Saturday, November 12, 2016

Pendekatan Sosiologis Perilaku Pemilih

Pendekatan sosiologis merupakan pendekatan perilaku memilih yang berasal dari Eropa, kemudian dikembangkan oleh ilmuwan sosial yang berlatar belakang pendidikan Eropa. Oleh karena itu kemudian Scott C. Flanagan yang dikutip dalam Muhammad Asfar (2006:137) menyebutnya sebagai model sosiologi politik Eropa. Pendekatan ini disebut juga dengan Mahzab Columbia. Pendekatan sosiologis melihat perilaku pemilih dipengaruhi oleh segala kegiatan yang berkonteks sosial.

Pendekatan ini lebih menekankan kepada faktor-faktor sosiologis yang kemudian membentuk perilaku memilih seseorang. Pendekatan ini pada dasarnya menjelaskan bahwa karakteristik sosial dan pengelompokkan-pengelompokkan sosial mempunyai pengaruh yang cukup signifikan dalam menentukan perilaku memilih seseorang. Perilaku pemilih tentu dapat dijelaskan akibat pengaruh identifikasi seseorang terhadap suatu kelompok sosial dan norma-norma yang dianut oleh kelompok atau organisasinya.

Pada dasarnya semua kelompok masyarakat mempunyai kepentingan, manajemen, aktivitas rutin dan komunikasi internalnya masing-masing. Sejalan dengan pendapat di atas, Muhammad asfar yang dikutip dalam Adman Nursal (2004: 55) mengungkapkan bahwa :

“Pendekatan sosiologis pada dasarnya menjelaskan bahwa karakteristik sosial dan pengelompokkan sosial seperti usia, jenis kelamin, agama, pekerjaan, latar belakang keluarga, kegiatan-kegiatan kelompok formal maupun informal dan lainnya mempunyai pengaruh yang signifikan dalam pembentukan perilaku pemilih.”
Kemudian, menurut Khoirudin (2004:96) pendekatan sosiologis melihat masyarakat sebagai suatu kelompok yang bersifat vertikal dari tingkat terbawah hingga teratas dimana menurut paham ini tingkatan-tingkatan atau kelompok yang berbeda inilah yang membentuk persepsi, sikap, keyakinan dan sikap politik dari masing-masing individu. Hal ini mengindikasikan bahwa subkultur dalam masyarakat memiliki kognisi sosial tertentu yang akhirnya bermuara pada perilaku tertentu.
Menurut Paul F. Lazarsfeld dalam Efriza (2012:493) pemberian suara dalam pemilu pada dasarnya adalah suatu pengalaman kelompok. Perubahan perilaku memilih seseorang cenderung mengikuti arah predisposisi politis lingkungan sosial individu tersebut. Pengaruh terbesar berasal dari keluarga dan lingkungan rekan atau sahabat erat individu terkait. Pendapat ini kemudian didukung oleh Dieter Roth dalam Efriza (2012:493) yang berpendapat bahwa perilaku memilih seseorang dalam pemilu cenderung mengikuti arah predisposisi politik lingkungan sosial dimana ia berada.

Kemudian Gerald Pomper dalam Efriza (2012:494) berpendapat bahwa predisposisi sosial-ekonomi pemilih dan keluarga pemilih mempunyai pengaruh yang signifikan dengan perilaku memilih seseorang. Preferensipreferensi politik keluarga baik itu preferensi politik ayah ataupun preferensi politik ibu akan berpengaruh pada preferensi politik anak.

Selain itu, David Apter dalam Efriza (2012:495) menguraikan tentang pengaruh dari keluarga terhadap anak dalam memilih yaitu adanya kesamaan pilihan seorang anak dengan pilihan orang tuanya. Kesamaan pilihan seorang anak dengan orang tuanya merupakan suatu hal yang wajar karena pada lembaga keluarga itulah seseorang pertama kali mempunyai akses pembentukan identitas diri, mempelajari nilai-nilai lingkungan dan sosialnya termasuk peran politiknya. Pada proses paling dini, pembentukan sikap termasuk sikap politik seseorang dilakukan dalam lingkungan keluarga.
Pengelompokan sosial baik secara formal seperti keanggotaan seseorang dalam organisasi keagamaan, organisasi profesi, maupun kelompok-kelompok okupasi serta pengelompokkan secara informal seperti keluarga, pertemanan ataupun kelompok-kelompok kecil lainnya merupakan sesuatu yang penting dalam memahami perilaku memilih seseorang.
Mengenai pengkategorian karakteristik sosial dan pengelompokkan sosial, Bone dan ranney dalam Adman Nursal (2004:56) membagi menjadi tiga tipe yakni kelompok kategorial yang terdiri atas orang-orang yang memiliki karakteristik politik yang berbeda-beda dan tidak menyadari tujuan dari kelompoknya. Perbedaan ini terjadi karena masing-masing anggota kelompok memberi reaksi yang berbeda-beda terhadap suatu peristiwa politik, pengalaman politik yang dimiliki serta peran peran sosial yang diemban. Pengelompokkan sosial terbentuk atas dasar faktor-faktor berikut :
a.       Perbedaan jenis kelamin.
b.      Perbedaan usia.
c.       Perbedaan pendidikan.

Kategori kedua adalah kelompok sekunder yakni kelompok yang menyadari identifikasi dan tujuan kelompoknya dan terdapat ikatan psikologis anggota terhadap kelompoknya. Kelompok ini diklasifikasikan sebagai berikut :

a.       Pekerjaan.
b.      Kelas sosial dan status sosial ekonomi.
c.        Kelompok-kelompok etnis seperti ras, agama, dan daerah asal.

Tipe kelompok yang terakhir adalah kelompok primer yang terdiri atas orangorang yang melakukan kontak dan interaksi langsung secara teratus dan sering. Kelompok ini memiliki pengaruh yang paling kuat dan langsung terhadap perilaku politik seseorang. Mereka yang tergolong dalam kelompok ini yaitu :

a.       Orang tua.
b.      Teman sepermainan (peergroup).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa model pendekatan sosiologis mengasumsikan perilaku pemilih ditentukan oleh karakteristik sosial, pengelompokkan sosial pemilih, dan karakteristik sosial tokoh atau partai yang dipilih. Pemilih memiliki orientasi tertentu terkait karakteristik dan pengelompokkan sosialnya dengan pilihan atas partai atau calon tertentu.

Berdasarkan uraian beberapa pendapat ahli sebelumnya maka kajian dalam penelitian ini akan difokuskan pada pendekatan sosiologis melalui analisis bagaimana kelompok-kelompok yang terbentuk karena adanya pengkategorian karakteristik sosial dan pengelompokkan sosial baik yang bersifat formal dan informal dapat memberikan preferensi politik dan membentuk perilaku pemilih pemula dalam menentukan pilihannya pada pemilihan kepala Pekon Banyu Urip tahun 2013. Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Muhammad Arsal dalam Adman Nursal (2004: 55), bahwa karakteristik sosial dan pengelompokkan-pengelompokkan sosial mempunyai pengaruh yang signifikan dalam menentukan perilaku memilih seseorang. Pengelompokkan sosial tersebut tersebut terdiri dari etnisitas, maupun agama. Pengelompokkan sosial tersebut dapat bersifat formal seperti organisasi dan perkumpulan ataupun bersifat informal seperti keluarga, pertemanan, dan kelompok-kelompok kecil lainnya.



0 comments: