“Hujan
lebat akan menghilang apabila angin meniup mendung dan matahari memberi cahaya
menyongsong hari baru
Kalimat
inilah yang mungkin dapat diungkapkan dalam perayaan pesta demokrasi di negara
ini. Hal itu tentu saja terjadi apabila seluruh lapisan masyarakat
berpartisipasi penuh di dalamnya. Namun, belakangan ini banyak sekali
masyarakat yang enggan menggunakan hak pilihnya dengan berbagai macam alasan.
Sebagai
contoh, Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa
Yogyakarta, menyatakan calon anggota legislatif peserta Pemilu 2014 didominasi
oleh caleg berpendidikan sekolah menengah atas. Salah satu anggota KPU Gunung
Kidul, Sukamto, mengatakan tingginya caleg berpendidikan SMA ini dikhawatirkan
akan menimbulkan kebijakan yang kontra produktif. Namun kita juga tidak dapat
memastikan bahwa caleg yang bersangkutan tidak mempunyai pengetahuan tentang
hak maupun kewajibannya sebagai wakil dari rakyat Indonesia. Kebimbangan inilah
yang menjadi pemicu munculnya golongan putih (golput) yang takut bahwa
pilihannya akan mengecewakan yang tanpa disadari pula menjadi golput adalah
keputusan yang lebih mengecewakan.
Pada
pengumuman resmi pemilu 2009 oleh KPU disebutkan bahwa suara sah yang terhitung
hanya mencapai 104.099.785 suara dari 171 juta penduduk yang harusnya
menggunakan hak suara dengan benar. Dari 171 juta penduduk tersebut, sekitar
10% yakni 17.488.581 penduduk menggunakan suara keliru/salah sehingga
menyebabkan suara tidak sah. Sehingga ada 66,9 juta (67 juta) atau 39% ―Golput‖
atau suara penduduk yang tidak menggunakan hak memilihnya dengan tepat. Bahkan
jumlah golput tersebut melebihi jumlah pemilih partai yang merupakan urutan
pertama yang diumumkan KPU yang mendapatkan 21,703,137(20.85%) suara. Dari sini
dapat dilihat bahwa menjadi golongan putih adalah menjadiorang yang membiarkan
negaranya disetir oleh wakil rakyat yang belum diketahui kredibilitas dan
loyalitasnya terhadap masyarakat dan negara.
Hal
tersebut harus dihindari pada pemilu 2014 kali ini. Sebagi generasi penerus
dengan idealisme yang tinggi dan pikiran yang kritis serta dengan semangat
seorang pemuda diharapkan kita mampu menjadi angin yang meniupkan awan mendung
yang siap menghujani Negara ini dan menyebabkan banjir korupsi di tanah
tercinta ini. Setelah itu, kita dapat menjadi matahari dengan terus membantu
mengawasi keberjalanan wakil rakyat kita sembari mempelajari hal yang baik
untuk diambil menjadi teladan agar kita siap menggantikan wakil rakyat yang
amanah untuk menerangi Indonesia tercinta.
0 comments:
Post a Comment