Weber dalam buku Sunarto, 2004:12 sebagai pengemuka dari paradigma
ini mengartikan sosiologi sebagai studi tentang tindakan sosial antar hubungan
sosial. Inti tesisnya adalah “tindakan yang penuh arti” dari individu, yang
dimaksudkannya dengan tindakan sosial itu adalah tindakan individu sepanjang
tindakannya itu mempunyai makna atau arti subyektif bagi dirinya dan diarahkan
kepada tindakan orang lain. Sebaliknya, tindakan individu yang diarahkan kepada
benda mati atau obyek fisik semata tanpa dihubungkannya dengan tindakan orang
lain maka itu bukan merupakan tindakan sosial. Tindakan seseorang melemparkan
batu ke dalam sungai bukan tindakan sosial. Akan tetapi, tindakan tersebut dapat
berubah menjadi tindakan sosial kalau dengan melemparkan batu tersebut
dimaksudkan untuk menimbulkan reaksi dari orang lain.
Menurut Marx Weber, tidak semua tindakan manusia dapat dianggap
sebagai tindakan sosial. Suatu tindakan hanya dapat disebut tindakan sosial
apabila tindakan tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan perilaku orang lain
dan berorientasi pada perilaku orang lain. Dan suatu tindakan ialah perilaku
manusia yang mempunyai makna subjektif bagi pelakunya ( Sunarto, 2004: 12 ).
Dalam pembahasan tindakan sosial, tidak selalu dan semua perilaku
dapat dimengerti sebagai suatu manifestasi rasionalitas. Menurut Marx Weber,
metode yang bisa dipergunakan untuk memahami arti-arti subjektif tindakan
sosial seseorang adalah dengan verstehen. Istilah ini tidak hanya
merupakan introspeksi diri sendiri, bukan tindakan subjektif orang lain.
Sebaliknya, apa yang dimaksud Weber dengan verstehen adalah kemampuan
untuk berempati atau kemampuan untuk menempatkan diri dalam kerangka berpikir
orang lain yang perilakunya mau dijelaskan dan situasi serta tujuan-tujuannya
mau dilihat menurut perspektif itu ( Narwoko, 2008: 18 ).
Suatu tindakan adalah
perilaku manusia yang mempunyai makna subjektif bagi pelakunya. Sosiologi
bertujuan untuk memahami (verstehen) mengapa tindakan sosial mempunyai
arah dan akibat tertentu, sedangkan tiap tindakan mempunyai makna subjektif
bagi pelakunya, maka ahli sosiologi yang hendak melakukan penafsiran bermakna,
yang hendak memahami makna subjektif suatu tindakan sosial harus dapat membayangkan
dirinya ditempat pelaku untuk dapat ikut menghayati pengalamannya
(http://socius3.wordpress.com/2008/03/07/konsep-dasar-sosiologisimmel-serta-max-weber/
diakses pada tanggal Jumat 08 Mei 2015
pukul 15: 40 WIB).
Marx Weber mengklasifikasikan ada empat jenis tindakan sosial yang
mempengaruhi sistem dan struktur sosial masyarakat ( Narwoko, 2008: 19 ).
Keempat jenis tindakan sosial itu adalah :
a. Rasionalitas
Instrumental. Disini tindakan sosial yang dilakukan seseorang didasarkan atas
pertimbangan dan pilihan sadar yang berhubungan dengan tujuan tindakan itu dan
ketersediaan alat yang dipergunakan untuk mencapainya.
b. Rasionalitas
Orientasi Nilai. Dalam tindakan jenis ini adalah bahwa alat-alat yang ada hanya
merupakan pertimbangan dan perhitungan yang sadar, sementara tujuan-tujuannya
sudah ada didalam hubungannya dengan nilainilai individu yang bersifat absolut.
Artinya, nilai itu merupakan nilai akhir bagi individu yang bersangkutan dan
bersifat nonrasional, sehingga tidak memperhitungkan alternatif.
c. Tindakan
Tradisional. Dalam tindakan jenis ini, seseorang memperlihatkan perilaku
tertentu karena kebiasaan yang diperoleh dari nenek moyang, tanpa refleksi yang
sadar atau perencanaan.
d. Tindakan
Afektif. Tipe ini didominasi perasaan atau emosi tanpa refleksi intelektual
atau perancanaan sadar. Tindakan afektif ini sifatnya spontan, tidak rasional,
dan merupakan ekspresi emosional dari individu.
Marx Weber mengakui bahwa empat jenis tindakan sosial yang
diutarakan adalah merupakan tipe ideal dan jarang bisa ditemukan dalam
kenyataan. Akan tetapi, terlepas dari persoalan itu, apa yang hendak
disampaikan Weber adalah bahwa tindakan sosial apa pun wujudnya hanya dapat
dimengerti menurut arti subjektif dan pola-pola motivasional yang berkaitan
dengan itu. Untuk mengetahui arti subjektif dan motivasi individu yang
bertindak, yang diperlukan adalah kemampuan untuk berempati pada peranan orang
lain.
Bagi Weber, dunia terwujud karena tindakan sosial. Manusia
melakukan sesuatu karena mereka memutuskan untuk melakukannya dan ditujukan
untuk mencapai apa yang mereka inginkan/kehendaki. Setelah memilih sasaran,
mereka memperhitungkan keadaan, kemudian memilih tindakan. Perhatian Weber pada
teoriteori tindakan berorientasi tujuan dan motivasi pelaku, tidak berarti
bahwa ia hanya tertarik pada kelompok kecil, dalam hal ini interaksi spesifik
antar individu. Weber berpendapat bahwa bisa membandingkan struktur beberapa
masyarakat dengan memahami alasan-alasan mengapa warga masyarakat tersebut
bertindak, kejadian historis (masa lalu) yang mempengaruhi karakter mereka, dan
memahami tindakan para pelakunya yang hidup dimasa kini, tetapi tidak mungkin
menggeneralisasi semua masyarakat atau semua struktur sosial.
http://ilhamfadli.blogspot.com/2009/02/paradigma-sosiologi-teori-sosiologi.html
diakses pada tanggal 08 Mei 2015, Jumat pukul 16:08 WIB.
0 comments:
Post a Comment