Timbul
persoalan, bagaimana merekayasa pergeseran-pergeseran nilai dalam rangka
mengaktualisasikan diri sesuai dengan tuntutan zaman sehingga bangsa Indonesia memiliki
ciri-ciri universal dari bangsa yang modern, tetap mempertahankan identitas
kebangsaan yang bersumber dari nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. Masalah
penerapan teknologi bagi kepentingan pembangunan di Indonesia memerlukan
penelaahan yang cermat dan mendalam menuju pemilihan alterantif terbaik yang
dapat menghasilkan karya-karya teknologi yang tepat guna dan tepat lingkungan,
berdaya guna dan berhasil guna bagi peningkatan kesejahteraan rakyat.
Proses
pembangunan saat ini harus berakar dari bawah (grassroots), memelihara
keberagaman budaya, serta menjunjung tinggi martabat serta kebebasan bagi
manusia dan masyarakat. Dengan kata lain pembangunan harus menganut paradigma
pembangunan yang berpusat pada rakyat. Dengan demikian, perlu adanya partisipasi
secara aktif, penuh inisiatif dan inovatif dari masyarakat itu sendiri.
Sehingga partisipasi masyarakat dalam konteks ini mengandung makna untuk
meneggakan demokrasi local yang selama ini “terpendam” yang sebenarnya telah
dimiliki oleh masyarakat. Sedangkan proses pemberdayaan masyarakat harus
mengandung makna yang dinamis untuk mengembangkan diri dalam mencapai kemajuan.
Dalam berkomunikasi untuk
membangkitkan partisipatif masyarakat, Harmoko mengemukakan bahwa pesan yang
disampaikan kepada khalayak haruslah :
1. Membaca berita hangat yang isinya
cocok dengan kepentingan masyarakat.
2. Menggugah hati masyarakat sehingga
gagasan dan perasaan yang disampaikan oleh si pembawa pesan sudah seperti milik
si penerima pesan itu sendiri.
3. Menimbulkan dorongan bertindak bagi
sasaran khalayak secara spontan dan penuh kesan.
Saluran
media massa pada umumnya lebih banyak digunakan untuk komunikasi informatif.
Dengan saluran ini komunikator pembangunan pembangunan berusaha untuk
memperkenalkan dan memberikan pengetahuan mengenai pesan-pesan pembangunan.
Selanjutnya untuk perubahan perilaku, aktifitas komunikasi harus
dilipatgandakan dengan menggunakan berbagai macam saluran.
Rogers dan
Shoemaker mengatakan bahwa saluran interpersonal masih memegang peranan penting
dibanding dengan media massa, terlebih-lebih di negara-negara yang belum maju
dimana kurang tersedianya media massa yang dapat menjangkau khalayak terutama
warga pedesaan, tingginya tingkat buta huruf dan tidak sesuainya pesan-pesan
yang disampaikan dengan kebutuhan masyarakat.
Lazarsfeld[9] mengatakan bahwa media massa hanya merupakan, 1)
peliput ganda pesan dan penyebar ide secara mendatar dan 2) penguat artinya
hanya didengar apabila sependapat dengan pendapat komunikan. Jadi saluran
interpersonal dipergunakan apabila kita mengharapkan efek perubahan tingkah
laku (behavior change) dari komunikan.
Indonesia sampai saat ini masih
termasuk salah satu negara yang sedang berkembang, dimana sebagian besar
penduduknya berada di pedesaan dan sekitar 50 % hidup dari hasil
pertanian. Oleh sebab itu strategi
komunikasi pembangunan masih dipusatkan pada daerah pedesaan. Hal ini sesuai
dengan pendapat Depari dan Mc Andrews (1991)[10] bahwa sampai saat ini strategi komunikasi
pembangunan masih terbatas pada siaran pedesaan, baik melalui media massa
maupun pemanfaatan para petugas penyuluhan pembangunan. Oleh sebab itu perlu
dipikirkan lebih lanjut, bagaimana usaha-usaha komunikasi yang ada dapat
dikembangkan, terlebih-lebih menghadapi tantangan era globalisasi.
Dalam hal ini di Indonesia melalui
televisi dan radio sebagai saluran media massa juga sudah pernah melaksanakan
program acara siaran pedesaan. Demikian pula Koran Masuk Desa (KMD) sebagai
media cetak telah disalurkan kepada masyarakat pedesaan. Sedangkan melalui
saluran komunikasi interpersonal pemerintah telah menerjunkan jupen-jupen
pembangunan dan penyuluh pertanian lapangan (PPL).Pertunjukan rakyat yang
mengemas pesan-pesan pembangunan pun banyak ditampilkan dan kegiatan ini punya
daya tarik dan kekuatan tersendiri.
Susanto
(1988) mengatakan bahwa bentuk-bentuk komunikasi melalui pertunjukan
rakyat/tradisional di maksud untuk : 1) Memudahkan penerimaan pesan-pesan oleh
masyarakat karena disajikan dalam bentuk yang santai dan mudah dipahami bentuk
dan lambangnya. 2) Memancing komunikasi ke atas, yaitu pesan-pesan dari rakyat
langsung kepada pemerintah dalam bentuk yang dapat diterima oleh pemerintah. Di
samping itu wadah lain yang umumnya terdapat dipedesaan yaitu kelomponcapir ; wadah
yang dapat menjembatani pesan-pesan pembangunan dari media massa kepada
masyarakat. Wadah ini biasanya dipimpin oleh pemuka-pemuka masyarakat (opinion
leaders), yang biasanya memiliki ciri-ciri, lebih tinggi pendidikan formalnya,
lebih tinggi status sosialnya serta status ekonominya, lebih inovatif dalam
menerima atau mengadopsi ide-ide baru, lebih tinggi kemampuan medianya,
kemampuan empati mereka lebih besar, partisipasi sosial mereka lebih besar,
lebih kosmopolit (modern).
Untuk masyarakat
perkotaan yang umumnya sudah memiliki banyak media, pesan harus disampaikan
sedemikian rupa disesuaikan dengan tingkat pendidikan dan kebutuhan. Penyajian
pesan lewat sinetron yang dapat dinikmati keluarga dikala santai akan dapat
menggugah kesadaran khalayak. Di samping penyajian pesan melalui media
tercetak, seperti leaflet, folder, brosur, dan sebagainya, yang dibuat dengan
cara yang menarik sehingga sayang untuk dibuang begitu saja.
0 comments:
Post a Comment