Sunday, December 04, 2016

Saya Pemuda Saya Memilih

“Hujan lebat akan menghilang apabila angin meniup mendung dan matahari memberi cahaya menyongsong hari baru
Kalimat inilah yang mungkin dapat diungkapkan dalam perayaan pesta demokrasi di negara ini. Hal itu tentu saja terjadi apabila seluruh lapisan masyarakat berpartisipasi penuh di dalamnya. Namun, belakangan ini banyak sekali masyarakat yang enggan menggunakan hak pilihnya dengan berbagai macam alasan.
Sebagai contoh, Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, menyatakan calon anggota legislatif peserta Pemilu 2014 didominasi oleh caleg berpendidikan sekolah menengah atas. Salah satu anggota KPU Gunung Kidul, Sukamto, mengatakan tingginya caleg berpendidikan SMA ini dikhawatirkan akan menimbulkan kebijakan yang kontra produktif. Namun kita juga tidak dapat memastikan bahwa caleg yang bersangkutan tidak mempunyai pengetahuan tentang hak maupun kewajibannya sebagai wakil dari rakyat Indonesia. Kebimbangan inilah yang menjadi pemicu munculnya golongan putih (golput) yang takut bahwa pilihannya akan mengecewakan yang tanpa disadari pula menjadi golput adalah keputusan yang lebih mengecewakan.
Pada pengumuman resmi pemilu 2009 oleh KPU disebutkan bahwa suara sah yang terhitung hanya mencapai 104.099.785 suara dari 171 juta penduduk yang harusnya menggunakan hak suara dengan benar. Dari 171 juta penduduk tersebut, sekitar 10% yakni 17.488.581 penduduk menggunakan suara keliru/salah sehingga menyebabkan suara tidak sah. Sehingga ada 66,9 juta (67 juta) atau 39% ―Golput‖ atau suara penduduk yang tidak menggunakan hak memilihnya dengan tepat. Bahkan jumlah golput tersebut melebihi jumlah pemilih partai yang merupakan urutan pertama yang diumumkan KPU yang mendapatkan 21,703,137(20.85%) suara. Dari sini dapat dilihat bahwa menjadi golongan putih adalah menjadiorang yang membiarkan negaranya disetir oleh wakil rakyat yang belum diketahui kredibilitas dan loyalitasnya terhadap masyarakat dan negara.

Hal tersebut harus dihindari pada pemilu 2014 kali ini. Sebagi generasi penerus dengan idealisme yang tinggi dan pikiran yang kritis serta dengan semangat seorang pemuda diharapkan kita mampu menjadi angin yang meniupkan awan mendung yang siap menghujani Negara ini dan menyebabkan banjir korupsi di tanah tercinta ini. Setelah itu, kita dapat menjadi matahari dengan terus membantu mengawasi keberjalanan wakil rakyat kita sembari mempelajari hal yang baik untuk diambil menjadi teladan agar kita siap menggantikan wakil rakyat yang amanah untuk menerangi Indonesia tercinta.

0 comments: