Komunikasi
dan pembangunan merupakan dua hal yang saling berhubungan erat, dimana Siebert,
Peterson dan Schramm (1956) menyatakan bahwa dalam mempelajari sistem
komunikasi manusia, seseorang harus memperhatikan beberapa kepercayaan dan
asumsi dasar yang dianut suatu masyarakat tentang asal usul manusia, masyarakat
dan Negara.
Strategi pembangunan menentukan strategi komunikasi,
maka makna komunikasi pembangunan pun bergantung pada modal atau paradigma
pembangunan yang dipilih oleh suatu negara. Peranan komunikasi pembangunan
telah banyak dibicarakan oleh para ahli, pada umumnya mereka sepakat bahwa
komunikasi mempunyai andil penting dalam pembangunan[1].
Everett M.
Rogers (1985) menyatakan bahwa, secara sederhana pembangunan adalah perubahan
yang berguna menuju suatu sistem sosial dan ekonomi yang diputuskan sebagai
kehendak dari suatu bangsa. Dia juga menyatakan bahwa komunikasi merupakan dasar
dari perubahan social pada suatu bangsa. Perubahan yang dikehendaki dalam
pembangunan tentunya perubahan ke arah yang lebih baik atau lebih maju dari
sebelumnya. Oleh karena itu peranan komunikasi dalam pembangunan harus
dikaitkan dengan arah perubahan tersebut. Artinya kegiatan komunikasi harus
mampu mengantisipasi gerak pembangunan.
Pembangunan merupakan proses yang
penekanannya pada keselarasan antara aspek kemajuan lahiriah dan kepuasan
batiniah. Jika dilihat dari segi ilmu komunikasi yang juga mempelajari masalah
proses, yaitu proses penyampaian pesan seseorang kepada orang lain untuk
merubah sikap, pendapat dan perilakunya. Maka pembangunan pada dasarnya
melibatkan minimal tiga komponen yakni komunikator pembangunan (bisa aparat
pemerintah atau masyarakat), pesan pembangunan yang berisi ide atau program
pembangunan dan komunikan pembangunan, yaitu masyarakat luas sasaran
pembangunan[2].
Dengan
demikian pembangunan di Indonesia adalah rangka pembangunan manusia seutuhnya
dan pembangunan masyarakat Indonesia harus bersifat pragmatik yaitu suatu pola
yang membangkitkan inovasi bagi masa kini dan yang akan datang. Dalam hal ini
tentunya fungsi komunikasi harus berada di garis depan untuk merubah sikap dan
perilaku manusia Indonesia sebagai pemeran utama pembangunan, baik sebagai
subjek maupun sebagai objek pembangunan.
1. Strategi Komunikasi
Rogers mengatakan, komunikasi tetap
dianggap sebagai perpanjangan tangan para perencana pemerintah dan fungsi
utamanya adalah untuk mendapatkan dukungan masyarakat dan partisipasi mereka
dalam pelaksanaan rencana-rencana pembangunan[3]. Dari pendapat Rogers ini jelas bahwa setiap
pembangunan dalam suatu bangsa memegang peranan penting. Karenanya pemerintah
dalam melancarkan komunikasi perlu memperhatikan strategi apa yang dapat
digunakan untuk menyampaikan pesan sehingga efek yang diharapkan itu sesuai
dengan harapan.
Para ahli
komunikasi terutama di negara-negara berkembang mempunyai perhatian yang sangat
besar terhadap strategi komunikasi dalam hubungannya dengan penggiatan
pembangunan nasional di negara-negara. Fokus perhatian ahli komunikasi ini
memang penting karena efektivitas komunikasi bergantung pada strategi
komunikasi yang digunakan.
Effendy (1993) mengatakan strategi
baik, secara makro (planned multimedia strategy) mempunyai fungsi ganda yaitu :
1. Menyebarluaskan pesan komunikasi
yang bersifat informatif, persuasif, dan instruktif secara sistematik kepada
sasaran untuk memperoleh hasil yang optimal.
2. Menjembatani “cultural gap” akibat
kemudahan diperolehnya dan kemudahan dioperasionalkannya media massa yang
begitu ampuh, yang jika dibiarkan akan merusak nilai-nilai budaya[4].
Strategi
pada hakekatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen untuk mencapai
suatu tujuan. Tetapi untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi
sebagai peta jalan yang menunjukkan arah saja, melainkan harus menunjukkan
bagaimana taktik operasionalnya. Dengan demikian strategi komunikasi merupakan
paduan dari perencanaan komunikasi (communication management) untuk mencapai
suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut strategi komunikasi harus dapat
menunjukkan bagaimana operasionalnya secara taktis harus dilakukan, dalam arti
bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda tergantung pada situasi dan kondisi.
Untuk mantapnya strategi komunikasi,
maka segala sesuatunya harus dipertautkan dengan komponen-komponen yang
merupakan jawaban terhadap pertanyaan yang dirumuskan, yaitu who says what in
which channel to whom with what effect. Rumus tersebut jika dikaji lebih jauh,
pertanyaan “efek apa yang diharapkan” secara implisit mengandung pertanyaan
lain yang perlu dijawab dengan seksama, yaitu : 1. When (Kapan
dilaksanakannya). 2. How (Bagaimana melaksanakannya). 3. Why (Mengapa
dilaksanakan demikian)[5]. Atau dalam ilmu jurnalistik sering dikatakan dengan
5 W 1 H (What, Who, Whay, When, Where dan How).
Para ahli
komunikasi sependapat bahwa dalam melancarkan komunikasi lebih baik
mempergunakan pendekatan yang disebut A-A Procedure atau from Attention to
Action Procedure. AA Procedure adalah penyederhanaan dari suatu proses yang
disingkat AIDDA (Attention (perhatian), Interest (minat), Desire
(kemauan/hasrat), Decision (keputusan), Action (tindakan)). Jadi proses
perubahan sebagai efek komunikasi melalui tahapan yang dimulai dengan
membangkitkan perhatian. Apabila perhatian komunikan telah terbangkitkan,
hendaknya disusul dengan upaya menumbuhkan minat, yang merupakan derajat yang
lebih tinggi dari perhatian. Minat adalah kelanjutan dari perhatian yang
merupakan titik tolak bagi timbulnya hasrat untuk melakukan suatu kegiatan yang
diharapkan komunikator. Hanya ada hasrat saja pada diri komunikan, bagi
komunikator belum berarti apa-apa sebab harus dilanjutkan dengan datangnya
keputusan, yakni keputusan untuk melakukan tindakan. Selain melalui pendekatan
di atas, maka seseorang komunikator harus mempunyai kemampuan untuk melakukan
perubahan sikap, pendapat, dan tingkah laku apabila dirinya terdapat
faktor-faktor kredibilitas dan attractiveness.
2. Strategi Komunikasi Efektif
Strategi
komunikasi yang efektif dalam komunikasi pembangunan tidak hanya sekedar
membuat pesan-pesan yang bisa memberikan dampak bagi target atau audien. Tapi
juga mampu merefleksikan misi, tujuan dan sasaran organisasi yang terintegrasi
dalam operasi sehari-hari. Maka, stretegi itu butuh artikulasi yang jelas
tentang audien, kejelasan pesan dan pilihan media.
Adapun strategi yang efektif dalam
penyampaian komunikasi pembangunan antara lain :
a. Planning
Strategi
komunikasi yang efektif selalu diawali oleh perencanaan yang solid dan matang
(planning) yaitu kunci bagi keberhasilan proyek tujuan. Perencanaan yang bagus
bisa dijadikan koridor kerja bagi orang-orang yang melaksanakan misi
komunikasi. Strategi akan membimbing kita kearah mana komunikasi digerakkan,
mulai dari proses persiapan hingga menyampaikan pesan pada publik.
Ada tiga jenis planning yang harus
dipertimbangkan dalam strategi komunikasi di era digital saat ini yaitu :
1. Organizational Planning, yaitu terkait dengan siapa-siapa
saja yang bertanggung jawab melakukan tindakan-tindakan apa saja untuk misi
komunikasi.
2. Communications Planning yaitu terkait penentuan
cara-cara yang digunakan untuk mengkomunikasikan pesan. Apakah lewat media
tertentu atau umum, serta bagaimana isi pesannya.
3. Technology Planning yaitu terkait alat bantu
teknologis untuk menyampaikan pesan. Apakah kita mengirim press release via
e-mail, atau menyampakaian undangan untuk konferensi pers dan dengan
menggunakan teknologi lainnya.
b. Sasaran dan Tujuan
Pesan harus
diciptakan sejelas-jelasnya demi sasaran yang dituju, lalu pesan disampaikan
dengan metode yang tertentu supaya bisa sampai ke publik yang kita bidik. Untuk
mencapai target ini, tentu dibutuhkan teknologi pembantu agar penyusunan
planning jadi lebih mudah.
Karenanya
sasaran dan tujuan harus ditetapkan saat melakukan planning yaitu audien siapa
yang ingin dijangkau, bagaimana keadaan audien sasaran yang hendak dijangkau,
mengidentifikasi audien dan kemudian memahami keadaan audien. Ini adalah salah
satu kunci keberhasilan rencana komunikasi yang baik dan efektif. Karena
komunikasi yang efektif bukan berarti harus menjangkau semua target audien.
Tapi lebih efektif jika kita bisa membidik orang-orang tertentu yang sangat
berpengaruh dalam pembuatan keputusan publik.
c. Pembentukan Pesan
Pembentukan
pesan dengan sedemikian rupa sehingga menjadi perhatian public juga menjadi
salah satu strategi efektif dalam komunikasi untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Kita harus bisa menyusun pesan yang cocok untuk berbagai kalangan
audien sasaran dan berbagai bentuk media yang digunakan.
Karena cara
kita mengkomunikasikan pesan pada pers tentu berbeda dengan cara
mengkomunikasikan pesan langsung pada audien. Menulis di web juga jelas sangat
berbeda dengan menulis pesan untuk radio atau koran.
Karenanya
setelah kita berhasil mengidentifikasi audien baru membentuk pesan-pesan yang
akan disampaikan pada audien. Pesan-pesan ini harus terkait kuat dengan misi
organisasi dan tujuan komunikasi kita.
Dalam membentuk pesan, kita perlu
mempertimbangkan hal-hal berikut : seberapa besar audiens kita, pesan model apa
yang lebih gampang direspon oleh audien, melalui audien bisa dicapai (Internet,
radio, TV, cetak), informasi apa yang audien butuhkan dari organisasi kita,
bahasa apa yang akan lebih gampang ditangkap audien, dan saat merancang pesan
kita juga harus perhatikan bahwa setiap media komunikasi (televisi, cetak,
email, Web) akan membutuhkan pendekatan berbeda.
d. Media Choices
Memilih
jenis media yang paling cocok untuk menyampaikan pesan dan menjangkau audien
merupakan langkah yang harus diambil. Karena jika tepat, audien akan sangat
cepat memahami pesan yang diberikan. Jenis media yang dipilih akan berpengaruh
pada kemampuan audien menjangkau isi pesan.
Jenis media
tertentu mungkin bisa menyampaikan pesan tertentu dan bisa dijangkau kelompok
audien tertentu pula. Juga patut kita perhatikan dalam mengemas pesan format
harus disesuaikan bisa dikemas dalam bentuk berita, hiburan, atau bahkan iklan.
e. Evaluasi
Strategi
komuniksi yang efektif selalu mempertimbangkan evaluasi, namun yang satu ini
sering kali terabaikan. Bisa jadi pengabaian ini berdasarkan fakta bahwa
sebagian besar evaluasi berlangsung di bagian akhir dari suatu proses. Kalau
hasilnya bagus, orang cenderung tidak melakukan evaluasi, tapi kalau hasil
akhirnya kurang bagus baru orang berfikir tentang evaluasi.
