Tuesday, August 18, 2015

REVISI TERHADAP TEORI PEMBANGUNAN FOUCAULTDIAN

REVISI TERHADAP TEORI PEMBANGUNAN FOUCAULTDIAN:
Sebuah upaya mengembangkan teori Deliberatif

BAB I
PENDAHULUAN
1.      Pendahuluan
            Teori pembangunan adalah serangkaian teori yang digunakan sebagai acuan cara untuk membangun sebuah masyarakat. Ide tentang pentingnya perhatian terhadap teori pembangunan pada awalnya muncul ketika keinginan dari negara-negara maju untuk mengubah kondisi masyarakat dunia ketiga yang baru merdeka. Pada perkembangannya teori pembangunan berkembang dan mempunyai beragam pendekatan yang memberikan kritik satu dengan yang lain. Oleh para ahli, keberagaman pendekatan ini diberi label teori pembanguna modernisasi, teori pembangunan struktural, poststruktural, postdevelopment, poskolonial, feminisme, dan sebagainnya.
            Pada kesempatan ini saya akan membahas dan mencoba melakukan kritik terhadap salah satu pendekatan teori pembangunan, yaitu pendekatan poststruktural yang menggunakan pendekatan Foucault, yang akan saya sebut dengan pendekatan Foucaultdian. Kritik ini bukan berasal dari ketidaksetujuan saya terhadap ide kaum Foucaultdian, tetapi lebih pada tawaran revisi terhadap ide-ide teori pembangunan Foucaultdian yang telah ada. Adapun langkah yang akan saya lakukan dalam membahas ide ini adalah pertama, saya akan membahas tentang teori poststrukturalis, kedua, ide-ide Michel Foucault,ketiga, teori pembangunan foauldian, dan keempat, terhadap pendekatan foucault dan pada akhirnya saya menawarkan revisi dan teori pembangunan alternatof.

BAB II 
PEMBAHASAN  

2.      Post strukturalis

            Pendekatan post-strukturalis berbeda dengan pendekatan yang berkembang pada abad pencerahan yang didominasi oleh cara berfikir yang positivistik yang memandang realitas sosial secara dualistik, yaitu secara subjek dan objek. Pendekatan post-strukturalis juga tidak memandang realitas dunia dari sisi kondisimaterial, tetapi memandang dari luar materi dan tidak memisahkan antara subjek dan objek[1].
            Pendekatan ini menekankan pada konstalasi kekuatan yang terdapat dalam proses-proses pembentukan dan produksi makna dan bahasa. Lebih jauh lagi, dalam  pendekatan ini bahasa yang muncul dalam bentuk wacana tidak hanya dipahami sebagai medium netral yang terletak di luar pembicara. Bahasa sebagai representasi yang berperan pula dalam membentuk jenis-jenis subyek tertentu, tema-tema wacana tertentu, dan maupun strategi-strategi didalamnya. Dikatakan dalam pendekatan ini, wacana politik merupakan “representasi” dalam dirinya sendiri, dan merupakan ruang bagi digelarnya kuasa tertentu yang mengkonstruksi realitas sosial. Jadi dalam pendekatan ini realitas sosial bukan lah sesuatu yang muncul dengan sendirinya karena keinginan sejarah, tetapi realitas muncul karena konstruksi sosial oleh agen-agen kekuasaan dalam memproduksi wacana.
Pendekatan post-struktural juga sering dikatakan sebagai pendekatan yang juga melanjutkan tema-tema struktural. Perbedaannya dengan pendekatan ini dengan pendekatan struktural Marxis, adalah pendekatan ini tidak hanya melihat dunia hanya pada faktor-faktor produksi ketika mengkritik kapitalisme, tetapi juga juga melihat budaya yang sebagai faktor penting yang menciptakan realitas politik yang diciptakan oleh modernisasi[2]. Analisis pendekatan ini terhadap budaya berbeda dengan pendekatan modernisasi, bahkan mengkritik pendekatan modernisasi. Kritiknya adalah pendekatan modernisasi memandang budaya hadir di dalam masyarakat mempunyai tahap-tahap yang linear seiring dengan perkambangan ekonomi masyarakat tersebut, sedang pendekatan ini poststrukturalis memandang budaya tidak dapat dilepaskan dari wacana yang hadir, dimana wacana tersebut diproduksi dari hubungan antar pengetahuan dan kekuasaan[3]. Dengan demikian, pendekatan post-strukturalis memandang wacana yang melahirkan budaya adalah produk dari hubungan pengetahuan dan kekuasaan. Analisis dalam pendekatan ini lebih luas dari struktural, yang hanya melakukan analsisis hubungan struktur yang hadir di dalam masyarakat, tetapi hubungan yang berada diluar struktur, seperti wacana dan praktis.
3.      Ide-ide Michel Foucault

            Ide foucault dapat digolongkan sebagai ide post-strukturalis karena ide Foucault memandang realitas dunia sebagai sebuah realitas yang diciptakan kekuasaan yang melakukan produksi maupun reproduksi pengetahuan yang menghasilkan wacana, dan dapat mengkonstruksi realitas sosial. Menurut foucault, pengetahuan tidak berada di luar kekuasan. Baginya, kekuasaan lah yang menentukan pengetahuan dalam arti yang bekerja menetapkan mekanisme dan patokan yang memungkinkan untuk membedakan proposisi benar atau salah; menetapkan teknik dan prosedur dalam mencapai kebenaran di atas; menetapkan status bagi mereka yang ditugasi untuk mengatakan hal-hal yang dianggap benar. Kekuasan menurut foucault tidak berada pada tempat yang sempit, baginya kekuasaan bukan hanya kekuasaan negara, tetapi kekuasaan yang menjamin ”normalitas, ”regulalitas”, ”familiaritas”. Negara memang penting, namun kekuasaan untuk menjamin normalitas adalah lebih sekedar dari kekuasaan negara. Pertama, negara tidak mencakup semua kekuasaan yang aktual. Negara, bisa beroperasi secara efektif berdasarkan relasi kekuasaan yang sudah ada, seperti dalam hubungan gender, keluarga, teknologi bahkan tubuh dan seksualitas. Foucault memberikan kritik yang tajam terhadap pengetahuan modern.
 Pengetahuan yang berakar pada ide yang berkembang pada masa renaisance, yang ingin mendorong munculnya peradababan baru dengan berbasiskan pada rasionalitas dan empiris. Tokoh utama yang berpengaruh pada abad ini adalah Rene Descartes yang menyampaikan filsafat rasionalisme dan Francois Bacon dengan ide empirisme pengetahuan yang berakar pada ide yang berkembang pada masa renaisance, yang ingin mendorong munculnya peradababan baru dengan berbasiskan pada rasionalitas dan empiris. Tokoh utama yang berpengaruh pada abad ini adalah Rene Descartes yang menyampaikan filsafat rasionalisme dan Francois Bacon dengan ide empirisme. Menurutnya pengetahuan moderen telah menciptakan kebenaran melalui produksi pengetahuan ilmiah yang disebarkan melalui institusiinstitusi seperti Universitas, angkatan bersenjata, dan media. Penciptaannya ini tidak dapat dilepaskan dari hasrat kekuasaan untuk melakukan kontrol. Selanjutnya Ia menyampaikan bahwa politik ekonomi kebenaran diproduksi kekuasaan melalui pengetahuan:
Kebenaran berpusat pada bentuk diskursus ilmiah dan instiusi yang memproduksinya. Ia adalah subjek bagi rangkaian konstan ekonomi dan politik (kebutuhan akan kebenaran sama banyaknya dengan produksi ekonomi atau kekuasaan politik); ia adalah objek difusi besar-besaran dan konsumsi besarbesaran (yang beredar melalui  perangkat pendidikan dan informasi yang meluas secara relatif dalam lembaga sosial, tanpa ada batas yang tegas); Ia diprodusi dan ditransmisikan dibawah aparatur sentral dan dominan-kalau tidak eksklusif-dari segelintir aparatur besar dan ekonomi (universitas, angkatan bersenjata, tulisan media); dan terakhir ia adalah masalah dari keseluruhan debat politik dan konfrontasi sosial (Perjuangan ideologis)[4].
Dengan demikian Foucault telah merelatifkan semua yang selama ini dianggap sebagai kebenaran mutlak. Menurutnya kebenaran itu adalah produk dari pengetahuan modern, yang ditampilkan dalam bentuk pengetahuan ilmiah. Dengan pengetahuan ilmiah yang demikian, maka pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat yang dianggap tidak modern dapat ditundukkan, dengan demikian, kekuasaan yang mereproduksi pongetahuan modern akan dengan mudah mengontrol pengetahuan yang dimilki oleh masyarakat lokal.
Foucault mengenalkan dua metode untuk membongkar cara kekuasaan menciptakan kebenaran, yang disebutnya dengan arkeologi dan geneologi. Arkeologi adalah metode yang digunakan oleh Foucault untuk menemukan kondisikondisi dasar yang menyebabkan sebuah diskursus tercipta. Dengan metode ini Foucault ingin menemukan pengetahuan tertindas oleh pengetahuan yang dominan. Menurutnya metode arkeologi mengkaji praktek-praktek wacana dan bukan pada subjek yang mengetahuinya serta bukan seperti pada pendekatan fenomenologis yang membahas tentang kesadaran transendental. Tidak seperti sejarah ide, arkeologi berkehendak mengetahui dan menyelidiki perubahan-perubahan keputusan, diskontinuitas dan redistribusi tiba-tiba yang menciptakan sejarah diskursus.[5]
Metode genelogi terlahir dari pendapat Foucault bahwa pengetahuan tidak berada di luar kekuasan. Baginya, kekuasaanlah yang menentukan pengetahuan dalam arti yang bekerja menetapkan mekanisme dan patokan yang memungkinkan untuk membedakan proposisi benar atau salah; menetapkan teknik dan prosedur dalam mencapai kebenaran atas; menetapkan status bagi mereka yang ditugasi untuk mengatakan hal yang dianggap benar[6].

4.      Teori pembangunan Foucaultdian
            Ide foucault yang melakukan kritik terhadap wacana modernisme dengan pendekatan post-struktural melalui pembongkaran hubungan antara ilmu pengetahuan dan kekuasaan digunakan oleh Arturo Escobar dan Mansur Faqih untuk membongkar hubungan antara pengetahuan dan kekuasaan dibalik wacana teori pembangunan sebelumnya, yaitu teori–teori modernisasi yang hadir didunia ketiga semasa perang dingin dalam bentuk wacana developmentalisme[7]. Pendekatan ini telah melahirkan teori pembangunan baru, yang melihat pembangunan bukan pesoalan kebijakan, tetapi juga sebagai masalah wacana yang dapat kita sebut dengan teori pembangunan poststruktural[8].
            Kemunculan teori pembanguan postruktural tidak dapat dilepaskan dari kritik terhadap teori pembanguan yang berakar dari abad pencerahan, yang mereka anggap telah gagal menyelesaikan masalah masyarakat dunia ketiga. Mereka beranggapan teori pembangunan dengan paradigma modernisasi terlalu eksistensialis, ahistoris, dan ideologis. Akibat ketiga hal tersebut teori pembangunan tidak berakar pada masyarakat yang dibangun.
Arturo escobar dan Mansur faqih berpendapat teori pembangunan yang hadir adalah sebuah wacana yang tidak dapat dilepaskan hubungannya dengan kekuasaan. Oleh karena itu mereka berusaha mendekonstruksi wacana pembangunan yang memdominasi masyarakat dunia ketiga.
Meskipun lebih memfokuskan kritik terhadap wacana developmentalisme, sebenarnya kritik pengikut foucault ini juga mencakup dua teori pembangunan yang  menjadi arus besar yaitu, teori pembangunan modernisasi dan teori depedensi/ketergantungan yang menggunakan teori strukturalis marxis. Hal ini karena kritik teori ini menunjuk cara berfikir era pencerahan yang terlalu menggunakan ukuran yang universal untuk melihat perkembangan masyarakat yaitu ukuran yang universal untuk melihat perkembangan masyarakat yaitu ukuran masyarakat modern dalam hal ini masyarakat barat untuk mengukur kemajuan semua masyarakat didunia. Perbedaan kedua teori ini hanyalah pada cara melihat masalah dan strategi untuk mencapai masyarakat modern. Kalau teori pembangunan modernisme melihat faktor utama penyebab kemiskinan adalah faktor internal, seperti mental untuk mengejar kemajuan, modal, dan masalah ketrampilan. Oleh karenanya harus ada upaya mengubah kondisi internal tersebut seperti pengalaman masyarakat barat. Maka teori ketergantungan lebih memfokuskan pada faktor eksternal, yaitu struktural ekonomi politik global yang bersifat timpang, oleh karenanya harus ada perubahan terhadap struktur politik dan ekonomi dunia.
Dalam rangka mendekontruksi wacana pembangunan dan memahami hubungan kekuasaan dibalik develovmentalism, maka mereka menelusuri iklim geopolitik saat wacana tersebut muncul. Menurut mereka kemunculan wacana ini sangat erat dengan perubatan pengaruh antara dua negara super power  yaitu Amerika Serikat dan Unie soviet. Gagasan ini muncul sebagai strategi politik Amerika dan Uni soviet. Gagasan ini muncul sebaga bagia strategi politik amerika serikat untuk memperluas pengaruh politik amerika serikat terhadap negara-negara maju.
Dengan demikian pendekatan arkeologi keduanya menelusuri proses kekuasaan dan produksi pengetahuan yang melatari kemunculan wacana developmentalisme. Menurut mereka wacana ini dimulai sejak tahun 1940-an, khususnya pada tanggal 20 januari 1949, yakni saat presiden amerika serikat Hary S Trunab mengumumkan kebijakan pemerintahnya. Menurut Trunab seluruh dunia seharusnya mendapatkan “Fais democratic deal” melalui intervensi amerika serikat untuk mengatasi masalah kemiskinan global. Setelah pitado ini istilah develoment  dan lawannya ”undedevelopment” resmu menjdai bahasa dan doktrin kebijakan politik luar negeri amerika serikat [9].
Adapun hasil penelusuran terhadp proses penyebaran discources developmentalisme digambarkan oleh Escobar (1990). Adapun strategi utama pengarahan development, menurut escobar dilakukan melalui :
1.      Pengkombinasian problem secara progresif sebagai ketidaknormalan untuk di perlakukan dengan intervensi spesifik. Hal ini menghasilkan “bidan intervensi kekuasaan”.
2.  Profesionalisasi development, penyeleksian oleh para ahli mengenai hal-hal yang sebenarnya bisa menjadi masalah politik kedalam terminologi “scientific” netral, bertujuan menjadi rejim kebenaran dan norma, atau “bidang kontrol pengetahuan”.
3. Institusionalisasi development, formasi jaringan situs kekuasaan/pengetahuan yang mengikat orang untuk berperilaku dan rasionalisasi tertentu.
            Menurut kaum post-strukturalis wacana dapat menciptakan impian dan kemudian dilaksanakan. Oleh karena itulah, wacana decelopmentalisme diproduksi oleh para pakar ilmu sosial amerika serikat pada tahun 1950-an dan 1960-an untuk memberikan impian kepada masyarakat dunia ketiga tentang masa depan yang lebih baik yang  jauh dari kemisikinan dengan ukuran dan pengalaman masyarakat barat. Untuk menciptakan impian tersebut, maka para pakar yang berfilisasi pada the center for international studies di Massachusetts Institute of Technology (MIT) amerika serikat inilah yang membantu mengembangkan discourse akadaemik mengenai development. Salah satu hasil penting dari studi mereka adalah gagasan development dan modernisasi. Dalam pandangan ini development sebagai sebuah evolusi perjalanan dari masyarakat tradisional menuju masyarakat modern. Ide ini  dapat di temukan dalam teori pertumbuhan yang sangat terkenal yakni pada skema lima tahap pertumbuhan W.W. Rostow. Asumsinya adalah semua masyarakat termasuk masyarakat barat pernah mengalami “tradisional” dan akhirnya menjadi “modern”. Sikap manusia tradisional dianggap masalah. Rostow memfokuskan perlunya elite wirawasta yang menjadi motor proses tersebut. Berdasarkan tafsir McClelland atas Max Weber, bahwa etika protestan manjadi pendorong pertumbuhan ekonomi di barat. Apa yang disebut dengan rahasia Weber tentang etika protestan menurutnya adalah “the need for achievement”(N-anch). Alasannya penyebabnya negara dunia ketiga terbelakang adalah karena rendahnya “need for achoecment” tersebut. Sekali lagi disini adalah sikap dan budaya manusia yang dianggap sumber masalah. Dan prototip dari The achieving society  adalah masyarakat kapitalis[10].
            Ketika wacana ini telah menjadi bagian dari kebijakan politik luar ngeri amerika serikat, maka kekuatan pengaruh politik amerika serikat yang besar berhasil membuat Gagasan Developmentalisme menjadi gagasan massif. Selain menjadi doktrin politik bantuan luar negeri amerika serikat yang dilaksanakan oleh USAID, Dokrin ini juga dianut baik pada pemerintahan dunia ketiga maupun LSM, lembaga-lembaga pendidikan di barat juga serempat menjadi wacana kajian sebagai dagangan baru.  Pada masa itu Hampir setiap universitas membuat kajian baru yang dikenal dengan “developmental studies”. Melalui developmental studies ini, proses penyerapan kapitalisme di pejuru dunia dipecerpat, yakni melalui teknokrat, intelektual LSM, pemimpin dunia ketiga dimana mereka menjadi sasaran utama program tersebut.
            Dijelaskan bahwa proses yang mereka tempu melalui penciptaan netwoek kelembagaan (seperti lembaga dana internasional, universitas, lembaga riset, badan perencaan pembangunan nasional), dengan maksut agar aparat Developmentalisme kemudian berfungsi. Dan begiu aparat Developmentalisme terkonsoldasi, mereka menentuka apa yang dibicarakan, dipikirkan, dan diidamkan. Pendek kata diarahkan menuju arah developmentalisme dan modernisasi[11].
            Selain didukung oleh amerika serikat, penyebaran developmentalisme juga didukung oleh lembaga internasional seperti Bank Dunia (World Bank), IMF, Hayter (1985) mencatat bahwa konsistensi secara ideologi dari Bank Dunia terhadap ideologi development (Hayter 1985 : 111). “Development aid” sering dikembangkan dalam rangka menjamin status qou. Mereka mengikat negara berkembang pada ekonomi kaya. Bagian terbesar dari pada yang disebut dengan ‘aid’ biasanya dikelola oleh pemerintah dunia ketiga untuk menjalani ‘loasns’ Bank Dunia. Sebagian yang dijatahkan oleh pemberi bantuan dalam rangka melicinka ekspor serta mendukung kepentingan bisnis mereka sendiri yang mereka tanamkan kedunia ketiga[12].
            Dari uraian diatas jelaslas bahwa pendekatan post-strukturalisme dalam teori pembangunan pembangunan berpendapat bahwa wacana development bukanlah wacana yang netral. Dibalik wacana tersebut terkadang nafsu negara-negara maju untuk mengontrol dan menguasai politik dan ekonomi negaradunia ketiga. Melalui discourse developmentalis, dunia pertama menetapkan kontrol terhadap negara dunia ketiga, dimana dunia ketiga pertama-tama diberi label “kekurangan” dan berada dalam kondisi keterbelakagan, untuk dunia ketiga perlu belajar mengikuti jalan yang pernah ditemuh masyarakat barat.
            Dengan berhasil melakukan hegemoni wacana terhadap masyarakat dunia ketiga, maka Developmentalisme akhirnya berhasi melakukan penunggalan impian dan tujuan pembangunan masyarakat dunia ketiga, serta cara untuk mencapainya. Dengan demikian ide ini tidak memberikan ruang bagi pengetahuan lain di luar pengetahuan yang mendukung developmentalisme untuk tumbuh dan berkembang. Hal ini tentu saja menindas dan bahkan mematikan pengetahuan yang berbeda dengan teori-teori modernisasi seperti pengetahuan lokal, misalnya cara pertanian tradisional, kelembagaan sosial yang dimiliki masyarakat tradisional, pendidikan tradisional seperti pesantren. Singkat kata kaum developmentalis berpendapat pengetahuan lokal, tradisional dan pengetahuan lain diluar pengetahuan moderen adalah pengetahuan yang menghambat masyarakat menuju kemajuan. Oleh karena itu pengetahuan tersebut harus diubah dan digantikan dengan pengetahuan moderen.[13]
            Pada akhirnya developmentalisme tidaklah membuat masyarakat dunia ketiga pada kondisi yang lebih baik. Penindasan terhadap pengetahuan lokal telah mematikan pengetahuan lokal yang telah tumbuh dan berkembang didalam masyarakat. Akibatnya teori-teori pembangunan moderisasi tidak mempunyai akar yang kuat didalam masyarakat duina ketiga. Teori ini juga membuat masyarakat dunia ketiga mempunyai ketergantungan terhadap produk dan modal dari negara maju, sebab ukuran pembangunan mereka mengikuti  kriteria dan cara yang telah ditentukan oleh masyarakat barat, akibatnya  negara ketiga semakin berada dalam kontrol negara barat.
            Dengan membongkar kepentingan negara-negara barat yang telah menciptakan sebuah ukuran yan universal dalam membangun masyarakat, maka teori pembangunan post-struktural Foucaultdiab ingun memberikan tawaran-tawaran berbeda dengan pengetahuan developmentalisme  dalam menciptakan ukuran kemajuan sebuah masyarakat. Menurut mereka ukuran kemajuan masyarakat harus diukur dan dibangun berdasarkan kriteria dan pengetahuan yang tumbuh dan berkembang didalam masyarakat itu sendiri. Sedang kan cara yang untuk mencapai tujuan tersebut tidak dilakukan dengan cara yang tunggal.
            Dasar keyakinan kaum posstruktural adalah pengetahuan lokal atau pengetahuan sebuah komunitas adalah pengetahuan yang mempunyai akar kuat didalam masyakarat, karena dibangun dari pengalaman hidup masyarakat itu sendiri. Salah satu contoh upaya yang ditujukan oleh penganut Foucaultdian adalah dalam dunia pertanian. Mereka membuktikan penerapan pengetahuan ilmiah moderen, yang menggunakan pupuk anorganic ternyata tidak lebih baik dari pupuk yang diciptakan oleh petani tradisional. Bahkan penggunaan pupuk anorganik ini malah teah merusak kesuburan tanah, menjadi penyebab penyakit kanker dan membutuhkan modal yang tinggi.
            Dalam mencapai tujuan tersebut Mansur Faqih menawarkan konsep kemunculan intelektual organik dari Gramsci sebagai cara membangun dan menumbuhkan pengetahuan lokal yang telah ditindas oleh pengetahuan moderen. Menurutnya intelektual organic adalah intelektual yang hidup dan berkembang di dalam masyarakat yang mengangkat dan melakukan tranformasi di dalam masyarakat guna mengangkat dan mengembangkan pengetahua lokal. Dalam melakukakn tugasnya para intelektual organis berperan guna melakukan counter hegemoni, terhadap wacana yang dominan, dalam hal ini developmetalisme.
            Dengan demikian para penganut foucault memimpikan munculnya sebuah konstruksi sosial yang tidak seragam didunia. Dimana dalam keadaan ini mereka menginginkan masayarakat tumbuh dan berkembag berdasarkan pengetahuan yang mereka milliki sendiri, bukan berdasarkan kriteria yang dibangun oleh barat. Untuk itu mereka menginginkan konstruksi dunia yang telah di bangun oleh negara-negara barat melalui wacana developmentalisme didekontruksi.
5.      Revisi terhadap teori pebangunan Foucaultdian
Dari uraian diatas dijelaskan para teori pembanguna yang mengikuti Foucault melakukan kritik tajam terhadap wacana teori pembangunan yang di anggap oleh mereka diciptakan oleh kekiasaan untuk meraih kontrol ploitik dan ekonomi. Para Foucaultdian ini juga menginginkan adanya dekonstruksi terhadap wacana pembangunan yang dianggap telah mengkontriksi realitas sosial. Sebagiamana saya jelaskan diatas bahwa tulisan ini dibuat untuk melakukan revisi terhadap teori pembangunan Foucaultdian yang berkembang. Maka bagian ini adalah bagian yang dibuat unuk memenuhi tujuan tersebut. Tetapi sebelum saya mealukan kritik terhadap teori pembangunan Foucaultdian, bagian ini saya awali dengan kritik dari John Dryzek terhadap ide-ide Foucault.
Dryzek menyepakati bahwa antara pengetahuan dan kekuasaan mempunyai kaitan yang erat. Namun ia tidak sependapat dengan foucaultdian yang berpendapat bahwa pertama, aktor yang menjadi subjek terbesar wacana bersikap pasif dan tidak membuat penilaian dan pemilihan komparatif terhadapa wacana bersikap berbeda. Kedua, Dryzek juga tidak sependapat bahwa ada kekuasaan mengkontruksi pengetahuan berkuasa secara tunggal dalam ruang dan waktu apapun. Menurutnya, dalam realitas politik banyak wacana yang diproduksi dan direproduksi kekuasaan oleh aktor. Berikut pendapat Dryek :
Faucaltdian komit pada ide bahwa invidu adalah merupaka subjek tersebar dalam wacana dimana merema begerak dan jarak berbalik dan membuat penilaian dan pemilihan komparatif antar wacana yang berbeda. Ini seharusnya menjadi fakta/dasar ketidaksetujuan saya. Wacana memang powerful, namun waana bukannya tidak dapat dimasuki/impenetrable. Foucaltdian juga sering melukiskan wacana dalam istilah yang hegemonik, yang berarti bahwa wacana tunggal secara tipikal dominan dalam ruang dan waktu apapun, mengkondisikan tidak hanya dalam istilah kesepakatan namun juga perselisihan.[14]
Drzek mengambil contoh penolakan terhadap Hegemoni wacana tunggal dalam wacana lingkungan hidup. Menurutnya pada perkembangan hegemoni wacana indutrialisme mulai terpecah sejak tahun 1960-an. Sejak masa itu wacana lingkungan hidup dapat berkembang dan mempengaruhi wacana industrialusme. Wacana ini kemudian masing-masing dapat saling berkompetisi, tetapi juga dapat saling melengkapi. Bertikut pendapat Drzyzet :
........ Kebalikannya, saya percaya bahwa kebergaman seperti halnya hegemoni. Arena enviromental mengungkapkan bahwa sepanjang wacana industrialime yang sungguh menghehemoni, “lingkungan” sulit dikonsepkan sebelum 1960. Namun hegemoni akhirnya mulai terpecah, memudahkan wacana environmental dapat diobsercasi sekarang. Ketika paham enviromental total melakukan tantangan terhadap wacana industrialisasi, hal ini bukan merupakan sebuah kesatuan counter wacana terhadapa industrualisme. Malahan, enviromentalisme disusun oeleh berbagai macam wacana yang terkadang saling melengkapi, tetapi terkadang juga sering berkompetisi.[15]
Dari pendapat Dryzek ini, saya ingin mencoba mengunakannya untuk melakukan revisi terhadap teori pembangunan Faucaultdian dan juga dapat melihat sebuah jalan baru guna menata masyarakat baru. Saya mengatakan sebagai sebuah revisi, karena Dryzek sebenarnya tetap berada dalam kerangka Foucaultdian, yaitu sependapat bahwa wacana diproduksi oleh pengetahuan dan hubungan kekuasaan. Perbdeaannya adalah menurutnya wacana tidak tunggal, dan bisa muncul dan berkembang karena kemampuan manusia melakukan refleksi dari tindakan yang dilakukannya.
Menurut saya, pandangan Dryzek ini lebih melihat manusia sebagai makhluk yang mempunyai kapasitas untuk merefleksi. Misalny, meskipun masyarakat secara  permukaan tunduk pada pengetahuan modern, tetapi sebenarnya ia mampu melakukan tefleksi dan melakukan pembandingan. Menurut saya, saya pendapat ini telah juga dibuktikan oleh James Scott, yang menemukan perlawanan diam dari aktor-aktor yang ditindas oleh kekuasaan[16]. Selain itu kekuasaan dan pengetahuan modern juga mempunyai kemampuan refleksi melihat realitas yang diciptakannya. Dengan demikian, teori-teori wacana pembangunan tidak dapat dinilai secara hitap putih seperti yang dibayangkan oleh Foucaultdian sebelumnya. Teori pembangunan baru dapat dilahirkan melalui wacana-wacana yang saling mendukung antar pengetahuan yang ada.
Dengan demikian kekuasaan yang dikontrol dan yang juga mengontrol sama-sama mampu melakukan refleksi. Maka hasul refleksi tersebut akan melahirkan pengetahuan baru dan akhirnya membentuk wacana baru. Pengetahuan baru dan pengetahuan lama tersebut dapat saling berhimpit, yang dapat saling mendukung bila kekuasaan yang memproduksi mempunyai kepentingan yang sama tetapi dapat juga menidakan bila kekuasaan yang ada di balik pengetahuan tersebut mempunyai kepentingan yang saling bertentangan. Contohnya modernisasi dan industrialisasi secara besar-besaran yang dilakukan selama tiga abad terakhir ini telah melahirkan kerusakan ekologi. Kemudian kaum modernisasi melihat bahwa modernisasi yang melakukan telah membawa manusia hidup dalam resiko tinggi dan juga mengancam keberlangsungan industri, maka mereka berefleksi dan mengembangkan ide modernsasi ekolgi.
Selain menggunakan pendekatan Dryzek, kritik lain yang dapat kita berkan terhadap pendekatan Foucaultdian lama adalah pendekatan yang membongkar pengetahuan modernis dan mengajak kembali membangun institusi lokal adalah pendekatan yang utopis bila hal tersebut dilakukan secara keseluruhan. Sebab, saat ini pengetahuan modernisme sudah menancapkan akar tajam dalam setiap kehidupan manusia modern. Konsep dan institusi nation state, berserta aparat dan perangkatnya, termasuk juga konsep pasar adalah sebuah produk dari pengetahuan moderen yang sudah sangat kokoh dan sulit untuk diganggugugat. Yang dapat dilakukan adalah penataan kembalu dalam bentuk sektoral, tetapi tidak keseluruhan.
Jadi posisi teori pembangunan Foucaultdian lama adalah sebuah teori yang hanya bisa berada pada posisi mengkritik dampak dari modernisme  dan alternatif yang diberikan adalah sebuah alternatif yang utopis. Walaupun demikian, menurut saya kritik ini telah mampu membuat pengikut teori modernisme melakukan refleksi. Hasil refleksi ini dapat kita lihat dari ide-ide modernisme yang telah mampu mengakomodasi isu-isu gender, ekologi, dan masyarakat lokal. Ide-ide muncul dalam bentuk pembangunan berperspektif gender, pemangunan berkelanjutan dan pembangunan yang berperspektif hak-hak masyarakat adat[17].
6.      Jalan dan problem menuju teori pembangunan deliberatif
            Dari uraian diatas dapat disimpulkan pendekatan teori pembangunan Faucaltdian adalah pendekatan yang mampu melakukan kritik mendasar dan membongkar kepentingan kekuasaan yang berada dibalik wacana developmentalisme. Pendekatan ini menolak penunggalan dan kriteria kemajuan yang telah ditetapkan oleh teori pembangunan modernisasi. Bagi pendekatan ini setiap masyarakat atau komunitas mempunyai ukuran dan kriteria sendiri tentang kemajuan. Ukuran dan kriteria dari masing-masing masyarakat atau komunitas tersebut harus dikembangkan dan dijadikan kriteria kemajuan. Penunggalam wacana pembangunan yang dikembangkan teori pembangunan modernisasi hanyalah alat dari kekuatan negara-negara kapitalis untuk melakukan kontrol terhadap masyarakat dunia ketiga.
            Kritik terhadap pendekatan Foucaultdian adalah pendekatan ini terlalu melihat dunias secara hitam putih, dengan melihat ada wacana besar disebabkan oleh kekuasaan negara kapitalis, terapi tidak melihat realitas bahwa ada beragam wacana yang hadir di dunia, hasil dari kemampuan manusia merefleksikan semua tindakan yang dilakukannya, baik kekuasaaan yang mendominasi, maupun yang didominasi. Selain itu pendekatan ini juga pendekatan yang utopis, sebab tawaran pendekatan yang menolak semua intitusi modern adalah pendekatan yang tidak realistis.

            Oleh karena itu, pendekatan teori pembangunan yang dikembangkan oleh para pengikut Foucault perlu direvisi. Ilmu pengetahuan dan kekuasaan memang dua hal yang sering terkait dalam proses penciptaan wacana. Namun, yang perlu diperhatikan adalah wacana akan selalu berkembang dan beragam. Sebab, manusia adalah makhluk yang selalu melakukan refleksi.
            Fakta kemampuan refleksi manusia dapat dilihat dari kritik ide-ide foucaultdian yang telah berhasil membuat manusia melakukan refleksi. Ide-ide ini telah memicu dialog dan berhasil memunculkan wacana-wacana baru. Bahkan sekarang wacana ini telah diakomodasi oleh PBB dan menjadi topik utama dalam kovensi-konvensi PBB, bahkan pemimpin negara-negara didunia telah mengkonstruksi sebuah tujuan pembangunan bersama yang mengakomodasi keduanya dalam program yang disebut Millenim Development Goals (MDGs).
            Dengan fakta-fakta tersebut saya mengajukan teori pembangunan deliberatif yang berasal dari teori deliberatif demokrasi yang berakar dari ide Jurgen Habermas tentang masyarakat komunikatif sebagai sebuah tawaran alternatif baru[18].  Pendapat Habermas tentang perlunya ruang publik sebagai sebuah arena untuk berdialog dan menegosiasikan kepentingan adalah sebuah tawaran yang tepat untuk mengkonstruksi pembangunan yang partisipatif dan mempunyai akar yang kuat di dalam masyarakat. Arena dan ruang dialog tersebut harus hadir dalam kesetaraan dan tidak hanya dalam lingkup lokal atau pun nasional tetapi harus juga mencakup masyarakat global. Hal ini diperlukan untuk mengkonstruksi teori pembangunan komunitas dengan pengetahuan dan kekuasaan modern. Meskipun demikian dalam membangun dialog analisis kunci Foucault tidak dapat dilepaskan. Sebab, dalm ruang dialog tersebut tetap terjadi dinamika antara kekuasaan dan pengetahuan masing-masing aktor untuk melakukan kontrol.
            Oleh karena itu uoaya mendorong dialog tentu saja hadir tidak hanya dalam bentuk wacana, tetapi juga kesetaraan dalam kekuasaan. Hal ini diperlukan agar dialog yang hadir tidak hanya dialog permukaan, tetapi untuk mendorong munculnya arena dialog yang lebih luas. Sekaligus kapasitas untuk mengawal dan melaksanaka hasik diakog.
            Dalam hal ini kekuatan masyarakat sipil global diperlukan untuk mendorong munculnya dialog tersebut. Namun, yang terjadi persoalan adalah ide-ide hasil dialog saat ini tidak dapat berjalan dengan lancar. Sebab, meskipun banyak negara telah mengadopsi ide-ide hasil dialog yang dimediasi oleh PBB, ide tersebut lebih bajyak berhenti di konvensi, sebab saat ini ada kekuatan lain, seperti intitusi perdagangan dunia (WTO), yang juga mengembangan teori pembangunan neoliberal, sering menjadi penghambat pelaksanaan ide-ide ini. Penyebabnya adalah karena WTO beranggapan ide-ide ini adalah ide yang sering meghambat perdangan bebas, sebagaimana yang diinginkan oleh wacana neoliberalisme.
            Tidak terlaksana hasil dialog yang diikuti oleh negara-negara didunia ini, tentu saja karena dialog hanya berhenti di koncensi dan tidak ada kapasitas power untuk mengeksekusinya. Oleh karena itu power yang besar untuk mengeksekusi keputusan tersebut amat diperlukan. Menurut saya, komunitas masyarakat sipil global, adalah aktor yang berpotensial guna memperbesar power guna membuka ruang dialog dan mengawal eksekusi hasil dialog tersebut.


DAFTAR PUSTAKA
Budi Hardiman, Fransisco, Kritik ideologi pertautan pengetahuan dan kepentingan, pustaka  filsafat kanisius, Yogyakarta 1993.
Dryzek, John. S., The politics of the earth: enviromental discourses, Oxford University Press,1997

Escobar, Arturo, Encountering develompent The making and making of the third world, Princeton University press,Princeton new jersey 2005

Pieterse, Jean Nederveen, Development theory Decontruction/ Recontuction, Vistaar publication new delhi,2000.

Peet, Rhicard dan Hartwick Elaine, Theories of Development, The Guilford Press, 2003.
Ritzer George, Teori sosial postmodern, Kreasi wacana 2003
Scott, James C., Senjatanya Orang-orang Kalah: Bentuk Perlawanan sehari-hari Kaum Tani, Terj. A.Rahman Zainudin, Sayogyo, Mien Joebhaar, (Yayasan Obor Indonesia, Jakarta. 2000).

Scott. James C., Perlawanan kaum tani, Yayasan Obor, Jakarta,1993 Shimogaki Kazuo, Kiri Islam; antara moderisme dan postmodernisme, telaah kritis atas pemikiran Hasan Hanafi, LKiS, 1994
             
           



[1] Kazuo Shimogki, Kiri Islam; antara moderisme dan postmodernisme, telaah kritis atas pemikiran Hasan Hanafi, LKiS, 1994
[2] George ritzer, Teori sosial postmodern, Kreasi wacana, Yogyakarta 2003
[3] ibid
[4] M Foucault, Power/Knowledge, ed. Colin Gordon (New York; Panthenon Books, 1980) hal 133, dalam Kazuo
 Shimogki, Kiri Islam; antara moderisme dan postmodernisme, telaah kritis atas pemikiran Hasan Hanafi, LKiS, 1994
[5] Peet ,richard and hartwith elaine, theories of development , the guilford presss, 2003. ritzer,George Teori sosial postmodern, Kreasi wacana 2003
[6] Ibid
[7] Escobar, arturo, Encontering develompent The making and making of the third world,Princeton University press,Princeton new jersey 2005. Fakih, Mansour Teologi kaum tertindas, Seri Dian II Tahun I, Spiritualitas Baru: Agama dan Aspirasi Rakyat, Interfidei, 1994


[8] Baca lebih lanjut Piterse,jean nederveen, Development theory Decontruction/ Recontuction, Vistaar publication new delhi,2000.
[9] ibit
[10] Ibit
[11] ibid
[12] Kruijer,1987;116 dalam ibid
[13]  Mansour Fakihh, Teologi kaum tertindas, Seri Diam II Tahun I, Spiritualisasi Baru: Agaman Aspirasi Rakyat, Interfidei,1994
[14] Dryzek,john,S, The politics of the earth enviromental discourses, Oxford University Press, 1997
[15] ibid
[16]  Baca lebih lanjut James G. Scott., Perlawanan kaum tani, Yayasan obor, Jakarta  1993
[17] Contohnya masyrakat dunia sekarang telah mensepakati (millenium development goals) MDGs. Bahakn Bank Dunia pun telah mengkampnyekan pentingnya kekuatan masyarakat dalam pembangunan dengan mengangkat idu modal sosial.
[18] Budi hardiman, fransisco, Kritik ideologi pertautan pengethaun dan kepentingan, pusta filsafat kanisius,Yogyakarta 1993.

0 comments: