Tuesday, October 18, 2016

Tentang Lingkungan

a.      Theory of Communicative Action:  Asal usul, Konteks dan Argumen
Terdapat tiga tema dalam tulisan Habermas tentang teori tersebut. Pertama, analisis linguistik dan rasionalitas (logika) yang terkandung dalam communicative action. Kedua, cara bagaimana hal yang disebut terakhir tersebut berperan dalam menjelaskan pemahaman mengenai satu sisi atau perkembangan patologis dari modernitas. Hal ini diupayakan dari pandangan filsafat moral dalam perbincangan filosofis dari modernitas serta dikaji secara sosiologis di dalam The Theory of Communicative Action berkaitan dengan teori Weber mengenai rasionalisasi. Akhirnya, bagaimana dalam melacak teori sosial dalam Communication and Evolution of Society dan teori kritis mengenai kapitalisme mutakhir dalam legitimation Crisis, Habermas telah berusaha menjelaskan isu isu yang muncul secara spontan dalam upayanya ketika membaca Weber.
b.      Analisis Linguistik dan Theory of Communicative Action
Habermas menekankan pentingnya filsafat bahasa, yang memiliki dua macam peran, yaitu tempat bagi bahasa dalam suatu teori Sosiologis dari tindakan, dan berupaya menunjukkan bahwa struktur dan fungsi bahasa manusia menyediakan dasar bagi etika universalistik dan demokratik. Habermas berargumentasi bahwa analisis linguistik, yang dilengkapi dengan teori bicara-tindakan (theory of communication action), dapat (melalui rekonstruksi rasional)  mengungkapkan perkiraan yang tidak bisa dihindari dan bersifat universal mengenai bahasa sehari hari. Karena itu, semua tindakan berbicara akan memunculkan serangkaian klaim keabsahan. Klaim keabsahan tertentu, bila dimunculkan dapat secara rasional dibenarkan melalui pembicaraan argumentatif. Bahwa tindakan manusia dapat diorientasikan ke banyak tujuan, tetapi tindakan linguistik, yang pada dasarnya bisa direkonstruksi, diorientasikan kepada koordinasi tindakan yang dicapai melaluipemahaman timbal balik. Habermas menspesifikasikan tiga dunia, yaitu:
a.       dunia eksternal obyek fisik,
b.      dunia sosial, dan
c.        dunia dalam yang bersifat pribadi.
Karena itu, dia secara konseptual dapat membedakan antara tindakan komunikatif
(tindakan yang diorientasikan terhadap pemahaman timbal balik dalam dunia sosial), tindakan instrumental (diorientasikan kearah keberhasilan di dunia eksternal), dan tindakan strategis (diorientasikan kearah keberhasilan di dunia sosial). Menurut Habermas, dalam mengucapkan tindakan bicara yang berkaitan dengan salah satu dari dunia ini (eksternal, sosial, internal) para pembicara menggunakan suatu tipe khusus tindakan bicara (constative, regulative, ekspressive)1dan memunculkan suatu kumpulan klaim keabsahan yang khusus dan tepat (kebenaran, ketepatan, dan ketulusan).
Klaim klaim keabsahan ini bisa dinilai dengan dibandingkan terhadap bentuk bentuk rasionalitas tertentu (cognitiveinstrumental, moral-praktical, aestheticexpressive) melalui cara-cara argumentasin yang tepat dimana rasionalitas dipahami sebagai keterbukaan terhadap penilaian obyektif, dan argumentasi dianggap sah pada kondisi situasi bicara yang ideal.
c.       Habermas dan Weber tentang Modernitas

Bila The Theory of Communication Action adalah sebuah upaya untuk memahami modernitas secara Sosiologis, maka perbincangan filosofis tentang modernitas melakukan pendekatan terhadap subyek yang sama dari sudut pandang filsafat. Dalam melacak jalannya filsafat Barat Pasca pencerahan, Habermas mengidentifikasi suatu paradoks moral yang berlangsung lama. Paradoks ini, yang menandai perbincangan filosofis mengenai modernitas, memang sejak awal memberi tanda akan kehadirannya, dan merupakan pengakuan bahwa pemahamannya terhadap dirinya sendiri hanya bisa dimungkinkan dengan memisahkan diri dari tradisi. Apakah modernitas punya kemampuan untuk memecahkan masalah paradoks moralnya sendiri?. Habermas menawarkan suatu jawaban terhadap paradoks normatif modernitas. Rasionalisasi life world yang memunculkan masyarakat modern dan subsistem-subsistemnya yang terpisah yang dikendalikan oleh media, secara bersama sama sama menyediakan kriteria normatif yang bisa digunakan untuk menilai perkembangan selanjutnya.

0 comments: