Sesuai
teori demokrasi klasik pemilu adalah sebuah "Transmission of Belt"
sehingga kekuasaan yg berasal dari rakyat bisa bergeser menjadi kekuasaan
negara yg kemudian berubah bentuk menjadi wewenang pemerintah untuk
melaksanakan pemerintahan dan memimpin rakyat.
Dalam
hal ini perlu dicermati bahwa teori kontrak sosial yang dikemukakan di eropa
pada abad pertengahan menjadi hal yang sangat nyata terlihat. Bagaimana seorang
calon pemimpin memberikan janji-janji kepada masyarakat bahwa ketika ia
terpilih ia akan mewujudkan mimpi-mimpi rakyatnya. Melalui dirinya pula ia akan
menyambung lidah-lidah rakyat, menjadi perantara masyarakat dengan kekuasaan,
membuka tabir gelap pemerintahan yang kotor, serta berusaha mewujudkan lahan
pemerintahan dan politik yang kondusif, jujur dan adil. Namun yang menjadi
permasalahan adalah seberapa baik kualitas masyarakat yang seharusnya mengusung
sang pemimpin. Tidakkah ini menjadi permasalahan ketika masyarakat sendiri yang
menjadi objek kekuasaan tidak memiliki cukup pemahaman mengenai situasi yang
sebenarnya terjadi di tengah carut marut negeri tercinta.
Berdasarkan
data dari KPU, daftar pemilih tetap di Indonesia untuk pemilu 2014 mencapai
186juta orang pemilih. Menurut data BPS jumlah remaja di Indonesia pada tahun
2010, jumlah remaja di Indonesia adalah sekitar 41juta . Jumlah pemilih pemula
pada Pemilu 2014 mendatang, cukup mencengangkan. Menurut data KPU, dari jumlah
sekira 188 juta orang dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT), diperkirakan terdapat
sekira 22 juta orang yang akan mengikuti pemilu pertama kalinya. Sedangkan
jumlah pemilih pada kelompok usia 17-23 tahun sekira 30 juta orang. Dan
mayoritas pemilih pemula dan pemilih muda adalah pelajar (SMA), mahasiswa dan
pekerja muda yang baru masuk kerja, sehingga totalnya sekira 52 juta orang.
Mampukah
seorang mahasiswa berpikir jernih dalam menentukan nasibnya sendiri, atau
bahkan nasib ratusan juta pemilih di Indonesia dengan memilih calon pemimpin
yang sesuai dengan kebutuhan rakyat Indonesia? Sebagai seorang mahasiswa, yang
juga mahasiwa kedokteran, ada baiknya kita melihat lebih dalam permasalahan ini
dari sudut pandang duniakedokteran. Dalam menjalankan kehidupan seorang manusia
memiliki fungsi luhur, yaitu berpikir dan mengambil keputusan dengan baik.
Fungsi luhur ini diatur oleh otak. Dalam prosesnya, berpikir dan membuat
keputusan sangat berkaitan dengan memori. Bagaimana seseorang dapat menentukan
pilihan adalah melalui recall pengalaman (ingatan) yang sudah di dapat
sebelumnya, memori ini diatur oleh sistem limbik, hippocampus,ganglia
basalis, dan prefrontal cortex yang bekerja secara sinergis dan
kompleks membentuk suatu sistem memori jangka panjang dan memori jangka pendek
(memori kerja). Proses pengambilan keputusan diatur oleh prefrontal cortex,
suatu bagian dari lobus frontalis dari otak manusia. Prefrontal cortex berkembang
secara struktural dan fungsional selama usia 9-16tahun (Alloway,2006).
Setelah
mencapai kematangan prefrontal cortex, fungsi executive (baca:
pengambilan keputusan) juga mencapai potensi terbaiknya sebelum akhirnya harus
menurun fungsinya seiring pertambahan usia dan paparan lingkungan. Maka dengan
kenyataan bahwa bagian otak yang mengatur mengenai pengambilan keputusan sudah
matang ketika mahasiswa yang rata-rata berusia 17-23tahun dihadapkan pada kenyataan
bahwa mereka harus memilih dengan sebaik-baiknya dalam ajang demokrasi yang
disebut pemilu, seharusnya tidak menimbulkan kekhawatiran berlebih dalam benak
para mahasiswa dan masyarakat. Mahasiswa sudah cukup matang untuk memilih !
Akhirnya
pada ajang pemilu 2014 ini para mahasiswa diharapkan dapat memberikan
kontribusinya yang terbaik, 30juta bukan angka yang sedikit, mahasiswa memegang
1/6 jumlah total suara yang akan masuk dalam pemilu 2014 nanti. Karena fungsi executive
otak berjalan dengan mempertimbangkan paparan informasi baik informasi lama
yang dihasilkan melalui suatu proses ―recall dari memori jangka panjang (baca:
pengalaman sebelumnya) maupun informasi yang baru saja didapat, ada baiknya
mahasiswa mempelajari betul-betul kandidat pemimpin yang akan meramaikan ajang
kontrak sosial ini sehingga keputusan kita mahasiswa tidak dibutakan oleh
ketidaktahuan.