Berdasarkan hasil kajian tentang konflik, tawuran
antar kampung atau antar desa pada umumnya terkait dengan dua unsur penting
yaitu: keterlibatan emosi dalam konflik dan tingginya rasa solidaritas pada
komunitas kampung dan desa. Unsur tingginya emosidipacu oleh kondisi umum
pelaku konflik dalam keadaan mabuk, yang memancing emosi atau kemarahan baik
yang mabuk atau tidak mabuk. Tingginya rasa solidaritas antar keluarga yang
dilembagakan melalui nilai tradisi, di antaranya tradisi kerjasama dalam memenuhi
kebutuhan hajatan yang disebut dengan “buwuhan”. Apabila ada keluarga anggota ”buwuhan”,
terlibat dalam konflik akibat tindakan pihak lain, maka anggota lainnya akan
mudah terpancing dan terlibat konflik. ”Buwuhan” adalah istilah setempat untuk
kelembagaan tolong menolong dalam memenuhi kebutuhan hajatan atau membantu yang
terkena musibah dengan memberikan sumbangan, biasanya hasil panen padi baik secara
pamrih atau tidak pamrih, yang berfungsi secara sosial, ekonomi dan budaya Sehingga
untuk wilayah pedesaaan pola ekologi sawah di Indramayu berlaku proposisi bahwa
konflik tawuran di pedesaan akan meningkat apabila ada keterlibatan emosi dan besarnya
potensi solidaritas di antara warga masyarakat desa atau kampung (sesuai dengan
tesis George Simmel).
Konflik di kabupaten Subang tidak hanya tawuran
akibat dari adanya hiburan hajatan, tetapi akibat persaingan pada pemilihan
kepala desa. Antusias masyarakat pada pemilihan kepala desa begitu tinggi,
bahkan pemilihan kepala desa menjadi ajang taruhan penjudi. Pada saat pemilihan
desa muncul unjuk kekuatan baik secara fisik, spiritual maupun materi. Unjuk kekuatan
selain dengan tindak kekerasan juga ancaman apabila tidak memilih seseorang
(meskipun dengan jujur), sehingga hal demikian ini merupakan pemerasan.
Konflik akibat orientasi prestise, yaitu konflik
yang terjadi apabila harga diri seseorang direndahkan di depan umum, seperti
tersinggung oleh perkataan atau tindakan saat hiburan. Hal demikian terjadi
pada para remaja dan pemuda yang telah berselisih dan mendapat penganiyaan dari
salah seorang teman sekampung atau sedesa, menyebabakankelompoknya hilang harga
diri. Konflik tawuran dapat pula terjadi akibat kehilangan kewenangan,
menyebabkan harus mempertahankan harga dirinya atau kelompoknya, seperti
perselisihan di tempat hiburan atau di kampung akibat rebutan teman gadis.
Kasus seperti ini terjadi pada konflik di desa wilayah KabupatenSubang. Berbeda
dengan tahapan proses konflik tawuran di tempat hiburan, tahapannya begitu
cepat. Konflik dimulai dari adanya persoalan pribadi yang disebabkan oleh
beragam sebab, bisa karena terinjak atau kena sikut saat joget, salah kata-kata
yang menyinggung perasaan, berebut teman joget (perempuan) dan saingan dalam
pacaran. Persoalan yang tidak dapat diselesaikan di tempat, dapat langsung
menimbulkan adu fisik, setelah ada korban dari satu pihak, dilanjutkan dengan
balas dendam, maka terjadilah tawuran masal, yang didorong oleh rasa
solidaritas terhadap teman sekampung atau sedesa. Sehingga tampak bahwa
eskalasi konflik tawuran lebih cepat dibandingkan dengan eskalasi konflik
pemilihan kepala desa.
0 comments:
Post a Comment