Pemanfaatan
media dalam bentuk apapun merupakan saluran komunikasi kandidat kepada pemilih
dapat dianggap efektif dan efisien pada masa kampanye. Berkampanye melalui
media merupakan hal yang biasa dalam dunia politik modern. Penggunaan media
dalam komunikasi politik saat kampanye sangat penting. Kecermatan memilih media
kampanye harus disesuaikan dengan kondisi dan situasi khalayak.
Pendekatan
secara langsung dengan pemilih merupakan strategi mencari dukungan kandidat ke
masing-masing individu. Pendekatan personal dengan pemilih sering disebut
dengan kampanye tatap muka. Strategi ini dianggap efektif walaupun tidak dapat
mencakup area yang luas, namun tidak semua tempat dan kalangan pemilih berhasil
ditemuai saat melakukan kampanye tatap muka.
Penggunaan
media massa dalam kampanye merupakan salah satu saluran komunikasi kandidat
kepada pemilih dan cakupan daerah yang lebih luas. Dalam kampanye modern
pengunaan media massa kerap dilakukan sebagai strategi pembentukan citra
konstestan. Penyampaian produk politik dengan memanfaatkan media massa disebut pull
marketing (Nursal, 2004:45). Karena strategi pull marketing merupakan
strategi politik yang lebih menitik beratkan pada pembentukan image politik
yang positif.
Penggunaan
media kampanye pasangan H. Amril dan H. Irwandy pada Pemilukada Tebing Tinggi
2010 lebih menggunakan media luar ruang seperti baleho dan sepanduk. Media ini
dianggap lebih mudah dan ekonomis dibandingkan dengan menggunakan media cetak
maupun elektronik. Peteson McClude (dalam Cangara, 2009:382) mengatakan,
“memang ada beberapa keraguan akan potensi media dalam memengaruhi khalayak
pemilih, mengingat keterbatasannya tidak banyak mengubah perilaku pemilih
setelah orang memiliki sikap”.
Pendapat
yang sama juga disimpulkan oleh Sander and Pace (dalam Canggara, 2009:382),
bahwa media massa pada dasarnya hanya mampu berada pada tataran pembentukan
citra (image), sementara yang berperan untuk mengajak orang mengubah
pilihan adalah komunikasi antarpribadi. Media hanya memberi pengaruh pada hal-hal
yang sifatnya singkat dan tidak lama (sort term). Oleh karena itu,
Sander dan Pace mengusulkan agar pemilu menekankan pada image world view daripada
isu-isu. Sebab para pemilih pada umumnya cenderung untuk mengikuti hanya pada
awal dan akhir kampanye.
Faktor
geografis dan kecilnya wilayah pemilihan di Kota Tebing Tinggi menjadi salah
satu alasan kuat bagi kandidat untuk tetap menggunakan media luar ruang dalam
kampanye politik untuk membentuk image. Media kampanye sepertibaliho dan
spanduk yang bergambarkan pasangan kandidat dianggap lebih efisien, karena
dapat secara langsung di distribusikan hingga daerah pemilihan terkecil. Alasan
penggunaan media tersebut lebih didasari oleh lokasi pemilihan kota Tebing
Tinggi yang hanya memiliki 5 kecamatan dan dengan mempertimbangkan efektifitas
media dan penghematan biaya kampanye.
0 comments:
Post a Comment