Padahal
evaluasi itu penting agar kita bisa mendapatkan feed back sesegera mungkin.
Hasil akhirnya bagus atau tidak, kita tetap butuh feed back, kalau hasil
akhirnya bagus feed back bisa digunakan untuk perumusan strategi komunikasi
mendatang. Kalau hasil akhirnya tidak bagus maka feed back bisa dijadikan
rujukan agar tidak mengulanginya.
Untuk
mengevaluasi strategi komunikasi, bisa dilakukan dengan cara mengumpulkan data
kuantitatif dan informasi kualiatif. Untuk kuantitatif, pertanyaan yang harus
kita jawab adalah seberapa banyak target audien yang sudah dijangkau via media.
Untuk kualitatif, pertanyaan yang harus kita jawab adalah apakah pesan punya
dampak yang diharapkan terhadap target audien atau tidak. Ini bisa berlaku saat
kita menggunakan semua jenis media dan semua kondisi audien. Namun yang agak
sulit adalah mengukur perobahan perilaku pada target audien.
3. Konsep Komunikasi Pembangunan
Dalam strategi komunikasi mengenai
isi pesan tentu sangat menentukan efektivitas komunikasi. Wilbur Schramm
mengatakan bahwa agar komunikasi yang dilancarkan dapat lebih efektif, maka
pesan yang disampaikan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut [6]:
1. Pesan harus dirancang dan
disampaikan sedemikian rupa sehingga dapat menarik perhatian sasaran dimaksud.
2. Pesan harus menggunakan tanda-tanda
yang tertuju kepada pengalaman yang sama antara sumber dan sasaran, sehingga
sama-sama dapat dimengerti.
3. Pesan harus membangkitkan kebutuhan
pribadi pihak sasaran dan menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan
itu.
4. Pesan harus menyarankan sesuatu
jalan untuk memperoleh kebutuhan yang layak bagi situasi kelompok di mana
sasaran berada pada saat ia gerakkan untuk memberikan tanggapan yang
dikehendaki.
Secara
pragmatis Quebral (1973), merumuskan komunikasi pembangunan adalah komunikasi
yang dilakukan untuk melaksanakan rencana pembangunan suatu negara. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa komunikasi pembangunan merupakan suatu inovasi
yang diterima oleh masyarakat.
Mengkaitkan
peranan komunikasi pembangunan dan konsep mengenai pembangunan, Tehranian
(1979) mengemukakan tiga tinjauan teoritis, yaitu pertama teori yang hanya
melihat pembangunan semata-mata sebagai proses pluralisasi masyarakat, politik
dan ekonomi dari suatu bangsa yang melaksanakan pembangunan tersebut. Pandangan
ini dianut oleh para ekonom dan politisi liberal. Pada pokoknya mereka
berpendapat bahwa hal yang penting dalam pembangunan adalah peningkatan
kelompok tenaga kerja yang berdasarkan struktur dan fungsi yang jelas,
penganekaragaman kelompok berdasarkan kepentingan dan keseimbangan dinamis antar
kelompok dan kepentingan.
Teori yang
kedua penekanannya pada peningkatan rasionalisasi sebagai unsur kunci proses
pembangunan. Penganut aliran ini adalah Hegel, yang menekankan peranan rasio
dalam perkembangan sejarah. Sedangkan Weber mementingkan rasionalisasi
kebudayaan dan birokrasi dari suatu proses sosial yang akhirnya dikenal
belakangan ini adalah mendewakan negara sebagai sumber segala kemenangan dan
keabsahan.
Teori ketiga
adalah pemikiran yang lahir dari kesadaran diri masyarakat dunia ketiga, dengan
konsep yang berpusat pada prinsip melakukan pembebasan. Teori ini sangat
dipengaruhi oleh aliran Neo Marxis.
4. Teknologi Komunikasi
Di abad
modern ini, terutama pasca perang dunia kedua, bermunculan berbagai penemuan
baru sebagai akibat kemajuan teknologi yang berkembang pesat dan terjadi susul
menyusul. Teknologi memberikan manusia bermacam-macam kemudahan dalam melakukan
pekerjaan, dan lebih dari itu menjadikan kehidupan lebih menyenangkan dan lebih
nyaman. Berkat penemuan baru di bidang teknologi, manusia dapat menggali dan
melakukan eksplorasi sumber-sumber kekayaan alam, termasuk sumber-sumber energi
yang penting bagi peningkatan kesejahteraan umat manusia. Kemajuan pesat di
bidang teknologi elektronika yang semakin berkembang membuktikan manusia telah
mampu mengembangkan kemampuan setinggi-tingginya.
Perkembangan
teknologi mendorong semakin berkembangnya teknologi komunikasi. Kemajuan
teknologi komunikasi diawali dengan penemuan transistor, kemudian berkembang
mikcrohip, sistem komunikasi satelit, dan lain-lain telah membuat jarak bukan
lagi suatu halangan untuk berkomunikasi dengan yang lainnya. Laju perkembangan
teknologi komunikasi telah memperlancar arus informasi dari dan keseluruh
penjuru dunia. Kemajuan teknologi telah memungkinkan manusia sekarang ini
menyaksikan pada waktu yang sama peristiwa-peristiwa yang sedang berlangsung.
Kemajuan teknologi juga meningkatkan mobilitas sosial, mempermudah orang untuk
saling berhubungan. Hubungan manusia dari satu bangsa dengan bangsa lainnya
semakin intensif dan dunia seolah-olah menjadi semakin sempit.
Teknologi
dapat melakukan penghematan waktu dan jumlah tenaga kerja manusia. Proses
teknologi melalui makna pesan tertulis atau gambar dipindahkan secara
elektronis melalui radio telegraph (telefrint) untuk satu reproduksi yang jauh
letaknya. Dengan teknik ini surat kabar yang terbit di Amerika misalnya, dalam
jangka waktu bersamaan dapat terbit di Indonesia. Teknik reproduksi ini
memungkinkan penyebaran surat kabar lebih luas dan lebih cepat. Demikian pula
di bidang radio, televisi, film, dan pembuatan mesin hitung elektronis
berkembang pesat.
Sejalan
dengan itu restrukturisasi akan terjadi di dalam berbagai kehidupan masyarakat,
kemajuan teknologi ini juga telah dinikmati oleh masyarakat Indonesia yang sedang
membangun. Melalui radio, televisi, film, dan surat kabar dapat dikatakan
seluruh pelosok tanah air telah terjangkau oleh jaringan komunikasi yang
menghubungkan pusat dan daerah. Pesan-pesan pembangunan dari pusat ke daerah
dan sebaliknya dapat dengan mudah disiarkan oleh media tersebut diatas.
Kemajuan
teknologi komunikasi jelas akan membawa dampak, baik positif maupun negatif
terhadap kehidupan sosial budaya masyarakat. Secara positif akan memberikan
kemungkinan terjadinya komunikasi secara lebih baik dan luas jangkauannya.
Kemajuan ini telah dirasakan manfaatnya bagi negara-negara yang sedang
membangun. Namun secara negatif menimbulkan masalah baru yaitu memberikan
kemudahan timbulnya pertentangan sosial dan perubahan sistem nilai, karena
adanya perbenturan sistem nilai dalam masyarakat penerima teknologi yang
mempunyai latar belakang budaya yang berbeda.
Selain itu tidak mustahil derasnya
arus nilai-nilai budaya melalui media massa dapat menimbulkan perubahan
berbagai sikap pada anggota masyarakat yang mempunyai latar belakang kebudayaan
yang berbeda. Bagi bangsa Indonesia masalah yang dihadapi berkaitan dengan
faktor budaya adalah [7]:
1. Masyarakat Indonesia merupakan
masyarakat majemuk yang terdiri dari beraneka suku bangsa dengan latar belakang
kebudayaan, agama, dan sejarah yang berbeda.
2. Masyarakat yang majemuk ini sedang
mengalami pergeseran sistem nilai sebagai akibat pembangunan yang pada
hakekatnya merupakan proses pembaharuan di segala sektor kehidupan.
3. Derasnya arus informasi dan
komunikasi yang dibawa oleh media massa memperlancar kontak-kontak antar
kebudayaan.
4. Pertambahan penduduk yang menuntut
pertambahan sarana hidup baik dalam kuantitas, kualitas, maupun variasi.
Dalam
hubungan dengan masalah di atas, bangsa Indonesia harus mampu menumbuhkan dan
mengembangkan sistem nilai yang sesuai dengan tuntutan pembangunan. Pembangunan
sistem nilai yang cocok dengan tuntutan kemajuan, harus tetap dilandasi nilai-nilai
yang terkandung dalam falsafah Pancasila sehingga proses medernisasi di
Indonesia benar-benar sesuai dengan tuntutan zaman.
5. Partisipasi dan Komunikasi
Timbul
persoalan, bagaimana merekayasa pergeseran-pergeseran nilai dalam rangka
mengaktualisasikan diri sesuai dengan tuntutan zaman sehingga bangsa Indonesia
memiliki ciri-ciri universal dari bangsa yang modern, tetap mempertahankan
identitas kebangsaan yang bersumber dari nilai-nilai luhur bangsa Indonesia.
Masalah penerapan teknologi bagi kepentingan pembangunan di Indonesia
memerlukan penelaahan yang cermat dan mendalam menuju pemilihan alterantif
terbaik yang dapat menghasilkan karya-karya teknologi yang tepat guna dan tepat
lingkungan, berdaya guna dan berhasil guna bagi peningkatan kesejahteraan
rakyat.
Proses
pembangunan saat ini harus berakar dari bawah (grassroots), memelihara
keberagaman budaya, serta menjunjung tinggi martabat serta kebebasan bagi
manusia dan masyarakat. Dengan kata lain pembangunan harus menganut paradigma
pembangunan yang berpusat pada rakyat. Dengan demikian, perlu adanya
partisipasi secara aktif, penuh inisiatif dan inovatif dari masyarakat itu
sendiri. Sehingga partisipasi masyarakat dalam konteks ini mengandung makna
untuk meneggakan demokrasi local yang selama ini “terpendam” yang sebenarnya
telah dimiliki oleh masyarakat. Sedangkan proses pemberdayaan masyarakat harus
mengandung makna yang dinamis untuk mengembangkan diri dalam mencapai kemajuan.
Dalam berkomunikasi untuk
membangkitkan partisipatif masyarakat, Harmoko mengemukakan bahwa pesan yang
disampaikan kepada khalayak haruslah [8]:
1. Membaca berita hangat yang isinya
cocok dengan kepentingan masyarakat.
2. Menggugah hati masyarakat sehingga
gagasan dan perasaan yang disampaikan oleh si pembawa pesan sudah seperti milik
si penerima pesan itu sendiri.
3. Menimbulkan dorongan bertindak bagi
sasaran khalayak secara spontan dan penuh kesan.
Saluran
media massa pada umumnya lebih banyak digunakan untuk komunikasi informatif.
Dengan saluran ini komunikator pembangunan pembangunan berusaha untuk
memperkenalkan dan memberikan pengetahuan mengenai pesan-pesan pembangunan.
Selanjutnya untuk perubahan perilaku, aktifitas komunikasi harus dilipatgandakan
dengan menggunakan berbagai macam saluran.
Rogers dan
Shoemaker mengatakan bahwa saluran interpersonal masih memegang peranan penting
dibanding dengan media massa, terlebih-lebih di negara-negara yang belum maju
dimana kurang tersedianya media massa yang dapat menjangkau khalayak terutama
warga pedesaan, tingginya tingkat buta huruf dan tidak sesuainya pesan-pesan
yang disampaikan dengan kebutuhan masyarakat.
Lazarsfeld[9] mengatakan bahwa media massa hanya merupakan, 1)
peliput ganda pesan dan penyebar ide secara mendatar dan 2) penguat artinya
hanya didengar apabila sependapat dengan pendapat komunikan. Jadi saluran
interpersonal dipergunakan apabila kita mengharapkan efek perubahan tingkah
laku (behavior change) dari komunikan.
Indonesia sampai saat ini masih
termasuk salah satu negara yang sedang berkembang, dimana sebagian besar
penduduknya berada di pedesaan dan sekitar 50 % hidup dari hasil pertanian. Oleh sebab itu strategi komunikasi
pembangunan masih dipusatkan pada daerah pedesaan. Hal ini sesuai dengan
pendapat Depari dan Mc Andrews (1991)[10] bahwa sampai saat ini strategi komunikasi
pembangunan masih terbatas pada siaran pedesaan, baik melalui media massa
maupun pemanfaatan para petugas penyuluhan pembangunan. Oleh sebab itu perlu
dipikirkan lebih lanjut, bagaimana usaha-usaha komunikasi yang ada dapat
dikembangkan, terlebih-lebih menghadapi tantangan era globalisasi.
Dalam hal ini di Indonesia melalui
televisi dan radio sebagai saluran media massa juga sudah pernah melaksanakan
program acara siaran pedesaan. Demikian pula Koran Masuk Desa (KMD) sebagai
media cetak telah disalurkan kepada masyarakat pedesaan. Sedangkan melalui
saluran komunikasi interpersonal pemerintah telah menerjunkan jupen-jupen
pembangunan dan penyuluh pertanian lapangan (PPL).Pertunjukan rakyat yang
mengemas pesan-pesan pembangunan pun banyak ditampilkan dan kegiatan ini punya
daya tarik dan kekuatan tersendiri.
Susanto
(1988) mengatakan bahwa bentuk-bentuk komunikasi melalui pertunjukan
rakyat/tradisional di maksud untuk : 1) Memudahkan penerimaan pesan-pesan oleh
masyarakat karena disajikan dalam bentuk yang santai dan mudah dipahami bentuk
dan lambangnya. 2) Memancing komunikasi ke atas, yaitu pesan-pesan dari rakyat
langsung kepada pemerintah dalam bentuk yang dapat diterima oleh pemerintah. Di
samping itu wadah lain yang umumnya terdapat dipedesaan yaitu kelomponcapir ;
wadah yang dapat menjembatani pesan-pesan pembangunan dari media massa kepada
masyarakat. Wadah ini biasanya dipimpin oleh pemuka-pemuka masyarakat (opinion
leaders), yang biasanya memiliki ciri-ciri, lebih tinggi pendidikan formalnya,
lebih tinggi status sosialnya serta status ekonominya, lebih inovatif dalam
menerima atau mengadopsi ide-ide baru, lebih tinggi kemampuan medianya,
kemampuan empati mereka lebih besar, partisipasi sosial mereka lebih besar,
lebih kosmopolit (modern).
Untuk
masyarakat perkotaan yang umumnya sudah memiliki banyak media, pesan harus
disampaikan sedemikian rupa disesuaikan dengan tingkat pendidikan dan
kebutuhan. Penyajian pesan lewat sinetron yang dapat dinikmati keluarga dikala
santai akan dapat menggugah kesadaran khalayak. Di samping penyajian pesan
melalui media tercetak, seperti leaflet, folder, brosur, dan sebagainya, yang
dibuat dengan cara yang menarik sehingga sayang untuk dibuang begitu saja.
Kesimpulan
Strategi komunikasi
pembangunan merupakan langkah-langkah atau tahapan yang harus dilakukan secara
matang, terukur dan terarah demi mencapai percepatan pembangunan manusia itu
sendiri dalam berbagai aspek.
Strategi
komunikasi pembangunan yang efektif dilakukan dengan beberapa langkah antara
lain : adanya planning yang matang, menentukan sasaran dan tujuan penyampaian
pesan, pembentukan pesan yang sesuai tujuan, pemilihan jenis media yang egektif
dan sesuai sasaran serta melakukan evaluasi akhir dari hasil strategi yang
dilakukan.
Baik pembangunan kemandirian yang
mencakup pendidikan, kebudayaan, ekonomi, social maupun pembangunan yang
mengarah pada kesejahteraan hidup selaku mahkluk yang berinteraksi seperti
pembangunan sarana dan prasarana pendukung yang mengarah pada kemajuan. Adapun
strategi komunikasi pembangunan yang dilakukan meliputi, menyebarluaskan pesan
komunikasi yang bersifat informatif, persuasif, dan instruktif secara
sistematik kepada sasaran untuk memperoleh hasil yang optimal.
Menjembatani “cultural gap”, memiliki konsep komunikasi
pembangunan, didukung dengan teknologi komunikasi, serta adanya partisipasi
aktif dari sasaran pembangunan itu sendiri (manusia).
DAFTAR PUSTAKA
Depari, Eduard dan Mc Andrew, Collin, Peranan
Komunikasi Massa Dalam Pembangunan, Yogyakarta, Gadjah Mada University
:1991.
Effendy, Onong Uchjana, Peranan Komunikasi
Massa Dalam Pembangunan, Yogyakarta, Gadjah Mada University : 1987.
Hettne, Bjorn, Komunikasi dan Modernisasi,
Bandung, Alumni : 1982.
Harmoko, Ironi Pembangunan di Negara
Berkembang, Jakarta, Sinar Harapan : 1985.
Malik, Dedy Djamaluddin, Komunikasi Dalam
Teori dan Praktek, Jakarta, Bina Cipta : 1991.
Nasution, Zulkarimen, Komunikasi Pembangunan,
Pengenalan Teori dan Penerapannya, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada :
2002
Rogers, Everett M dan Shoemaker, F Floyd, Komunikasi
Sambung Rasa, Jakarta, Pustaka Sinar Harapan : 1981.
Susanto, Astrid, Memasyarakatkan Ide-Ide Baru,
Surabaya, Usaha Nasional : 1977.
[2] Rogers, Everett M dan Shoemaker, F Ployd, Komunikasi
Sambung Rasa,(Jakarta, Pustaka Sinar Harapan, 1981) h.37
[3] Ibid, h.40
[4] Effendy, Onong Uchjana, Peranan
Komunikasi Massa Dalam Pembangunan, (Yogyakarta, Gadjah Mada University,
1987) h. 23
[6] Effendy, Onong Uchjana, Peranan
Komunikasi Massa Dalam Pembangunan, (Yogyakarta, Gadjah Mada University,
1987) h.37
[7] Harmoko, Ironi Pembangunan di Negara Berkembang,
(Jakarta, Sinar Harapan, 1985) h.17
[8] Ibid. h.21
[9] Sutanto, Astrid, Memasyarakatkan Ide-Ide
Baru, (Surabaya, Usaha Nasional : 1988) h.31
[10] Depari, Eduard dan Mc Andrew, Collin, Peranan
Komunikasi Massa Dalam Pembangunan, (Yogyakarta, Gadjah Mada University :
1991) h.56
0 comments:
Post a Comment