Tuesday, November 15, 2016

Konflik antar warga Kampung/Desa

Berdasarkan hasil kajian tentang konflik, tawuran antar kampung atau antar desa pada umumnya terkait dengan dua unsur penting yaitu: keterlibatan emosi dalam konflik dan tingginya rasa solidaritas pada komunitas kampung dan desa. Unsur tingginya emosidipacu oleh kondisi umum pelaku konflik dalam keadaan mabuk, yang memancing emosi atau kemarahan baik yang mabuk atau tidak mabuk. Tingginya rasa solidaritas antar keluarga yang dilembagakan melalui nilai tradisi, di antaranya tradisi kerjasama dalam memenuhi kebutuhan hajatan yang disebut dengan “buwuhan”. Apabila ada keluarga anggota ”buwuhan”, terlibat dalam konflik akibat tindakan pihak lain, maka anggota lainnya akan mudah terpancing dan terlibat konflik. ”Buwuhan” adalah istilah setempat untuk kelembagaan tolong menolong dalam memenuhi kebutuhan hajatan atau membantu yang terkena musibah dengan memberikan sumbangan, biasanya hasil panen padi baik secara pamrih atau tidak pamrih, yang berfungsi secara sosial, ekonomi dan budaya Sehingga untuk wilayah pedesaaan pola ekologi sawah di Indramayu berlaku proposisi bahwa konflik tawuran di pedesaan akan meningkat apabila ada keterlibatan emosi dan besarnya potensi solidaritas di antara warga masyarakat desa atau kampung (sesuai dengan tesis George Simmel).
Konflik di kabupaten Subang tidak hanya tawuran akibat dari adanya hiburan hajatan, tetapi akibat persaingan pada pemilihan kepala desa. Antusias masyarakat pada pemilihan kepala desa begitu tinggi, bahkan pemilihan kepala desa menjadi ajang taruhan penjudi. Pada saat pemilihan desa muncul unjuk kekuatan baik secara fisik, spiritual maupun materi. Unjuk kekuatan selain dengan tindak kekerasan juga ancaman apabila tidak memilih seseorang (meskipun dengan jujur), sehingga hal demikian ini merupakan pemerasan.

Konflik akibat orientasi prestise, yaitu konflik yang terjadi apabila harga diri seseorang direndahkan di depan umum, seperti tersinggung oleh perkataan atau tindakan saat hiburan. Hal demikian terjadi pada para remaja dan pemuda yang telah berselisih dan mendapat penganiyaan dari salah seorang teman sekampung atau sedesa, menyebabakankelompoknya hilang harga diri. Konflik tawuran dapat pula terjadi akibat kehilangan kewenangan, menyebabkan harus mempertahankan harga dirinya atau kelompoknya, seperti perselisihan di tempat hiburan atau di kampung akibat rebutan teman gadis. Kasus seperti ini terjadi pada konflik di desa wilayah KabupatenSubang. Berbeda dengan tahapan proses konflik tawuran di tempat hiburan, tahapannya begitu cepat. Konflik dimulai dari adanya persoalan pribadi yang disebabkan oleh beragam sebab, bisa karena terinjak atau kena sikut saat joget, salah kata-kata yang menyinggung perasaan, berebut teman joget (perempuan) dan saingan dalam pacaran. Persoalan yang tidak dapat diselesaikan di tempat, dapat langsung menimbulkan adu fisik, setelah ada korban dari satu pihak, dilanjutkan dengan balas dendam, maka terjadilah tawuran masal, yang didorong oleh rasa solidaritas terhadap teman sekampung atau sedesa. Sehingga tampak bahwa eskalasi konflik tawuran lebih cepat dibandingkan dengan eskalasi konflik pemilihan kepala desa.

0 comments: