Pembahasan
Suatu bentuk partisipasi yang agak mudah
untuk diukur intensitasnya adalah perilaku masyarakat dalam pemilihan umum, antara lain melalui perhitungan prosentase orang yang memilih dibandingkan dengan jumlah warga negara yang berhak memilih.
Ternyata juga bahwa pendapatan, pendidikan dan status merupakan faktor penting
dalam proses partisipasi atau dengan perkataan lain orang yang berpendapatan tinggi, yang berpendidikan baik, yang berstatus sosial tinggi,
cenderung untuk lebih banyak berpartisipasi
dari pada orang yang berpendapatan serta berpendidikan rendah.
Akan tetapi, memberikan suara
dalam pemilihan tidak merupakan satu-satunya
bentuk partisipasi, lagi pula
pemilihan umum hanya memberikan gambaran yang sangat kasar mengenai partisipasi. Masih terdapat berbagai bentuk partisipasi lain
yang berjalan secara
kontinue dan tidak terbatas pada
masa
pemilihan umum saja. Kegiatan-kegiatan ini
menunjukan bahwa presentase
partisipasi dalam pemilihan umum sering
kali berbeda dengan prosentase partisipasi dalam kegiatan yang
tidak menyangkut pemberian suara semata-mata. Maka dari itu, untuk mengukur tingkat partisipasi perlu
diteliti berbagai
kegiatan politik.
Berhasil tidaknya pembangunan banyak bergantung
kepada partisipasi politik
masyarakat dan bahwa
pengikut sertaannya akan
membantu penanganannya masalah- masalah yang
ditimbulkan oleh perbedaan-perbedaan etnis, budaya, status sosial, ekonomi,
agama dsb.
Berikut
ini adalah pernyataan dari hasil wawancara
dengan saudara Fredik.T seorang
mahasiswa dari desa Akediri Kecamatan Jailolo mengenai keikiutsertaan Masyarakat
Dalam
Partai Politik.
“Keikutsertaan masyarakat
dalam partai politi tidak efektif
ini
terbukti
dengan tidak
ada keseriusan
masyarakat
di
desa kami
berpartisipasi dalam partai politik itu dikarenakan partisipasi warga hanya bersifat musiman dan lebih cenderung ikut-ikutan”.
Selanjutnya guna menambah data dalam penelitian ini maka penulis mewancarai seorang Tokoh Masyarakat yang bernama Bapak A. Sandiang. Mengenai
partisipasi masyarakat dalam bentuk
pemikiran.”Partisipasi masyarakat dalam bentuk
pemikiran akhir-akhir ini bisa dibilang tidak berjalan dengan lancar itu disebabkan,masyarakat banyak
yang tidak
hadir bila desa atau dari kecamatan sedang
mengadakan musyawarah. Alasannya percuma ikut
musyawarah kalau akhirnya bukan keputusan masyarakat yang ditindak lanjuti melainkan keputusan pemerintah .jadi apa yang
diharapkan masyarakat dihiraukan.contohnya masyarakat
meminta adanya pembangunan bak penampung air, dari desa malah membangun jalan setapak.
Belum
ada definisi partisipasi politik yang
memusatkan dan mencakup seluruh ruang lingkup
yang berhubungan dengan usaha-usaha pembangunan. Adalah kurang tepat untuk memulai dari beberapa
batasan pemikiran opriori yang dapat mewakili intisari dari partisipasi politik, akhirnya mereka tiba pada suatu kesepakatan tentang apa yang
dimaksud dengan partisipasi politik dalam pembangunan yang disebut sebagai “defelopment
participation”, sebagai
berikut
:
1. Keterlibatan rakyat di dalam
proses pembuatan
keputusan.
2. Keterlibatan
dalam implementasi
dari program-program.
3. Keterlibatan
dalam benefits dan
evaluasi dari
setiap program.
Sesuai
dengan strategi pembangunan
nasional, antara lain masyarakat perlu
diberi pengetahuan
politik dalam hal ini adalah
pemberian
pendidikan politik adalah suatu
kenyataan
setiap Masyarakat selalu
mempunyai kekuatan
dan
kelemahan
sendiri yang
dibawa oleh pengaruh lingkungan dan keadaan sosial, ekonomi dan politik pada
saat tertentu.
Oleh karena itu masyarakat harus diberikan pembekalan selain
berupa
bimbingan dan pengarahan sesuai prinsip kebersamaan juga pembekalan ideologis,
yang harus dimulai sejak kecil baik melalui pendidikan formal maupun pendidikan non formal,
juga melalui kursus-kursus dan
lokakarya.
Dengan rangkaian usaha
ini pada hakekatnya adalah dalam rangka
proses peralihan dari pelestarian nilai-nilai Pancasila.
Namun yang penting dalam pembekalan ini adalah adanya kesadaran, kemauan
dan tekad dari masyarakat untuk
berani maju dan tampil ke depan,
dalam
melaksanakan tanggung jawab nasional yang
lebih besar berdasarkan identitas dan kepercayaan
kepada kekuatan
sendiri.
Dengan demikian, pendidikan politik masyarakat pada dasarnya untuk menciptakan
suatu
keberadaan bangsa yang
beradab, dimana dalam pergaulan hidup antar sesama
generasi muda
sebagai anggota masyarakat terdapat rasa
kasih sayang,
hormat menghormati, bantu membantu atau tolong
menolong, mengetahui akan hak
dan tanggung jawab
masing-masing, menjunjung tinggi hukum,
agama, luhur budinya. Ini karena di dukung oleh moral yang
luhur dan baik, yaitu Moral Pancasila,
dimana tingkah laku lahiriah
di dalam masyarakat.
Bahwa pendidikan politik, mengandung makna mempertajam nalar seseorang
dengan bekal pedoman-pedoman kehidupan sebagai anggota
masyarakat dan sebagai warga negara yang
hidupnya tak terpisahkan dari pertumbuhan dan perkembangan
dunia internasional.
Sasaran luhur yang lain dari pendidikan politik, yakni kesadaran moral yang tumbuh sejak revolusi
kemerdekaan yaitu semangat
dan nilai-nilai
perjuangan hidup bangsa sebagai Pancasila yang
menjiwai seluruh masyarakat kita, dengan tujuan menciptakan masyarakat yang bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa dan menciptakan suatu masyarakat yang adil dan makmur
di kawasan nusantara yang damai sejahtera dalam
pergaulan
bangsa-bangsa yang bersahabat di muka bumi ini.
Berikut
ini adalah pernyataan dari hasil wawacara dengan Bapak ICKSAN.M.T ALI
.SIP selaku Camat Kecamatan Jailolo mengenai pengaruh pendidikan politik
terhadap partisipasi
politik.”Pendidikan politik itu sangat berpengaruh sekali
terhadap partisipasi poliik itu dikarenakan apabila masyarakat mendapat pendidikan politik otomatis masyarakat lebih mengerti dan paham bagaimana berpolitik yang baik .
Dengan
demikian, pendidikan
politik dapat menumbuhkan semangat di dalam
Masyarakat, dengan berbagai cara antara
lain: ceramah tentang contoh
teladan dari
para Tokoh-tokoh masyarakat,
serta beberapa cara lain
seperti:
1. Bahan-bahan bacaan dari surat kabar, majalah dan lain-lain yang bersifat
publikasi massa dan bisa
membentuk pendapat
umum.
2. Siaran-siaran
radio maupun televisi.
3. Organisasi-organisasi yang
ada dalam masyarakat itu,
apakah itu
merupakan organisasi yang bersifat
sosial, agama maupun bersifat politik.
Dari kegiatan memang
sangat diharapkan
pendidikan politik benar-benar dilaksanakan agar benar-benar masyarakat khususnya generasi muda lebih aktif.
Berbicara tentang pendidikan politik
yang paling
dominan adalah ideologi Pancasila
yang diartikan sebagai cita-cita atau keinginan suatu bangsa untuk memperoleh
kemajuan dan perbaikan disegala bidang
demi mencapai kesejahteraan bangsa dalam
arti yang
seluas-luasnya. Ideologi Pancasila secara jelas merupakan pengejawantahan semangat kebangsaan, cara dan pedoman mencapai cita-cita, dasar-dasar
dan
guna peningkatan kesejahteraan masyarakat serta pedoman hidup dari bangsa yang bersangkutan yang
harus
dilaksanakan dalam praktek kehidupan
sehari-hari (M.
Djadijono, 1985:75).
Selanjutnya
untuk dapat mengetahui perlunya ideologi bagi suatu bangsa
dalam hidup
bernegara
terlebih dahulu di jelaskan fungsi ideologi itu sendiri. Dalam
kaitannya dengan hidup suatu bangsa
yang beraneka ragam, ideologi berfungsi
sebagai dasar atau kerangka bagi kehidupan bersama, juga sebagai pemberi arah
tujuan terhadap pemikiran dan kegiatan bersama dari suatu unsur
yang ada dalam suatu
masyarakat negara.
Oleh karenanya,
negara sebagai suatu
bentuk organisasi kemasyarakatan dan bersifat nasional hanya akan
dapat dikemudikan secara terarah dan
efisien
apabila
ada
gambaran
yang jelas
mengenai hakekat, tujuan dan
susunannya (K. Dipoyudo,
1979,9).
Melihat fungsi ideologi seperti terurai di atas, maka dapatlah dikatakan bahwa
gambaran mengenai hakekat, tujuan dasar dan susunan suatu negara
itu terkristalisasikan
dalam
bentuk ideologi, dan
ideologi
itu
adalah yang
bersifat nasional. Dengan demikian ideologi nasional sangat penting
artinya bagi kehidupan suatu bangsa dalam hidup bernegara
ataupun masyarakat. Tanpa
ideologi nasional,
kehidupan bangsa yang bersangkutan akan terombang-ambing, sebaliknya dengan
ideologi nasional bangsa yang
bersangkutan akan kokoh kuat karena memiliki tujuan yang jelas
(R. Hamarung, 1980:88).
Sebagaimana
telah
disepakati bersama
bahwa
Pancasila
adalah
Dasar Negara Republik
Indonesia, maka Pancasila disamping itu
juga merupakan
ideologi
atau
pandangan
hidup
bersama yang dapat
mempersatukan bangsa Indonesia
yang beraneka
ragam ini dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Pancasila
juga
merupakan pantulan kepribadian bersama, karena Pancasila
memberi corak dan ciri
khas kepada bangsa Indonesia yang membedakannya dari
bangsa-bangsa lain.
Pancasila adalah kesadaran dan cita-cita moral yang
berupa di dalam kebudayaan Indonesia, Pancasila adalah jiwa Bangsa Indonesia, karena itu Pancasila menuntut dari kita semua
untuk memelihara dan mengembangkan sikap seimbang, selaras dan serasi dalam kehidupan. Semangat seperti itu pula
diharapkan hendaknya
menjiwai dan mewarisi pemikiran dan
kegiatan dalam menterjemahkan Pancasila dalam seluruh perikehidupan bangsa Indonesia
baik dalam kehidupan sosial, politik,
ekonomi dan kebudayaan
sehingga dengan demikian
akan
terwujud
suatu masyarakat
Pancasila yang merupakan salah satu dari sekian banyak pokok-pokok Ideologi Nasional Pancasila.
Adapun masyarakat
yang demikian
ialah
suatu
masyarakat yang berada,
dimana dalam pergaulan sehari-hari sesama anggota masyarakat terdapat rasa kasih sayang, hormat menghormati dan saling menghargai, bantu membantu, tolong
menolong, mengetahui akan hak dan kewajiban masing-masing, menunjang akan hukum
yang berlaku serta seluruh masyarakat dapat merasakan hidup yang penuh kedamaian dan keamanan
material dan spiritual. Mengingat dalam masyarakat
Pancasila adalah di dukung dengan moral yang jujur dan baik, yaitu moral Pancasila itu sendiri, dimana tingkah laku lahiriah manusia-manusia individu dalam masyarakat didasarkan atas Pancasila.
Secara ilustratif, maka
dapat digambarkan bahwa
masyarakat Pancasila ialah suatu masyarakat dimana
tegaknya
Demokrasi, tegaknya Undang-undang, tegaknya keadilan, tegaknya
hak asasi manusia
demi terwujudnya kesejahteraan yang erat yang sudah
terlaksana sebaik mungkin.
Berikut
ini adalah pernyataan dari hasil wawancara dengan
Sekretaris Camat Jailolo
Bapak MISPAN
DO .LUTFI mengenai pengaruh budaya politik
terhadap tingkat patisipasi politik.
“bicara pengaruh budaya politik
terhadap tingkat partisipasi
politik dikecamatan jailolo
itu sangat penting dan berpengaruh sekali.karena dilihat dari beberapa hasil
pemilahan kepala desa Akediri,Tedeng,soekonora,bukumatiti guemaadu,dan jalan
baru,kepala desa terpilih
adalah kepala desa
yang
mepunyai keluarga besar didesa
tersebut”
Berbicara
mengenai Budaya,
tidak terlepas kaitannya dengan sikap
mental dari pada
masyarakat itu sendiri. Hal ini jelas terlihat dimana untuk
membentuk suatu kebiasaan tentulah harus dilihat pula karakter dari pada individu, sampai pada masyarakat.
Budaya politik dapat dilihat dari adanya
ikatan primodialisme, dan dapat
didefinisikan sebagai hubungan Kekerabatan yang erat berdasarkan garis keturunan
yang dimaksud yaitu: keturunan yang berasal
dari keluarga:
ibu, bapak, kakek,
nenek, dan moyang yang semuanya terhimpun menjadi suatu masyarakat yang
besar dalam
suatu wilayah Sehingga, dalam kehidupan masyarakat nampak adanya suatu
kerjasama, sikap sosial yang tinggi untuk saling membantu dalam pelaksanaan pembangunan
politik.
Model budaya semacam di atas telah ada pada masyarakat yang ada di Kecamatan Jailolo semenjak dulu, dan keturunan ini telah ada dalam masyarakat, dimana telah dibentuk kerukunan-kerukunan keluarga baik yang berskala kecil
(keluarga berdasarkan marga) maupun keluarga yang berskala besar yang
semuanya terhimpun
dalam
suatu masyarakat.
Peningkatan
partisipasi politik bagi masyarakat dalam mensukseskan
pemilihan umum dipengaruhi oleh
budaya politik atau ikatan primodal yang kuat
serta berpengaruh dalam kehidupan masyarakat.
Misalnya ada tokoh
politik
yang
merupakan figur dalam partai politik
secara otomatis dapat mempengaruhi masyarakat untuk memberikan dukungan politik kepada partai politik
yang dipimpin, yang berusaha untuk meyakinkan masyarakat kepada pemimpin mereka dapat
mendorong untuk
mendukung pemimpin mereka baik di kecamatan dan ditingkat yang
lebih tinggi. Karena ada harapan kalau dukungan masyarakat tersebut berhasil
atau
menang maka nasib masyarakat
dapat
lebih
diperhatikan.
.
Penutup
A . Kesimpulan
Berdasarkan hasil
dan pembahasan di atas,
maka penelitian ini
dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Kesadaran Masyarakat untuk berpartisipasi politik
secara aktif bukan hanya datang
dan
tumbuh begitu saja, tetapi ada berbagai macam faktor yang
mempengaruhinya, diantaranya adalah
dengan memberikan pendidikan
politik serta sosialisai
politik kepada masyarakat.
2. Partisipasi politik masyarakat bukan hanya dalam berbentuk pemikiran dan
ide-ide, tetapi lebih di tekankan kepada bentuk konkrit untuk memberikan
masukan kepada pemerintah
dalam hal ini camat sebagai pembuat kebijakan, agar nantinya kebijakan yang dibuat camat dapat dirasakan menyentuh sampai
kepada lapisan terbawah dari masyarakat.
3. Selain partisipasi politik
masyarakat dapat mempengaruhi kebijakan camat, maka sebaliknya
pula, dimana
kebijakan camat dapat mempengaruhi
partisipasi politik masyarakat,
oleh karenanya
kedua hal ini harus
dapat
berjalan sering
agar dapat
tercipta suatu keseimbangan.
B.
Saran
1. Mengingat kurangnya partisipasi politik masyarakat yang ada di kecamatan Jailolo, maka Pemerintah Kecamatan, dalam hal ini camat harus dapat melihat secara jeli, untuk meningkatkannya,
sehingga
nantinya diharapkan dalam jangka
waktu kedepan, proses pembuatan kebijakan camat dapat lebih efektif
dan
efisien lagi, sehingga menuju kepada
kesejahteraan masyarakat secara
keseluruhan
di Kecamatan Jailolo.
2. Di Kecamatan Jailolo
terkesan pemerintah tidak terlalu
memperhatikan pendapat,
ide-ide pemikiran
dari masyarakat,
oleh karena
itu diharapkan
kiranya pemerintah setempat
dapat
menyerap
aspirasi dari
masyarakat.
Daftar Pustaka
Rush,Michael dan Philip
altoft ,Pengantar Sosiologi Politik, CV. Rajawali
Jakarta.
Persada nistrasi Kumorotomo, Wahyudi. 1999. Etika Admiegara. Jakarta: PT Raja
Grafindo.
Ndraha, Taliziduhu. 1990. Pembangunan Masyarakat
Mempersiapkan Masyarakat
Tinggal Landas.Jakarta: Rineka Cipta.
Tangkilisan & Hessel Nogi.2005.Manajemen Publik. Jakarta: PT
Grasindo.
Irfan Islamy, 1984.
Prinsip-Prinsip Pembuatan Kebijakan Negara,
Aksara Baru.
Jakarta.
Budiadjo Miriam, 1982, Partisipasi dan Partai Politik, Sebuah Bunga Rampai, PT.
Gramedia,
Jakarta.
, 1986. Dasar-Dasar Ilmu Politik,
PT. Gramedia, Jakarta.
Winarno, budi
2008,
Kebijakan Publik Teori dan Proses, media pressindo,
Yogyakarta.
Effendy, sofian, 2001.
Bahan Kuliah Studi Implementasi dan Evaluasi Kebijakan
Publik. MAP Universitas
Gaja Mada ,Yogyakarta
Sugiyono. Prof. Dr.
2007,
Memahami
Penelitian Kualitatif,
Alfabeta ; Bandung
Bintoro Tjokroamidjojo. 1998, Perencanaan Pembangunan,
Jakarta: CV. Masagung.