Tuesday, November 15, 2016

TEORI RESOLUSI KONFLIK

Professor Burton membedakan antara resolusi konflik, manajemen dan penyelesaian (settlement). Manajemen adalah ‘dengan kecakapan resolusi perselisihan alternatif’ (by alternative dispute resolution skills’) dan dapat menampung atau membatasi konflik; settlement adalah ‘dengan proses wewenang dan hukum (by authoritative and legal processes) dan dapat dipaksakan oleh kelompok elit (1991:73). Burton menyatakan dengan gamblang sekali:

..Resolusi konflik artinya menghentikan konflik dengan cara-cara yang analitis dan masuk ke akar permasalahan. Resolusi konflik, berbeda dengan sekedar ‘manajemen atau settlement’, mengacu pada hasil yang, dalam pandangan pihak-pihak yang terlibat, merupakan solusi permanen terhadap suatu masalah (1991:72).

Denga menerima   asums dan   hipotes Teor Kebutuha Manusia Burton menyatakan bahwa perlu adanya pergeseran paradigma dari politik kekuasaan kea rarealitas kekuasaan individu’ (1991:84).

Dengakatlain,  individu-individu,  sebagai  anggotkelompok-kelompok identitasnya,  akan  memperjuangakebutuhannya  di  dalam  lingkungannysendiri. Jika usaha mereka dihalang-halangi oleh kelompok elit, kelompok identitas lain, lembaga-lembaga dan segala bentuk wewenang/otoritas lainnya, maka tak terelakkan lagi akan terjadi konflik. Satu-satunya solusi adalah kelompok-kelompok itu menyelesasikan masalahnya sendiri secara analitis, didukung oleh pihak ketiga yang bertindak sebagai fasilitator dan bukan penguasa. Hal ini terutama relevan sekali jika konflik itu mengenai kebutuhan-kebutuhan yang tidak dapat ditawar-tawar dan bukan kepentingan material, yang dapat dinegosiasi dan dikompromikan. Salah satu masalah dengan faham konflik internal yang dibahas sebelumnya, adalah meskipun ada kesepakatan mengenai penjelasan suatu konflik, namun terdapat sedikit sekali konsensus mengenai solusi. Agaknya kita perlu menjauh dari pokok-pokok (specifics) konflik dan melakukan pendekatan holistik. Abstraksi ini akan mencapai tujuan lebih objektif dalam mencari penjelasan yang memadai. Seperti yang dinyatakan Burton:

Apapun definisi konflik yang kita miliki, di mana saja kita menarik garis, sampai pada kekerasan keluarga, kita merujuk pada situasi adanya kerusakan dalam hubungan dan tantangan  pada  normanorma  dan  penguasa-penguasa…[Konflik  itu  terjadi] disebabkan adanya penegasan individualisme.

Konflik   it sebaga bentuk   prote berbasis   ras frustas terhada kurangnya kesempatan  untuk  pembangunan  dan  terhadap  kurangnya  pengakuan  identitas. Apakah ketegangan, konflik, atau kekerasan itu berasal dari persoalan kelas, status, etnik, jenis kelamin, agama, atau nasionalisme, kita berurusan dengan soal-soal mendasar yang sama (1991:20).

Jika partisipan konflik itu dapat mulai mengenal konfliknya sebagai kerusakan hubungan, dan ada persamaan mendasar antara yang bertikai, maka proses abstraksi akan meningkatkan keobjektifannya. Tujuan proses ini adalah untuk memungkinkan partisipan konflik memahami bahwa semua partisipan mempunyai kebutuhan- kebutuhan yang sah yang harus dipenuhi untuk menyelesaikan konflik itu. Kunci lainny di   sin adala mengembangka prose analiti untuk   memudahkan perubahan-perubahan yang diperlukan untuk menciptakan system politik dan social yang dapat memenuhi kebutuhan itu. Burton selanjutnya mencatat:

Resolusi konflik adalah, dalam jangka panjang, suatu proses perubahan politik, social, dan ekonomi. Resolusi konflik adalah suatu proses analisis dan penyelesaian masalah yang mempertimbangkan kebutuhan-kebutuhan individu dan kelompok seperti identitas dan pengakuan, juga perubahan- perubahan institusi yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan ini (1991:71)

Pendekatan tradisional terhadap manajemen atau pengaturan konflik atau umumnya berdasarkan mediasi dan negosiasisettlements. Pendekatan-pendekatan ini hanya akan berjalan jika pihak-pihak yang berkonflik setuju untuk bernegosiasi dan mempunyai sesuatu yang nyata yang dapat mereka tawarkan (bargain). Namun, pengakuan kebutuhan-kebutuhan primordial menghapuskan kemungkinan negosiasi tradisional. Akibatnya, kita tinggal memiliki konsep Burton tentang perlunya suatu proses perubahan untuk mencapai resolusi.





0 comments: