekali terjadi kenyataan. Biasanya dalam masyarakat historis tertentu pertentangan yang berbeda saling tumpang tindih jadi dalam kenyataan medan pertentangan itu berada di beberapa arena yang dominan.
Dahrendrof mengatakan bahwa kenyataan, status ekonomi dan status sosial walau bukan merupakan determinan kelas, demikian menurut istilah yang dia gunakan merupakan determinan kelas, demikian menurut istilah yang dia gunakan benar-benar dapat mempengaruhi intensitas pertentangan. Ia pengetengahkan proporsi sebagai berikut; bahwa semakin rendahkorelasi antara kedudukan dana aspek-aspek status sosial ekonomi lainnya, semakin rendah intensitas pertentangan kelas dan sebaliknya. Dengan perkataan lain kelompok yang menikmati status ekonomi relatif tinggi memiliki kemungkinan yang rendah untuk terlibat dalam konflik yang keras dengan struktur kekuasaan dari para mereka yang terbuang dari status ekonomi dan kekuasaan. Bagi Dahrendrof sama seperti Coser dalam masyarakat maka pertentangan itu tidak dapat dihilangkan. Pertentangan tersebut fungsional bagi perkembangan dan perubahan struktural sosial.

Menurut Dahrendrof, bahwa analisis masyarakat dengan memakai segi pandangan konflik, bertitik tolak kenyataan bahwa anggotanya dapat dikelompokkan kedalam dua kategori yaitu orang yang berkuasa dan mereka yang dikuasai.

0 comments: