Thursday, September 29, 2016

GLOBALISASI DAN PERAN MEDIA

Para ilmuwan politik dan hubungan internasional telah begitu gigih melakukan analisis terhadap globalisasi dan implikasinya bagi negara bangsa, sedangkan ilmuwan lainnya gigih memperdebatkan munculnya global culture, lokalisme, masyarakat global, dan lain sebagainya. Jika literatur-literatur tersebut dirunut, maka akan ditemukan betapa sulitnya menemukan kata sepakat atas apa yang disebut globalisasi dan bagaimana dampaknya terhadap kehidupan manusia, baik di bidang ekonomi, politik, sosial, dan juga budaya. Meskipun demikian, argumentasi yang menyatakan bahwa globalisasi telah mempengaruhi hampir semua bidang kehidupan manusia tampaknya jauh lebih bisa diterima meskipun harus diberi catatan bahwa pengaruhnya berada dalam derajat yang berbeda-beda.
Di antara diskusi tentang globalisasi tersebut, perkembangan media dan teknologi komunikasi menjadi salah satu faktor penting meskipun pada awalnya tidak mendapatkan cukup perhatian (Rantanen, 1999). Integrasi, interkoneksi, dan bahkan interdependensi (Keohane dan Nye, 1977) tidak dapat dilepaskan dari keberadaan media dan teknologi komunikasi yang beroperasi lintas batas negara bangsa. Oleh karena itu, tidak berlebihan jika ada yang mengatakan bahwa tanpa adanya teknologi komunikasi, maka tidak ada pasar-pasar global sebagaimana adanya sekarang. Tanpa adanyakomunikasi global maka tidak akan muncul pasar global (Tehranian, 1999: 4)
Mengenai peran media dalam proses globalisasi tersebut, Thompson (2000: 202) mengemukakan sebagaimana dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.
The reordering of space and time brought about by the development of the media is part of broader set of processes which have transformed (and are still transforming) the modern world. These processes are commonly described today as ‘globalization’”
Pada bagian lain, Thompson (Rantanen, 2006:9) mengemukakan bahwa perkembangan media baru dan komunikasi tidak hanya dalam jaringan-jaringan transmisi informasi di antara individu yang masih mempunyai hubungan-hubungan sosial. Namun, perkembangan media dan komunikasi menciptakan bentuk-bentuk tindakan dan interaksi dan hubungan-hubungan sosial jenis baru-suatu bentuk hubungan yang berbeda jika dibandingkan dengan bentuk hubungan face-to-face yang hadir dalam hampir keseluruhan sejarah manusia. Di sini, komunikasi memberikan kontribusi bagi globalisasi dunia dalam tiga cara (Rantanen, 1999:4). Pertama, komunikasi global menyediakan “infrastructures” bagi aliran data, berita, dan citra lintas batas negara bangsa yang memungkinkan pan-kapitalisme berkembang. Kedua, komunikasi global telah mendorong peningkatan permintaan melalui “channels of desire” periklanan global. Ketiga, komunikasi global memberdayakan kelompok-kelompok marginal (the silent voices) di negara-negara periferi akan hak menentukan nasib sendiri (self-determination) dan keadilan sosial yang biasanya hadir dalam bentuk pemujaan mendalam atas identitas vis-a-vis komoditas di negara-negara center.

Jaringan televisi transnasional telah menantang hubungan-hubungan tradisional antara televisi dengan negara bangsa melalui jangkauan siarannya yang bersifat transnasional (Chalaby, 2003:460-462). Dalam kaitan ini, terdapat tiga tipe coverage, yakni multi-territory, pan-regional, dan global. Stasiun televisi yang mempunyai coverage multi-territory biasanya muncul karena tidak mempunyai cukup sumber daya untuk mengembangkan siaran pan-regional atau jika tidak demikian lebih karenaalasan-alasan ketakutan sebagai akibat ketiadaan brand dan bahan-bahan untuk menyelenggarakan siaran pan-regional. Di sisi lain, siaran-siaran televisi pan-regional biasanya mampu menjangkau keseluruhan kawasan regional. Saluran Pan-Eropa, misalnya, mampu menjangkau keseluruhan wilayah Eropa, Euronews, dan Eurosport (yang saat ini berada di bawah kendali TF1, stasiun siaran swasta Perancis), Mezzo, saluran musik klasik Lagardere, dan Fox Kids. Meskipun tidak menjangkau keseluruhan Eropa, tetapi setidaknya menjangkau 30 hingga 55 kawasan dengan 15 bahasa. Kelompok terakhir adalah jaringan televisi yang mempunyai jangkauan global. Jaringan televisi seperti MTV, CNN, dan Discovery telah menjangkau tidak hanya Eropa, tetapi juga lebih dari 150 negara yang berada di kawasan seperti Timur Tengah, Asia Selatan, Asia Pasifik, Amerika dan kadang-kadang Afrika. Stasiun-stasiun ini mempunyai orientasi program global yang disiarkan selama 24 jam non-stop. Orientasi siarannya yang 24 jam ini telah membuatnya mempunyai kemampuan untuk meliput dunia secara real time. CNN World Report dan BBC World, misalnya, dapat meliput dan menyiarkan krisis dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di dunia sebagaimana terjadi. Sebagai contoh, dalam krisis Timur Tengah, CNN World Report menyiarkan per jam kejadian.

Globalisasi yang ditopang oleh perkembangan teknologi komunikasi ini telah menciptakan apa yang sering disebut oleh ilmuwan Kanada, Marshal McLuhan, sebagai “perkampungan global” (“global village”). Suatu dunia yang diibaratkan sebagai perkampungan global di mana sekat-sekat antarwilayah tidak lagi berlaku, dan masing-masing individu dapat berinteraksi satu dengan yang lain melalui teknologi komunikasi. Berangkat dari gagasan McLuhan ini, Volkmer (2003) lantas memberikan argumentasi bahwa kemampuan berita yang dipancarkan melalui satelit secara simultan oleh stasiun penyiaran ke seluruh dunia dalam suatu waktu bersamaan telah menciptakan “global public sphere” dan kosmopolitanisme sebagai dasar terbentuknya warga negara dunia (global citizenship) (dikutip dari Rai dan Cottle, 2007:2). Teknologi komunikasi telah memungkinkan seseorang berhubungan secara langsung dengan orang-orang di seluruh dunia, termasuk dengan otoritas politik. Inilah yang mendorong munculnya kelompok-kelompok yang lebih bersifat kosmopolitan. Greenpeace, kelompok pecinta lingkungan hidup yang beroperasi lintas batas negara, menjadi salah satu contohnya. Persoalannyasekarang bagaimana globalisasi media tersebut berpengaruh terhadap politik internasional?

0 comments: