a. Theory
of Communicative Action: Asal
usul, Konteks dan Argumen
Terdapat tiga tema dalam tulisan Habermas tentang teori tersebut.
Pertama, analisis linguistik dan rasionalitas (logika) yang terkandung dalam communicative
action. Kedua, cara bagaimana hal yang disebut terakhir tersebut berperan
dalam menjelaskan pemahaman mengenai satu sisi atau perkembangan patologis dari
modernitas. Hal ini diupayakan dari pandangan filsafat moral dalam perbincangan
filosofis dari modernitas serta dikaji secara sosiologis di dalam The Theory
of Communicative Action berkaitan dengan teori Weber mengenai
rasionalisasi. Akhirnya, bagaimana dalam melacak teori sosial dalam Communication
and Evolution of Society dan teori kritis mengenai kapitalisme mutakhir
dalam legitimation Crisis, Habermas telah berusaha menjelaskan
isu isu yang muncul secara spontan dalam upayanya ketika membaca Weber.
b. Analisis
Linguistik dan Theory of Communicative Action
Habermas menekankan pentingnya filsafat bahasa, yang memiliki dua
macam peran, yaitu tempat bagi bahasa dalam suatu teori Sosiologis dari
tindakan, dan berupaya menunjukkan bahwa struktur dan fungsi bahasa manusia
menyediakan dasar bagi etika universalistik dan demokratik. Habermas
berargumentasi bahwa analisis linguistik, yang dilengkapi dengan teori
bicara-tindakan (theory of communication action), dapat (melalui
rekonstruksi rasional) mengungkapkan
perkiraan yang tidak bisa dihindari dan bersifat universal mengenai bahasa
sehari hari. Karena itu, semua tindakan berbicara akan memunculkan serangkaian
klaim keabsahan. Klaim keabsahan tertentu, bila dimunculkan dapat secara
rasional dibenarkan melalui pembicaraan argumentatif. Bahwa tindakan manusia
dapat diorientasikan ke banyak tujuan, tetapi tindakan linguistik, yang pada
dasarnya bisa direkonstruksi, diorientasikan kepada koordinasi tindakan yang
dicapai melaluipemahaman timbal balik. Habermas menspesifikasikan tiga dunia,
yaitu:
a. dunia
eksternal obyek fisik,
b. dunia
sosial, dan
c. dunia dalam yang bersifat pribadi.
Karena itu, dia secara konseptual dapat membedakan antara tindakan
komunikatif
(tindakan yang diorientasikan terhadap pemahaman timbal balik dalam dunia sosial), tindakan instrumental (diorientasikan kearah keberhasilan di dunia eksternal), dan tindakan strategis (diorientasikan kearah keberhasilan di dunia sosial). Menurut Habermas, dalam mengucapkan tindakan bicara yang berkaitan dengan salah satu dari dunia ini (eksternal, sosial, internal) para pembicara menggunakan suatu tipe khusus tindakan bicara (constative, regulative, ekspressive)1dan memunculkan suatu kumpulan klaim keabsahan yang khusus dan tepat (kebenaran, ketepatan, dan ketulusan).
(tindakan yang diorientasikan terhadap pemahaman timbal balik dalam dunia sosial), tindakan instrumental (diorientasikan kearah keberhasilan di dunia eksternal), dan tindakan strategis (diorientasikan kearah keberhasilan di dunia sosial). Menurut Habermas, dalam mengucapkan tindakan bicara yang berkaitan dengan salah satu dari dunia ini (eksternal, sosial, internal) para pembicara menggunakan suatu tipe khusus tindakan bicara (constative, regulative, ekspressive)1dan memunculkan suatu kumpulan klaim keabsahan yang khusus dan tepat (kebenaran, ketepatan, dan ketulusan).
Klaim klaim keabsahan ini bisa dinilai dengan dibandingkan
terhadap bentuk bentuk rasionalitas tertentu (cognitiveinstrumental,
moral-praktical, aestheticexpressive) melalui cara-cara argumentasin yang
tepat dimana rasionalitas dipahami sebagai keterbukaan terhadap penilaian
obyektif, dan argumentasi dianggap sah pada kondisi situasi bicara yang ideal.
c. Habermas
dan Weber tentang Modernitas
Bila The Theory of Communication Action adalah
sebuah upaya untuk memahami modernitas secara Sosiologis, maka perbincangan
filosofis tentang modernitas melakukan pendekatan terhadap subyek yang sama
dari sudut pandang filsafat. Dalam melacak jalannya filsafat Barat Pasca
pencerahan, Habermas mengidentifikasi suatu paradoks moral yang berlangsung
lama. Paradoks ini, yang menandai perbincangan filosofis mengenai modernitas,
memang sejak awal memberi tanda akan kehadirannya, dan merupakan pengakuan
bahwa pemahamannya terhadap dirinya sendiri hanya bisa dimungkinkan dengan
memisahkan diri dari tradisi. Apakah modernitas punya kemampuan untuk
memecahkan masalah paradoks moralnya sendiri?. Habermas menawarkan suatu
jawaban terhadap paradoks normatif modernitas. Rasionalisasi life world yang
memunculkan masyarakat modern dan subsistem-subsistemnya yang terpisah yang
dikendalikan oleh media, secara bersama sama sama menyediakan kriteria normatif
yang bisa digunakan untuk menilai perkembangan selanjutnya.
0 comments:
Post a Comment