Tuesday, October 04, 2016

Informasi Politik Bagi Pemilih Pemula

Undang-Undang Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik menyatakan informasi sebagai keterangan, pernyataan, gagasan, dan tanda-tanda yang mengandung nilai, makna, dan pesan, baik data, fakta maupun penjelasannya yang dapat dilihat, didengar, dan dibaca yang disajikan dalam perkembangan teknologi informasi dan komunikasi secara elektronik maupun nonelektronik. Dengan demikian pemahaman tentang informasi politik mengacu pada definisi tersebut dengan menekankan pada konten politik.
Media massa merupakan sarana paling efektif digunakan untuk menyebarkan dan menjaring informasi politik. Dalam hal ini media bukan saja sebagai sumber informasi politik melainkan kerap menjadi faktor pendorong (trigger) terjadinya perubahan politik (Suwardi, 2004).[1] Disamping itu media memiliki potensi mentransfer dan mengekspos informasi politik bagi pembentukan opini publik.
            Keikutsertaan media dalam membentuk opini publik merupakan upaya membangunkan sikap dan tindakan khalayak mengenai sebuah masalah politik dan/atau aktor politik. Dalam kerangka ini media menyampaikan pembicaraan pembicaraan politik kepada khalayak. Bentuk pembicaraan politik tersebut dalam media antara lain berupa teks atau berita politik yang di dalamnya terdapat pilihan simbol politik dan fakta politik. Karena kemampuan ini pula media massa sering dijadikan alat propaganda dalam komunikasi politik.
Selain menjadi sumber informasi, media massa juga merupakan saluran komunikasi bagi para aktor politik. Cara-cara media menampilkan peristiwaperistiwa politik dapat mempengaruhi persepsi para aktor politik dan masyarakat mengenai perkembangan politik. Melalui fungsi kontrol sosialnya, bersama institusi sosial lainnya, secara persuasif media massa bisa menggugah partisipasi publik untuk serta dalam merombak struktur politik.[2]
Radio merupakan salah satu media yang dimanfaatkan pemilih pemula untuk menjaring informasi politik,[3] dikarenakan akses terhadap radio yang cenderung mudah dan murah bagi kalangan muda. Partai-partai politik baru juga memanfaatkan radio sebagai saran mempublikasikan diri. Dengan alokasi dana kampanye yang terbatas, radio dianggap paling efektif untuk menjangkau semua struktur masyarakat.
Media lain yang dimanfaatkan pemilih pemula terbatas pada televisi dan surat kabar karena dua media inilah yang setiap hari gencar menghadirkan informasi seputar politik dan kenegaraan. Sedangkan pemanfaatan internet untuk menjaring informasi politik masih minim. Berbeda dengan negara maju, di negara berkembang seperti Indonesia internet masih dipahami kaum muda sebatas fungsi rekreatif. Internet tidak meningkatkan pemahaman pemilih pemula terhadap pemilu/pemilukada, melainkan sebatas media yang ditawarkan kepada pemilih pemula untuk mengekspresikan partisipasi politik mereka.[4]
Kampanye partai politik menjelang pemilu yang menghadirkan hiburan dari artis-artis ibukota sangat diminati. Sebagian dari pemilih pemula memang memberi perhatian terhadap penyampaian visi misi oleh kader partai politik.[5] Namun sebagian lagi cenderung sekedar menikmati acara hiburan.
Dalam beberapa kasus, keaktifan pemilih pemula dalam menjaring informasi politik berada dalam kategori cukup baik. Sebagian pemilih pemula memiliki perhatian untuk mengikuti debat-debat politik baik yang diselenggarakan secara langsung maupun melalui media.[6] Debat politik diakui para pemilih pemula sebagai sarana memperoleh gambaran lebih mendalam seputar partai politik dan kader-kadernya.
Pemilih pemula yang aktif berorganisasi baik di lingkungan sekolah/kampus maupun dalam organisasi sosial kemasyarakatan cenderung memiliki informasi politik lebih memadai. Posisi di organisasi intra sekolah/kampus dan organisasi sosial kemasyarakatan membuka peluang bagi mereka untuk terlibat dalam beberapa kegiatan yang diselenggarakan partai politik, baik yang berbentuk kampanye maupun kegiatan sosial keagamaan yang diusung partai politik tertentu. Dari beragam kegiatan inilah informasi politik diperoleh para aktivis.
Secara keseluruhan pemilih pemula cenderung memperoleh informasi politik melalui saluran informal yakni melalui media dan agen sosialisasi di lingkungan terdekat yakni keluarga dan organisasi sosial kemasyarakatan. Sedangkan informasi politik yang diperoleh secara formal melalui pembelajaran di sekolah teridentifikasi masih terbatas.




[1] Hamad, Ibnu. 2004. Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa.Jakarta: Granit.
[2] Ibid
[3] Juniarti, Rahmi. 2011. Pendidikan politik bagi Generasi Muda oleh Partai Politik Kota padang (studi pada Partai Golongan Karya, Partai Keadilan Sejahtera, dan partai Demokrat). Jurusan Ilmu Sosial Politik Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Padang. Skripsi tidak dipublikasikan.
[4] Buss, Terry F, et al. 2006(hal 297). Modernizing Democracy: Innovation in Citizen Participation. New York: ME.Sharpe.
[5] Juniarti, Rahmi. 2011. Pendidikan politik bagi Generasi Muda oleh Partai Politik Kota padang (studi pada Partai Golongan Karya, Partai Keadilan Sejahtera, dan partai Demokrat). Jurusan Ilmu Sosial Politik Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Padang. Skripsi tidak dipublikasikan.
[6] Fitri Yeni. 2011. Partisipasi Politik Pemilih Pemula dalam Pemilihan Presiden dan WakilPresiden 2009 di Kecamatan Padang Utara Kota padang. Jurusan Ilmu Sosial Politik Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Padang. Skripsi tidak dipublikasikan.

0 comments: