Tuesday, July 19, 2016

Erosi dan Konservasi

.1.  Erosi dan Konservasi
Menurut Arsyad (1989), erosi adalah peristiwa terkikisnya atau terangkutnya tanah dan bagian tanah dari suatu tempat ke tempat yang lain oleh media alami (air atau angin).
Erosi menyebabkan hilangnya tanah yang subur dan baik untuk pertumbuhan tanaman, berubah struktur tanah, berkurangnya jumlah  dan keanekaragaman mikroorganisme tanah, menurunnya laju infiltrasi dan akhirnya menurunkan produktivitas   tanah.   Erosi yang hebat dapat menyebabkan tanah menjadi rusak akibat terangkutnya  partikel-partikel tanah bagiana atas bersama aliran permukaan yang akhirnya mengendap di saluran-saluran irigasi, sungai dan danau atau tempat-tempat yang lebih rendah lainnya (Sinukaban,1986).
Di daerah tropis basah seperti Indonesia dengan rata-rata curah hujan melebihi 1500 mm per tahun, maka air merupakan penyebab utama terjadinya erosi, sedangkan di daerah-daerah yang panas dan kering (arid) maka angin merupakan penyebab utama (Sarief, 1985).
Pada dasarnya erosi akan mengikuti proses-proses, pelepasan partikel-partikel tanah, penghanyutan partikel tanah, dan pengendapan partikel yang terhanyut.   Secara alami erosi ditentukan oleh  faktor-faktor iklim ,topografi, vegetasi dan tanah.  Akan tetapi dengan adanya aktivitas manusia di alam maka manusia menjadi faktor yang mempengaruhi erosi  (Sinukaban, 1986).

2.2.  Proses Terjadinya Erosi
Menurut Sarief (1988), proses terjadinya erosi tanah yang disebabkan oleh air meliputi tiga tahapan, yaitu (a)  pemecahan bongkah-bongkah atau agregat tanah ke dalam bentuk butir-butir kecil atau partikel tanah, (b) pemindahan atau pengangkutan butir-butir atau partikel tanah yang kecil sampai sangat halus, dan (c) pengendapan partikel atau butir-butir tanah di tempat yang lebih rendah.
2.2.1.  Tahap pemecahan (detachment)
Pada tahap ini faktor yang paling menentukan ialah energi kinetik hujan yang mampu memercikkan tanah dengan kekuatan dan jarak tertentu.  Pada daerah yang datar jarak percikan  butir-butir tanah relatif lebih dekat dan sama, sedang pada daerah yang berlereng  jarak percikan butir-butir tanah kearah bawah lereng  lebih  jauh dari pada  ke arah atas lereng.
            Energi kinetik hujan dipengaruhi oleh massa butir air hujan, kecepatan jatuh dan intensitas hujan.  Jadi makin besar massa berarti makin banyak pula butir-butir tanah yang terlepas.  Di samping itu dengan semakin besar intensitas hujan maka semakin banyak pula butir-butir tanah yang dilepaskan walaupun kecepatan jatuh dan diameter butir hujan sama
2.2.2.  Tahap pengangkutan (Transportation)
Setelah agregat tanah dipecahkan oleh butir-butir air hujan menjadi butir-butir tanah primer kemudian  dipindahkan atau diangkut ke tempat yang lebih rendah oleh aliran permukaan.  Besarnya aliran permukaan adalah besarnya volume air melalui penampang tertentu dalam satuan waktu tertentu.
Jumlah dan kecepatan aliran permukaan tergantung pada kemiringan dan panjang lereng.  Ketika aliran permukaan melalui suatu lereng yang mempunyai kemiringan yang besar dan panjang maka kecepatannya akan semakin besar.   Kecepatan maksimum terjadi pada pertengahan lereng kemudian mengalami penurunan  kecepatan di daerah kaki lereng yang landai dan datar.

2.2.3.  Tahap pengendapan (sendimentation)
Kecepatan aliran permukaan makin lama semakin kecil dan akhirnya berhenti atau tidak mempunyai kecepatan di daerah kaki lereng karena relatif datar atau terjebak oleh suatu cekungan, maka di tempat itulah butir-butir tanah tanah yang terangkut diendapkan.
            Pengendapan dapat bersifat tetap atau sementara (between settlement).  Pengendapan sementara pada umumnya terjadi pada permukaan yang bergelombang, bagian lereng yang cekung adalah tempat  pengendapan sementara karena pada hujan berikutnya butir-butir tanah yang diendapkan akan diangkut lagi dan diendapkan ke tempat yang lebih rendah atau terbawa ke aliran sungai.

2.3.  Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Erosi
            Arsyad (2000), mengemukakan bahwa hubungan antara erosi dengan faktor-faktor yang  mempengaruhinya dinyatakan dalam persamaan:
E  =  f ( i, r, v, t, m )


Dimana :
                     E = Erosi
                     r  = topografi
                        t  = tanah
                        i  = iklim
                        v = vegetasi
                        m = manusia
            Selanjutnya dikatakan, bahwa faktor-faktor tersebut dibagi dalam dua jenis peubah yaitu, (a) faktor-faktor yang dapat diubah oleh manusia seperti vegetasi, sebagian sifat tanah seperti kesuburan, kapasitas infiltrasi dan panjang lereng dan (b) factor-faktor yang tidak dapat diubah oleh manusia adalah iklim, tipe tanah dan kecuraman lereng.
2.3.1.  Iklim
            Faktor iklim yang paling mempengaruhi adalah curah hujan.  Besarnya curah hujan dan intensitas serta distribusi hujan menentukan dispersi hujan terhadap tanah, jumlah dan kecepatan aliran permukaan serta kerusakan tanah (Arsyad, 2000).
            Besarnya energi kinetik ditentukan oleh banyaknya massa dalam benda yang bergerak dan kecepatan gerak  benda tersebut, makin besar massa dan kecepatan makin besar pula energi kinetik  yang ditimbulkan (Seta,  1987).
            Adapun yang dimaksud dengan besarnya curah hujan adalah volume air yang jatuh pada suatu areal tertentu dan umumnya dinyatakan dalam  tinggi air atau milimeter (mm).   Besarnya curah hujan terjadi  pada waktu  tertentu seperti per hari, per tahun atau per musim, sedang  intensitas curah hujan yang jatuh dalam waktu yang singkat misalnya 5, 10, 15, dan 30 menit yang dinyatakan dalam milimeter per jam (Arsyad, 2000).  Intensitas curah hujan dapat diklasifikasikan seperti tertera pada Tabel.1 
Tabel  l. Klasifikasi Intensitas Hujan
Intensitas hujan  (mm/jam)
Klasifikasi
<6,25
6,25-12,50
12,50-50,00
>50,00
Rendah
Sedang
Lebat
Sangat lebat
Sumber :  Arsyad (2000)
           
Menurut  Arsyad (2000),  bahwa sifat hujan yang sangat penting dalam mempengaruhi erosi adalah energi kinetik hujan dan intensitas hujan selama 30 menit.  Umumnya keduanya berhubungan erat dengan erosi, sehingga interaksi diantara keduanya merupakan penduga erosi yang baik.
Topografi
            Kemiringan lereng,  panjang lereng, keseragaman lereng dan konfigurasi merupakan elemen topografi yang turut mempengaruhi laju erosi.  Akan tetapi menurut Seta (l987), dua unsur topografi yang paling mempengaruhi adalah panjang lereng dan kecuraman lereng.             
Arsyad (2000), menyatakan kemiringan lereng atau kecuraman lereng dinyatakan dalam derajad atau persen..  Kecuraman lereng akan memperbesar kecepatan aliran permukaan cepatan aliran permukaan yang dengan demikian akan memperbesar  daya angkut air.  Jika lereng permukaan menjadi dua kali lebih curam, maka banyaknya erosi per satuan luas akan menjadi 2,0 – 2,5 kali lebih banyak, tetapi Evans (l980)  melaporkan  bahwa tidaklah selalu benar bila dinyatakan permukaan tanah menjadi dua kali lebih curam, maka erosi per satuan luas menjadi 2,0 – 2,5 kali, karena tidak semua studi  yang dilakukan mendapat penelitian yang demikian.  
2.3.2.  Vegetasi
Pengaruh vegetasi penutup tanah terhadap erosi adalah : (1) melalui fungsi melindungi permukaan tanah dari tumbukan air hujan, (2) menurunkan kecepatan air larian, (3) menahan partikel-partikel tanah pada tempatnya ,(4) mempertahankan kemantapan kapasitas tanah dalam menyerap air                    (Asdak,  1995).
            Menurut El – Swaify, Dragler & Amstrong  (1980) dan Arsyad (2000) pengaruh vegetasi terhadap aliran permukaan dan erosi dapat dibagi kedalam lima bagian yaitu : (1) intersepsi hujan, (2) mengurangi kecepatan dan daya mengerosi dari aliran permukaan (3) pengaruh perakaran, (4) pengaruh kegiatan biologi tanah yang berhubungan dengan pertumbuhan tanaman  dan (5) pengaruh transpirasi.
            Intersepsi   hujan  oleh   vegetasi    mempengaruhi   erosi  dengan  dua  cara,  yaitu : (1) mempengaruhi air yang sampai kepermukaan tanah sehingga mengurangi aliran permukaan dan (2) mengurangi pukulan langsung butir-butir hujan terhadap tanah (Greenland & Lai (1981).  Vegetasi yang menutupi permukaan tanah dengan rapat tidak hanya memperlambat aliran permukaan, tetapi juga mencegah pengumpulan air secara cepat sehingga dapat mengurangi kemampuan aliran permukaan untuk mengerosi tanah (Arsyad,  1983).
Vegetasi juga mempengaruhi erosi melalui proses transpirasi.  Transpirasi memperbesar kemampuan tanah untuk menyerap air sehingga dapat mengurangi aliran permukaan dan secara tidak langsung dapat mengurangi erosi (Schwab, Frevert, Edminster & Barnes  1981).
Aliran permukaan dan erosi meningkat secara drastis pada lereng-lereng dengan penutup tanah kurang dari 70 persen dan pengurangan laju erosi semakin nyata dengan semakin rapatnya pertumbuhan tanaman yakni apabila pertumbuhan tajuk tanaman sudah melebihi 30 persen ( Evans, 1980). Suatu vegetasi penutup tanah yang baik seperti rumput yang tebal atau hutan yang lebat akan menghilangkan pengaruh hujan dan topografi terhadap erosi.
Peran hutan dan padang rumput dalam pengendalian erosi dan aliran permukaan adalah melalui intersepsi hujan, mematahkan energi hujan, biomassa yang gugur akan mengurangi kecepatan aliran permukaan dan perusak air, peranan akar dan kegiatan biologi tanah dalam perbaikan porositas serta stabilitas agregat dan transpirasi (Schwab, Fangmeier, Elliot & Frever, 1997)
2.3.3.  Tanah
            Sifat-sifat tanah yang mempengaruhi erosi adalah tekstur, struktur, bahan organik, kedalaman tanah, sifat lapisan bawah dan tingkat kesuburan tanah. Tanah-tanah bertekstur kasar mempunyai kapasitas infiltrasi yang tinggi dan jika tanah-tanah tersebut dalam maka erosi dapat diabaikan (Lai 1989).   Sedangkan Arsyad (2000) menyatakan bahwa berbagai tipe tanah mempunyai kepekaan terhadap erosi yang berbeda-beda.
            Kepekaan erosi tanah yaitu mudah tidaknya tanah tererosi sebagai akibat fungsi berbagai  interaksi sifat sifat fisik dan kimia tanah. Hakim, Nyakpa, Lubis, Sutopo, Saul, Diha, Hong dan Bailey (1986) menyatakan bahwa ada dua sifat tanah yang mempengaruhi erosi yaitu : sifat tanah yang berhubungan dengan infiltrasi dan sifat tanah yang menentukan ketahanannya terhadap dispersi.
            Kepekaan tanah terhadap erosi ditentukan oleh mudah tidaknya butir-butir tanah atau agregat agregat  tanah didispersikan dan disuspensikan oleh air, oleh karena itu tanah dengan agregat yang mudah didispesikan dan daya infiltrasinya kecil serta dengan ukuran buti-butir tanah halus peka terhadap erosi atau erodibilitasnya besar ( Syarief 1985). Menurut Buckman & Brady (1982) kemampuan infiltrasi sangat dipengaruhi oleh kemantapan struktur, terutama lapisan tanah permukaan, disamping itu tekstur tanah dan adanya lapisan kedap air juga mempengaruhi kapasitas infiltrasi.
            Struktur tanah merupakan salah satu sifat tanah yang berpengaruh terhadap terjadinya erosi,  karena struktur tanah sangat menentukan mudah tidaknya tanah terdispersi oleh butir-butir hujan yang jatuh langsung di atas permukaan tanah.  (Morgan, 1979 dalam Hardjowigono, 1987), melaporkan bahwa tanah-tanah yang banyak mengandung bahan organik menghasilkan struktur yang mantap, sehingga tidak mudah tererosi.  Dalam pembentukan struktur tanah peranan bahan organik sangat berpengaruh terhadap stabilitas agregat tanah, karena bahan organik dapat mengikat butir-butir primer tanah.   Pengikatan butir-butir primer tanah menyebabkan tidak mudahnya tanah terdispersi oleh butir-butir hujan.

2.3.4.  Manusia
            Diantara lima faktor yang mempengaruhi erosi tanah, manusia merupakan faktor utama dalam proses terjadinya kerusakan tanah.   Kastasapoetra (1989) menyatakan bahwa apabila kesadaran untuk memelihara dan menjaga kelestarian hutan dan pengawetan tanah-tanah pertanian kurang dimiliki manusia, maka kerusakan hutan dan tanah-tanah pertanian akan berlangsung secara cepat.
            Banyak faktor yang menentukan apakah manusia akan memperlakukan dan mempergunakan tanahnya secara bijaksana yang memenuhi asas- asas tata guna tanah yaitu asas kelestarian, asas kemamfaatan optimal dan asas keseimbangan sehingga menjadi lebih baik dan dapat memberikan pendapatan yang cukup untuk jangka waktu yang terbatas (Sandy, 1980).
            Arsyad (2000) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang menentukan apakah manusia akan memperlakukan dan merawat dan mengusahakan tanahnya secara bijaksana diantaranya adalah ; (1) luas tanah yang diusahakan, (2) sistem pengusahaan tanah dan (3) tingkat pengetahuan dan penguasaan tekhnologi.

2.4.  Peranan Kacang-Kacangan Sebagai  Cover Crop  di Perkebunan
Cover crop atau tanaman penutup tanah adalah tumbuhan atau tanaman yang khusus ditanam untuk melindungi tanah dari ancaman kerusakan oleh erosi dan/atau untuk  memperbaiki sifat fisika dan kimia tanah, yaitu mempengaruhi struktur tanah, meningkatkan  aerasi tanah dan mempertahankan kandungan bahan organik untuk meningkatkan produktivitas tanah (Arsyad, 2000)
Menurut Seta (1987) peranan tanaman penutup tanah adalah (1)  menahan atau mengurangi daya perusak tanah oleh butir butir hujan yang jatuh di atas permukaan tanah , (2) menambah bahan organik tanah melalui batang, ranting, dan daun yang jatuh, dan (3) melakukan transpirasi sehingga mengurangi kandungan air tanah. Batang, ranting dan daun mati yang jatuh ke permukaan tanah akan mengalami dekomposisi dengan bantuan jasad renik tanah.  Hasil dekomposisi   tersebut dapat meningkatkan kandungan bahan organik tanah sehingga terbentuk agregat tanah yang mantap (Departemen Pertanian 1984)  
Tanah-tanah yang mempunyai agregat mantap, di samping tidak mudah terdispersi,  juga mengandung porositas yang tinggi sehingga infiltrasi air ke dalam tanah akan meningkat, aliran permukaan berkurang, dan erosi tanah menjadi kecil.  Selain itu residu dari sisa tanaman penutup tanah juga dapat memperbaiki kemampuan tanah menahan air, mengurangi kekuatan penetrasi akar, memantapkan agregat tanah dan memantapkan aerasi tanah serta dapat mengendalikan fluktuasi suhu tanah yang drastis antara siang dengan  malam hari sehingga tidak berpengaruh buruk terhadap pertumbuhan tanaman.(Seta, 1980)
Buckman & Brady (1982) menyatakan bahwa tanaman yang sesuai dipergunakan sebagai tanaman penutup tanah adalah dari jenis kacang kacangan, karena tanaman tersebut dapat menambah kesuburan tanah dengan meningkatkan kandungan nitrogen melalui proses fiksasi oleh bakteri rhizobium yang terdapat pada akarnya.  Pembenaman bahan pangkasan kacang kacangan ke dalam tanah tidak hanya menambah karbon organik pada tanah tetapi juga mengembalikan nitrogen dan unsur hara lainnya.
 Pada tabel 2 terlihat bahwa tanaman kacang kacangan mampu mengembalikan unsur hara terutama nitrogen yang lebih banyak  dibanding dengan jenis  penutup tanah lainnya setelah berumur dua tahun.
Tabel.  2. Pengaruh    Beberapa   Jenis   Tanaman   Penutup   tanah   Terhadap
    Sifat Tanah

Kedalaman
Tanah (cm)
Tanaman
Penutup
Agregat
(%)
Berat Jenis
(g cm-3)
Permeabilitas
(cm jam)
Porositas
(%)

0 – 15
Kacang-kacangan
93,0
1.04
110,7
60,6
Rumput
91,1
1,11
29,0
58,1
Mikania
88,3
1,21
35,6
54,0

15 -30
Kacang-kacangan
89,0
1,12
25,0
58,1
Rumput
82,6
1,17
25,7
55,7
Mikania
76,9
1,54
7,9
54,0
Sumber:  (BRIM l977) dalam Alibasyah (1985)
Di Indonesia tanaman kacang-kacangan seperti Centrosema pubescens Benth,  Pueraria phaseoloides Benth, Mimosa invisa Mart, Calopogonium muconoides Desv, Crotalaria anagyroides, Leuceana glauca, Teprosia maxima, Teprosia vogelii, Desmodium gyroides dan lain-lain, telah banyak digunakan sebagai tanaman penutup tanah di perkebunan teh, karet dan kelapa sawit sejak sebelum perang dunia kedua yang lebih dikenal sebagai tanaman pupuk hijau (Adisewojo, 1964 dalam Alibasyah, 1985). Keterangan singkat mengenai tanaman penutup tanah  Centrosema   pubescens Benth dan Pueraria  phaseoloides Benth  adalah sebagai berikut  :
Centrosema pubescens Benth. Maulen (1980) dalam Alibasyah (1985) melaporkan bahwa tanaman ini   termasuk famili Papilionaceae dari famili Legominoceae.   Species ini berasal Brazil dan telah ditanam  dengan hasil yang baik di daerah tropis dan sub tropis.  Daun-daunnya adalah trifoliat dan lebih runcing bila dibandingkan dengan daun-daun   Pueraria  phaseoloides Benth atau Calapogonium muconoides Desv.   Sifat tumbuhnya adalah perennial (hidup lebih dari satu tahun), sangat agresif,  batang-batangnya menjalar dan membentuk pertanaman penutup tanah empat hingga enam bulan sesudah ditanam dari biji (Reksohadiprodjo, l98l).   Tanaman ini berdaun lebat dan tahan keadaan kering  serta lebih tahan naungan jika dibandingkan dengan  Pueraria  phaseoloides Benth atau  Calopogonium  muconoides  Desv  (Departemen Pertanian, l984).  Dalam keadaan tanah dan iklim sesuai, tanaman ini dapat menghasilkan bahan organik  sebanyak 400 kuintal per hektar  dalam waktu sepuluh bulan, yang sama dengan 41 kg nitrogen dan  20 kilogram P2O5 (Arsyad, 2000).  Selanjutnya Hartley (1977) dalam Alibasyah (l985) melaporkan bahwa untuk mendapatkan penutupan  tanah yang baik diperlukan sekitar 30 kg biji per hektar.    Perkecambahan biji yang cepat perlu direndam dalam air panas atau larutan asam sulfat pekat selama 15 menit, kemudian dibilas dengan air bersih.
Pueraria  phaseoloides Benth.  Tanaman ini termasuk sub famili Papilionaceae dari famili Legominocea, berasal dari India bagian Timur dan sekarang telah ditanam secara luas di daerah tropika.  Tanaman ini bersifat membelit, merambat dan membentuk semak yang rimbun dengan batang-batang stolon mengeluarkan akar dari setiap ruas batang yang bersinggungan dengan tanah dan panjang batang 1  -  3 meter (Departemen Pertanian, l984).  Tanaman ini dapat tumbuh pada tanah-tanah yang miskin dan masam, tetapi tidak tahan naungan yang berat seperti halnya Centrosema  pubescens Benth.
            Daunnya gugur di musim kemarau ketika terbentuk biji dan inilah sebabnya mengapa tanaman ini ditanam bersama-sama dengan Centrosema pubescens Benth untuk mencegah tumbuhnya tanaman pengganggu pada waktu tersebut. Tanaman ini menghasilkan biji yang relatif sedikit dan kulitnya agak tebal sehingga perlu direndam dengan air panas atau larutan asam sulfat pekat selama l5-20 menit untuk mendapatkan perkecambahan biji yang baik. Perkecambahan biji terjadi lebih kurang  5  hari setelah tanam (Hartley, 1977 dalam Alibasyah, 1985).

2.5.    Erosi yang Masih Dapat Dibiarkan
Kirkby (l980) dalam Alibasyah  (1996)   melaporkan  bahwa untuk mempertahankan kelestarian sumberdaya tanah, maka secara teoritis proses penghanyutan tanah (erosi) harus seimbang dengan proses pembentukan tanah.  Oleh karena itu ditetapkan berapa besarnya erosi dari sebidang tanah yang masih dapat dibiarkan (permisible erosion) di bawah suatu sistim pengelolaan tertentu.  Penetapan batas erosi yang masih dapat dibiarkan adalah perlu mengingat tidaklah mungkin menurunkan erosi sampai menjadi nol pada tanah-tanah yang digarap untuk berbagai kegiatan pertanian terutama pada daerah-daerah berlereng.  Penentuan batas erosi yang masih dapat dibiarkan secara tepat adalah sangat sulit, oleh karena berbagai hal yang harus dipergunakan untuk mendapatkan batas ini, tidak dapat atau belum dapat ditentukan secara kuantitatif.  Hanya pada prinsipnya laju erosi yang terjadi tidak melebihi laju pembentukan tanah sehingga masih terdapat suatu lapisan atas tempat pertumbuhan tanaman.  Justru laju pembentukan tanah itu sendiri yang sulit untuk ditentukan atau dinyatakan secara kuantitatif. Meski demikian Soil Conservation  Servise dari USDA memberikan suatu pegangan umum untuk menetapkan besarnya erosi yang masih dapat dibiarkan seperti yang tertera pada Tabel  3.
Tabel  3.  Besarnya Erosi  yang Masih Dapat  Dibiarkan 

Sifat tanah dan Sub strata
Besarnya  erosi yang masih
dapat dibiarkan (ton/ha)
1.   Tanah dangkal di atas batuan
2.   Tanah dalam di atas batuan
3.   Tanah yang lapisan bawahnya (sub soil) padat dan terletak diatas sub strata yang tidak terkonsilidasi.
4.   Tanah dengan lapisan bawah yang permilibitasnya lambat diatas sub strata yang tidak terkonsolidasi.
5.   Tanah dengan lapisan bawah yang agak permeabel diatas sub strara yang tidak terkonsolidasi.
6.   Tanah yang lapisan bawahnya permeabel diatas sub strata yang tidak terkonsolidasi.
1,12
22,4


448


89,7


 11,21

11,45
Sumber : Arsyad (2000)

2.6.  Prediksi  Erosi

Prediksi erosi dari sebidang tanah adalah metode untuk memperkirakan laju erosi yang akan terjadi pada sebidang tanah bila pengelolaan dan konservasi tanah tidak mengalami gangguan dalam jangka waktu yang panjang.  Jika laju  erosi yang akan terjadi telah dapat diperkirakan, dan laju erosi yang masih dapat dibiarkan atau ditoleransi (soil loss tolerance) sudah dapat ditentukan, maka kebijaksanaan penggunaan tanah dan  tindakan konservasi tanah yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah, dan tanah dapat dipergunakan secara produktif dan lestari (Kironoto danYulistiyanto, 2000).
            Untuk menduga besarnya erosi dari suatau bidang tanah telah dikembangkan oleh Wischmeier & Smith (1978) suatu persamaan yang disebut dengan The Universal Soil Loss Equation  (USLE). Adapun rumus umum persamaan pendugaan besarnya erosi tersebut  adalah sebagai berikut :

A= R K L S C P         ……………………………………                    (1)
Dimana :
             A = Besarnya erosi tanah (Ton haTh­)
             R = Nilai indeks erosifitas hujan
             K = Faktor erodibilitas
             L = Panjang lereng (m)
             S = kemiringan lereng (%)
             C = Faktor tanaman
             P = Faktor tindakan manusia dalam pengawetan tanah

2.6.1.  Faktor  Erosivitas hujan (R)
            Menurut Arsyad (1989) sifat hujan yang sangat penting dalam mempengaruhi erosi adalah energi kinetikhujan yang merupakan penyebab pokok dalam penghancuran agregat tanah.  Energi kinetic tersebut dapat dihitung dari rumus dasar yaitu:
            Ek = 1/2 m.v2           ..........................................................................     (2)
Dimana:
Ek = energi kinetic hujan (g.m/detik2)
m = massa butir hujan (g)
v = kecepatan jatuh hujan (m/detik)

Energi curah hujan itu mempengaruhi erosi, walaupun demikian hubungan lebih erat erosi didapat dengan menggunakan persamaan interaksi energi dan intensitas hujan (Wischmeier & Smith,1978 dilaporkan Arsyad, 1989).
Persamaan interaksi energi kinetik dalam intensitas maksimum 30 menit didapat dari hubungan:
            EI30 = E(I30 x 10 -2)…………………………………………………..       (3)
Dimana:
            E      = Energi kinetik selama pweriode hujan dalam ton m/ha
EI30  = Interaksi energi denganintensitas maksimum 30 menit
I30    =  Intensitas maksimum 30 menit dalam cm/jam
Bila tersedia  data curah hujan bulanan dari penakar hujan tidak otomatis, maka nilai erosivitas hujan bulanan dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Bols, 1978)  sebagai berikut:
            Rm  = 6,119 R1,21(HH)0,147(Pmax)0,53    …………….………………...     (4)
Dimana:
            Rm     = Erosivitas hujan bulanan
            R        = Curah hujan harian atau bulan dalam (cm)
            HH     = Jumlah hari hujan
            Pmax  = Curah hujan maksimum 24 jam dalam 1 bulan
            Lanvine (1989) dalam Asdak (1985) melaporkan bahwa bila mana data curah hujan harian maksimum pada bulan yang akan dihitung erosivitasnya tidak ada, dan hanya tersedia data hujan bulanan, maka dapat digunakan rumus:
Rm = 2.21Pm1.36    …………………………….............…. .........            (5)
Dimana:
            Rm   =  Erosivitas hujan bulanan
            Pm   =  Curah hujan bulanan (cm)

2.6.2.  Faktor Erodibilitas Tanah
            Erodibilitas tanah  adalah mudah tidaknya tanah tererosi.  Tanah dengan erodibilitas tinggi akan lebih mudah tererosi dari pada tanah-tanah dengan erodibilitas rendah jika keduanya terdapat pada daerah yang sama (Hudson, l975), dan Arsyad (2000) menambahkan bahwa kepekaan erosi tanah adalah   interaksi  sifat-sifat fisika dan kimia tanah.
            Menurut  Asdak (1995),  faktor erodibilitas (K) menunjukkan resistensi partikel tanah terhadap pengelupasan dan transportasi partikel-partikel tanah tersebut oleh adanya energi kinetik air hujan.  Meskipun besarnya resistensi tersebut diatas akan tetapi juga tergantung pada topografi, kemiringan lereng dan gangguan oleh manusia.  Besarnya erodibilitas atau resistensi tanah juga ditentukan oleh karakteristik tanah seperti struktur, stabilitas agregat, kapasitas infiltrasi dan kandungan bahan organik dan kimia tanah.  Karakteristik tanah tersebut bersifat  dinamis, oleh karenanya karakteristik tanah dapat berubah seiring dengan perubahan waktu dan tataguna lahan atau sistim pertanaman, dengan demikian angka erodibilitas tanah yang signifikan berlangsung ketika terjadi hujan karena pada waktu tersebut partikel-partikel tanah tanah mengalami perubahan orientasi dan karakteristik bahan kimia dan fisika tanah.
 Asdak (l995) menyatakan bahwa dalam menentukan erodibilitas ada empat sifat tanah yang penting, yaitu:

2.6.2.1.  Tekstur Tanah
Biasanya berkaitan dengan ukuran dan porsi partikel-partikel tanah dan akan membentuk tipe tanah tertentu.  Tiga unsur utama tanah adalah pasir (sand), debu (silt), dan liat (clay).   Di lapangan, tanah terbentuk oleh kombinasi ketiga unsur tersebut diatas, misalnya tanah dengan unsur dominan liat, ikatan antar partikel-partikel tanah tergolong kuat dan dengan demikian tidak mudah tererosi.  Hal yang sama juga berlaku untuk tanah yang dominan pasir, tanah dengan tekstur kasar kemungkinan untuk terjadinya erosi pada jenis tanah ini adalah rendah karena laju infiltrasi ditempat ini besar dan dengan demikian menurunkan laju air larian.  Sebaliknya pada tanah dengan unsur utama debu dan pasir serta sedikit unsur organik memberikan kemungkinan yang lebih besar untuk terjadinya erosi.

2.6.2.2.  Bahan Organik
 Bahan organik terdiri atas limbah tanaman dan hewan sebagai hasil proses dekomposisi.  Unsur organik cendrung memperbaiki struktur tanah dan bersifat meningkatkan permeabilitas tanah, kapasitas tampung air tanah dan kesuburan tanah.  Kumpulan unsur organik di atas permukaan dapat menghambat kecepatan air larian dan dengan demikian menurunkan potensi terjadinya erosi.

2.6.2.3.  Struktur Tanah
Struktur tanah adalah susunan partikel-partikel tanah yang membentuk agregat.   Struktur tanah mempengaruhi kemampuan tanah dalam menyerap air tanah, misalnya struktur tanah granuler dan lepas mempunyai kemampuan besar dan menloloskan air larian dan dengan demikian menurunkan laju air larian.
2.6.2.4.  Permeabilitas Tanah
            Permeabilitas menunjukkan kemampuan tanah dalam meloloskan air.   Struktur dan tekstur tanah serta unsur organik lainnya ikut ambil bagian dalam menentukan permeabilitas tanah.  Tanah dengan permeabilitas tinggi menaikkan laju infiltrasi dan dengan demikian menurunkan laju air larian.
            Wischmeier & Smith (1978) dalam Asdak (1995) melaporkan bahwa nilai erodibilitas tanah (K) dihitung dengan persamaan :
100 K = {1,292 (2,1M1,14 (10-4) (12-a) + 3,25 (b-2) + 2,5 (c-3) }….        (6)
Dimana :
            K = Erodibilitas tanah
            M = Persentase ukuran partikel (% debu + % pasir halus) x (100-% liat)
            a  = Persen bahan  organik (%c organik x 1,724)
            b = Kode klasifikasi struktur tanah
            c = Kelas permeabelitas tanah
Kriteria tentang tipe struktur tanah,  indek permeabilitas tanah, kandungan bahan organik,  klasifikasi erodibilitas (K) serta kelas tekstur tanah disajikan pada tabel 4,5,6, 7, dan 8.
Tabel 4.   Indek Struktur Tanah
Tipe Struktur
Ukuran ( mm)
Indeks
Granuler sangat halus
Granuler halus
Granuler sedang – Kasar
Blok, Blocky, Lempeng, Platy massif
<1
1-2
2-10
-

1
2
3
4

Sumber : Arsyad (2000)

 Tabel 5.  Indeks Permeabilitas Tanah
Kelas Permeabilitas
Kecepatan (cm jam-1)
Indeks
Cepat
Sedang – cepat
Sendang
Lambat- sedang
Lambat
Sangat lambat
>25.4
12.7 -25.4
6.3 – 12.7
2.0 – 6.3
0.5 – 2.0
<0.5
`1
2
2
4
5
6
Sumber : Arsyad (2000)  
  Tabel 6.  Kasifikasi  Kandungan Bahan  Organik  Tanah
Kelas
Bahan   Organik (BO) %
Sangat rendah (very low)
Rendah ( low)
Sedang (medium)
Tinggi ( hight)
Sangat tinggi (very hight)
<2,0
2,0 -3,5
3,6 -5,0
5,0 -8,5
>8,5
 Sumber :  FAO  (1976)
Tabel 7. Klasifikasi Nilai Erodibilitas Tanah (K)
Kelas
Nilai K
Kategori
1
2
3
4
5
6
0.0 - 0.10
0.11- 0.20
0.21- 0.32
0.33 – 0.40
0.41 -0.55
0.56 – 0.64
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Agak tinggi
Tinggi
Sangat tinggi
Sumber : Arsyad (2000)

Tabel 8.    Kelas tekstur menurut kekasaran dan perkiraan persentase debu
                       dengan pasir sangat halus dan pasir
Las
Tekstur
Mencakup
Debu dan
Pasir sangat
Halus
Pasir
l. Kasar
·         Pasir (sand)
·         Pasir berlempung (loamy sand)
10
26
85
69
2. Agak
    Kasar
·         Lempung berpasir (sandy loam)
43
47
3. Sedang     
·         Lempung (loam)
·         Lempung berdebu (silty loam)
·         Debu (slit)   
62
81
94
20
4
1
4. Agak
    Halus
·         Lempung berliat (Clay loam)
·         Lempung liat berdebu
(silty caly loam)
·         Lempung liat berpasir (sandy
      Clay loam
52

64

24
15

2

50
5. Halus    
·         Liat  (Clay)
·         Liat  berpasir (sandy clay )
·         Liat berdebu (silty slay)
Liat berpasir
27
13
53
11
45
 1
Sumber  : Achlil (1994)

2.6.3.Faktor Panjang Lereng dan Kemiringan Lereng (LS)
            Nilai faktor panjang panjang dan kemiringan lereng (LS) merupakan unsur topografi yang sangat menentukan besar kecilnya erosi..  Semakin besar derajat kemiringan dan panjang lereng akan mempercepat dan memperbesar aliran permukaan , sehingga menyebabkan erosi semakin besar (Arsyad, 2000)
Untuk menghitung panjang dan kemiringan lereng dapat menggunakan rumus gabungan antara Arnoldus (1977) dengan  Eppink (1979) sebagaimana yang dilaporkan Raharjo (1981).
            Untuk kemiringan lereng 0 – 20 persen nilai LS dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:
LS = L (0.00138 S + 0.0138 + 0,0095 S + 0.00138 S2) ……..                 (7)
Dimana:
             L  =  Panjang lereng (m )
             S  =  Kemiringan lereng (%) 
Apabila sulit untuk mendapatkan/menghitung panjang lereng maka panjang lereng dapat diabaikan dan yang berpengaruh hanya kemiringan lereng (kemiringan lereng berpengaruh 3 kali panjang lereng terhadap erosi). Sehingga indeks LS dapat dinilai seperti disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9 Kelas Kemiringan Lereng dan Faktor LS
Kelas
Kemiringan (%)
Faktor LS
Keterangan
1.
2.
3.
4.
5.
0-8
8-15
15-25
25-45
> 45
0.4
1.4
3.1
6.8
9.5
Datar
Landai
Agak curam
Curam
Sangat curam
   Sumber : Departemen Kehutanan  (1995)


Faktor Tanaman (C)
            Faktor tanaman (C) merupakan pengaruh gabungan antara jenis tanaman, pengelolaan sisa tanaman,  tingkat   kesuburan serta  waktu   pengelolaan tanah.   Faktor ini merupakan ratio kehilangan    tanah  dari  suatu  tanah   yang diusahakan untuk suatu tanaman dengan suatu  sistim pengelolaan terhadap kehilangan  tanah  dari  tanah  yang  terus menerus diusahakan  tanpa tanaman diatas permukaan tanah, lereng dan  panjang lereng yang identik.
            Menurut Kartasapoetra (1989), apabila beberapa factor lainnya telah diketahui seperti factor A, K, R, dan LS  sudah diketahui, maka nilai factor tanaman dapat dicari dengan menggunakan rumus:
           C =            A               
                         RxKxLSxCP    …………………………………………             (8)
Faktor  Pengawetan Tanah (P)
            Nilai kegiatan faktor manusia dalam kegiatan pengawetan tanah  (P) adalah nisbah atau  perbandingan antara besarnya erosi atau tanah yang hilang pada lahan dengan tindakan pengawetan tanah sama sekali, pada keadaan panjang dan kemiringan lereng yang sama ( Sarief,1985).
            Kalau faktor yang berkaitan dengan erosi tanah ini telah diketahui, maka faktor P dapat dicari dengan rumus sebagai berikut :
           P =            A                                      
         RxKxLSxC      ………………………………………                     (9)
Penentuan nilai CP yang dilakukan  berdasarkan  Hammer (1981) dalam Asdak (1995) dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Perkiraan nilai CP dari berbagai jenis penggunaan tanah
Jenis penggunaan tanah
Nilai CP
Hutan  - tak terganggu
           - tanpa undergrouwth
           - tanpa undergrouwth dan serasah
Semak:- tak terganggu
            - sebagian berumput
Kebun campuran:
           - talun
           - perkebunan
           - kebun pekarangan
Perkebunan:
           - penutup tanah sempurna
           - ditumbuhi alang-alang
           - pembakaran alang-alang setahuin sekali
           - jenis serai (Citronella grass)
 Tanaman pertanian:    
           - umbi-umbi akar
           - biji-bijian
           - kacang-kacangan
           - padi irigasi
Perladangan:
           - 1 tahun tanam 1 tahun bera
           - 1 tahun tanam 2 tahun bera
Pertanian yang disertai konservasi tanah:
           - mulching
           - bench terraces
           - counterridges
0.01
0.03
0.05
0.01
0.10

0.02
0.07
0.20

0.01
0.02
0.06
0.65

0,63
0.51
0.36
0.02

0.28
0.19

0.14
0,04
0,14
Sumber: Asdak (1995)

 

Kelas Bahaya Erosi

            Bergema (1993) dalam Ambar dan Rachmat (1975) melaporkan bahwa terdapat tiga macam peta erosi, antara lain: peta bahaya erosi potensial, peta bahaya erosi aktual dan peta situasi erosi.  Peta bahaya erosi menggambarkan hasil evaluasi terhadap faktor-faktor yang menyebabkan erosi.  Masing-masing faktor tersebut dinilai, kemudian kombinasi dari nilai tersebut dipakai sebagai dasar untuk mengklasifikasi erosi dan sekaligus memetakannya.
            Morgan (1980), menyatakan bahwa pada peta bahaya erosi aktual, dasar pemetaannya dititik beratkan pada faktor diluar pengaruh manusia seperti faktor hujan, lereng, tanah dan ditambah dengan faktor.  Adapun yang menjadi patokan dasar adalah bahaya erosi dari persamaan USLE.  Nilai bahaya erosi diperoleh dikelompokkan dalam kelas seperti tertera pada Tabel 11
Tabel 11. Perkiraan nilai CP dari berbagai jenis penggunaan tanah
Jenis penggunaan tanah
Nilai CP
Hutan  - tak terganggu
           - tanpa undergrouwth
           - tanpa undergrouwth dan serasah
Semak:- tak terganggu
            - sebagian berumput
Kebun campuran:
           - talun
           - perkebunan
           - kebun pekarangan
Perkebunan:
           - penutup tanah sempurna
           - ditumbuhi alang-alang
           - pembakaran alang-alang setahuin sekali
           - jenis serai (Citronella grass)
 Tanaman pertanian:    
           - umbi-umbi akar
           - biji-bijian
           - kacang-kacangan
           - padi irigasi
Perladangan:
           - 1 tahun tanam 1 tahun bera
           - 1 tahun tanam 2 tahun bera
Pertanian yang disertai konservasi tanah:
           - mulching
           - bench terraces
           - counterridges
0.01
0.03
0.05
0.01
0.10

0.02
0.07
0.20

0.01
0.02
0.06
0.65

0,63
0.51
0.36
0.02

0.28
0.19

0.14
0,04
0,14
Sumber: Asdak (1995)
Tabel 12.  Kelas Bahaya Erosi
Kelas
Bahaya Erosi ton-1 th-1
Sangat Ringan
Ringan
Sedang
Berat
Sangat Berat
< 15
15 – 60
60 – 180
180 – 480
>480
 Sumber: Departemen Kehutanan (1995)









 
 
 
 
 

0 comments: