Kemajuan dibidang ekonomi dan politik ternyata tidak
membuat Indonesia bebas dari ancaman sebagai negara gagal. Hal ini disebabkan
pemerintah lebih memperhatikan pertumbuhan ekonomi dan politik serta
mengabaikan kearifan lokal sebagai bagian dari karakter bangsa. Bahaya ini
bertambah besar karena sikap dan mental para pemimpin disetiap instansi
pemerintah yang tidak mempedulikan warna merah sebagai isyarat alam tentang
datangnya bahaya menuju kondisi kritis merah padam sebagai negara gagal. Negara
gagal dicerminkan oleh ketidakmampuan mengorganisasi aparatur secara efektif
yang mengarah kekacaubalauan. Hal yang urgen disini adalah bidang kepemimpinan.
Menurut Bappenas enam puluh persen keberhasilan pembangunan ditentukan daerah
karena otonomi daerah. Dalam komunikasi organisasi, kajian tentang kepemimpinan
seringkali dibahas. Kepemimpinan mengacu pada perilaku yang ditunjukkan oleh
seseorang atau lebih individu dalam kelompok yang membantu kelompok mencapai
tujuannya. Dalam bidang kepemimpinan, pemimpin daerah memiliki political
leadership yang menyangkut seluruh aspek kehidupan masyarakat dalam suatu
wilayah. Pemimpin yang baik diperoleh dari proses yang panjang, tidak muncul
secara tiba-tiba.
Kepemimpinan merupakan kemampuan mempengaruhi orang
lain untuk melakukan sesuatu yang dikehendaki oleh pemimpin secara sukarela.
Seorang kepala daerah yang mempunyai kapasitas sebagai pejabat politik dan
pemimpin pemerintahan di daerahnya, haruslah mempunyai kepemimpinan dibidang
organisasi dan kepemimpinan dibidang sosial. Di bidang organisasi, seorang
kepala daerah mempunyai bawahan yang patuh pada berbagai ikatan norma-norma
organisasi formal. Dibidang sosial, seorang kepala daerah memiliki kapasitas
dan kualitas pribadi dalam menggerakkan bawahannya. Dalam hal ini aspek sosial
dan politik lebih dominan daripada aspek administratif.
Kepemimpinan
dibidang sosial lebih banyak diperoleh dari proses politik yang membawa dirinya
menjadi kepala daerah. Kepemimpinan berhubungan erat dengan komunikasi, tujuan
komunikasi adalah mencapai kesamaan makna. Pada dasarnya kesamaan makna ini
merupakan upaya untuk mempengaruhi karena makna yang dimaksud adalah makna yang
dikehendaki oleh satu pihak yang ditujukan pada pihak lain. Kepemimpinan
merupakankemampuan mempengaruhi orang lain untuk melakukan sesuatu yang
dikehendaki oleh pemimpin secara sukarela. Keberhasilan seorang pemimpin dapat
diperoleh dari keberhasilannya dalam kegiatan komunikasi. Dia tidak mungkin
menjadi pemimpin tanpa punya pengikut. Oleh karena itu, pemimpin haruslah
mempunyai kemampuan membina hubungan komunikatif dengan pengikut-pengikutnya.
Dia hendaknya mempunyai daya tarik dan kredibilitas.
Seorang pemimpin yang juga sebagai komunikator,
hendaknya mempunyai daya tarik misalnya daya tarik fisik, busana, suara dan
dukungan fisik lainnya serta kesamaan diantara pemimpin sebagai komunikator
dengan khalayaknya. Kredibilitas menurut Rakhmat (1991) adalah seperangkat
persepsi khalayak tentang sifat-sifat komunikator, sehingga sesungguhnya
kredibilitas tidak melekat dalam diri komunikator. Kredibilitas mencakup dua
komponen yaitu keahlian dan dapat dipercaya. Keahlian adalah kesan yang
dibentuk oleh khalayak tentang kemampuan komunikator dalam hubungannya dengan
topik yang dibicarakan seperti cerdas, mampu, ahli, berpengalaman atau
terlatih. Sedangkan kepercayaan adalah kesan khalayak tentang komunikator yang
berkaitan dengan wataknya seperti jujur, bermoral, tulus, adil, sopan dan
sebagainya. Faktor homofili atau kebersamaan komunikator dengan khalayak akan
mempermudah interaksi yang memberikan efek positif.
Menurut Arifin (2008), keakraban atau hubungan baik
antara komunikator politik dengan khalayak merupakan hal yang penting dalam
proses dan efektivitas komunikasi politik. Keakaraban ini dapat dicapai, jika
komunikator dengan khalayak dapat hidup bersama dan bermain bersama. Hal ini
dapat terwujud bila antara komunikator dengan khalayaknya banyak memiliki
kesamaan, terutama dalam hal nilainilai, pendidikan, status dan sebagainya.
Tingkat perbedaan antara komunikator dengan khalayak merupakan masalah paling
menonjol dalam komunikasi inovasi atau komunikasi yang menharapkan perubahan
atau pembaruan. Untuk mengatasi hal tersebut, komunikator politik harus
mempelajari kerangka referensi dan kerangka pengalaman khalayak yang dikenal
sebagai filter konseptual dan berusaha menciptakan sebanyak mungkin persamaan.
Dalam hal ini komunikator harus memiliki kemampuan empati, yaitu kemampuan
menempatkan diri pada posisi diri orang lain. Empati merupakan kepribadian saat
seseorang dengan mudah menyesuaikan diri dengan kondisi, situasi dan
kepribadian orang lain.
0 comments:
Post a Comment