Tuesday, October 25, 2016

Pendekatan Kepemimpinan

1. Pendekatan Sifat

Dalam pendekatan  sifat timbul  pemikiran  bahwa  pemimpin  iti dilahirkan, pemimpin bukan dibuat. Pemikiran semacam itu dinamakan pemikiran Hereditary” (turun temurun). Pendekatan secara turun temurun bahwa pemimpin dilahirkan buka dibuat pemimpin   tida dapa memperole kemampuan    dengan belajar/latihan  tetapi dari menerima warisan, sehingga menjamikepemimpinan dalam garis turun temurun dilakukan antar anggota keluarga. Dengan demikian kekuasaan dan kesejahteraan dapat dilangsungkan pada generasi berikutnya yang termasuk dalam garis keturunan keluarga yang saat itu berkuasa.
Kemudian timbul teori baru yaitu Physical Characteristic Theory (teori darFisik). Kemudian timbul lagibahwa pemimpin itu dapat diciptakan melalui latihan sehingga  setiaoranmempunyai  potensi untuk  menjadi  pemimpin.  Para  ahli umumnya memiliki pandangan perlunya seorang pemimpin mempunyai sifat-sifat yang baik. Pandangan semacam ini dinamakan pendekatan sifat. Adapun sifat-sifat yang baik yang harus dimiliki seorang pemimpin yaitu: (a) bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; (b) cakap, cerdik dan jujur; (c) sehat jasmani dan rohani; (d) tegas, berani, disiplin dan efisien; (e) bijaksana dan manusiawi; (f) berilmu; (g) bersemangat tinggi; (h) berjiwa matang dan berkemauan keras; (i) mempunyai motivasi kerja tinggi; (j) mampu berbuat adil; (k) mampu membuat rencana dan keputusan; (l) memiliki rasa tanggung jawab yang besar; (m) mendahulukan kepentingan orang lain.
2. Pendekatan Perilaku

Pendekatan perilaku adalah keberhasilan dan kegagalan seorang pemimpin itu dilakukan oleh gaya bersikap dan bertindak pemimpin yang bersangkutan. Gaya bersikap dan bertindak akan tampak dari cara memberi perintah, memberi tugas, cara berkomunikasi, cara membuat keputusan, cara mendorong semangat kerja bawahan, cara menegakkan  disiplin, cara pengawasan dan lain-lain. Bila dalam melakukan tindakan dengan cara lugas, keras, sepihak yang penting tugas selesai dengan  baik,  dan  yang  bersalah  langsung  dihukum,  gaya  kepemimpinan  itu cenderung bergaya otoriter.
Sebaliknya jika dalam melakukan kegiatan tersebut pemimpin dengan cara

halus, simpatik, interaksi timbal balik, menghargai pendapat dan lain-lalin. Maka gaya  kepemimpinan  ini  bergaya  kepemimpinan  demokratis.  Pandangan  klasik menganggap  sikap  pegawai  itu  pasif  dalam  arti  enggan  bekerja,  malas,  takut memikul  tanggung  jawab, bekerja  berdasarkan  perintah.  Sebaliknya  pandangan modern pegawai itu manusia yang memiliki perasaan, emosi, kehendak aktif dan tanggung jawab. Pandangan klasik menimbulkan gaya kepemimpinan otoriter sedangkan pandangan modern menimbulkan gaya kepemimpinan demokratis. Dari dua pandangan di atas menimbulkan gaya kepemimpinan yang berbeda.
3. Pendekatan Kontingensi

Dalam pandangan ini dikenal dengan sebutan One Best Way (Satu yang terbaik), artinya untuk mengurus suatu organisasi dapat dilakukan dengan paralek tunggal untuk segala situasi. Padahal kenyataannya tiap-tiap organisasi memiliki ciri khusus  bahkan  organisasi  yang  sejenis  akan  menghadapi  masalah  berbeda lingkungan yang berbeda, pejabat dengan watak dan perilaku yang berbeda. Oleh karena  itu  tidak  dapat  dipimpin  dengan  perilaku  tunggal  untuk  segala  situasi. Situasi yang berbeda harus dihadapi dengan perilaku kepepimpinan yang berbeda.
Fremont E. Kast (1979) mengatakan bahwa organisasi adalah suatu sistem yang terdiri dari sub sistem dengan batas lingkungan supra sistem. Pandangan kontingensi  menunjukkan  pendekatan  dalam organisasadanya  natar hubungan dalam sub sistm yang terdiri daari sub sistem maupun organisasi dengan lingkungannya. Kontingensi berpandangan bahwa azas-azas organisasi bersifat universal. Apabila dikaitkan dengan kepemimpinan maka dapat dikatakan bahwa tiap-tiap organisasi adalah unik dan tiap situsi harus dihadapi dengan gaya kepemimpinan tersendiri.
4. Pendekatan Terpadu

Paul Kenneth H. Blanchard (1977), memadukan berbagai teori kedalam pendekatan kepemimpinan situasional dengan maksud menunjukkan kesamaan dari pada perbedaan diantara teori-teori tersebut. Teori-teori yang dipadukan adalah:
a.  Perpeduan antara teori motivasi jenjang kebutuhan teori tingkat kematangan bawahan dengan pendekatan kepemimpinan situasional.
b.  Perpaduan teori motivasi 2 faktor teori tingkat kematangan bawahan, dengan pendekatan situasional.
c.  Perpaduan  antar  4  sistem  manajemen,  teori  tingkat  kematangan  bawahan dengan pendekatan situasional
d.  Perpaduan antara teori x dan y, teori tingkat kematangan bawahan dengan kematangan situasional
e.  Perpaduan  antara pola  perilaku  A dan B, tori tingkat kematangan  bawahan dengan pendekatan kepemimpinan situasional
f.  Perpaduan  antara  4  anggapan  tentang  orang,  teori  kematangan  bawahan

dengan kepemimpinan situasional

g.  Perpaduan antara teori Ego State, teori tingkat kematangan bawahan dengan pendekatan kepemimpinan situasional
h.  Perpaduan  antara  teori  Life  Position ,  teori  tingkat  kematangan  bawahan

dengan pendekatan kepemimpinan situasional

i.   Perpaduan  antara  teori  system  control,  teori  tingkat  kematangan  bawahan dengan pendekatan kepemimpinan situasional.
j Perpaduan antara teori dasar daya, teori tingkat kamatangan bawahan dengan pendekatan kepemikmpinan situasional.
k.  Perpaduan antara teori Parent effektiviness training, teori tingkat kematangan

bawahan dengan pendekatan kepemimpinan situasional

l.   Perpaduan    antara    teori    pertumbuhan    organisasi    dengan    pendekatan kepemimpinan situasional.
m. Perpadua antar teor prose pertumbuha organisasi teor tingkat

kematangan bawahan dengan pendekatan kepemimpinan situasional.

n.  Perpaduan antara teori siklus perubahan, teori tingkat kematangan bawahan dengan pendekatan kepemimpinan situasional.
o.  Perpaduan antara teori modivikasi perilaku, teori tingkat kematangan bawahan dengan pendekatan kepemimpinan situasional

p.  Perpaduan antara teori Force field analysis, teori tingkat kematangan bawahan dengan pendekatan kepemimpinan situasional.

0 comments: